yang mereka jalankan belum memungkinkan untuk mempekerjakan orang dari luar keluarga sebagai karyawan.
Biasanya apabila pesanan produk sedang banyak dan tidak sanggup dikerjakan sendiri, maka mereka akan membagi pekerjaan kepada pengusaha lain
yang sejenis untuk mengerjakannya. Seperti Pak Syafri misalnya, penjahit pakaian “Syafri Taylor”, apabila beliau memenangkan sebuah tender untuk membuat baju
dinas sebuah instansi, maka ia akan membagi tugasnya dengan penjahit lain. Ia hanya akan mengerjakan dinas bagian atas baju dan untuk bawahan celanarok
ia serahkan kepada penjahit lain. Beliau mengaku cara ini lebih efektif, seperti yang pernyataannya:
“Bagi tugas begitu lebih mudah dan lebih efektif. Kalau memperkerjakan karyawan bakalan susah, lebih banyak biaya, kan harus digaji setiap bulan,
sedangkan pesanan belum tentu selalu banyak. Sementara dengan sistem bagi tugas, kita tidak terikat dengan mereka, komisi sesuai dengan pekerjaan, jadi
banyak menghemat biaya.”
Bapak Jepri, pengusaha sablon juga mengatakan: “Kondisi pasar disini kan gak teratur, sudah jauh sekali penurunannya, sekarang
sudah sepi, jadi kita gak sanggup mempekerjakan karyawan, berat di gajinya. Kalau lagi padat pesanan, anggota keluarga dimaksimalkan semua dan berbagi
dengan penyablon lain, bagi-bagi rejeki lah. Tapi kita kan gak terikat, tidak seperti kalau ada karyawan, mesti digaji tiap bulan.”
IV.3.2.2 Promosi Produk
Promosi merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan keseluruhan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengenalkan produknya kepada masyarakat. Beberapa jenis promosi yang umum dilakukan adalah melalui iklan komersiil di media massa, baik media cetak seperti
Universitas Sumatera Utara
di surat kabar, baliho, spanduk, dan juga media elektronik seperti iklan di televisi, radio, ataupun di dunia internet. Bahkan percakapan dari mulut ke mulut yang
dilakukan oleh para pelaku usaha dengan konsumen maupun antar sesama konsumen dalam mengenalkan suatu produk dapat dikategorikan sebagai promosi.
Promosi tidak bisa dilepaskan dari usaha apapun. Baik dalam usaha besar, menengah, kecil, bahkan mikro tidak mampu melepaskan diri dari pentingnya
promosi bagi usaha mereka.Untuk melakukan promosi tentu saja diperlukan biaya yang besarannya tergantung pada jenis promosi yang dilakukan. Pada prinsipnya
adalah, semakin banyak promosi suatu produk dilakukan, maka produk tersebut akan semakin dikenal di masyarakat.
Menurut Kepala Dinas KUMKM, Tunggar, SH, promosi yang dilakukan oleh para pelaku UKM di Kota Medan sudah cukup baik mengingat bahwa pihak
Dinas KUMKM juga banyak memfasilitasi mereka untuk lebih mengenalkan produknya dan agar semakin mudah dijangkau masyarakat, seperti pameran-
pameran, galeri produk UKM di Kantor Dinas KUMKM, membangun kemitraan koperasi dan UKM, dan pelatihan-pelatihan manajemen informasi dan promosi
bagi pelaku UKM. Bapak Tunggar, SH, menilai bahwa kinerja Dinasnya sudah cukup baik
meski masih terdapat beberapa kekurangan, seperti yang dikatakan beliau: “Kalau soal promosi UKM, banyak cara yang sudah dikerjakan oleh Dinas
KUMKM. Kita rutin mengadakan seminar dan pelatihan, lalu produk-produk UKM juga bebas untuk dipajang di galeri yang sudah disediakan di kantor dinas.
Hanya saja masih banyak UKM yang belum memanfaatkannya, entah karena kurang informasi, atau memang tidak mau berpartisipasi. Disitu memang
kekurangan kami dalam mengelola promosi ini, karena jumlah UKM di Kota Medan sangat banyak, jadi tidak semua bisa diperhatikan.”
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan bapak Tunggar, SH, memang ada benarnya, Dinas KUMKM terbatas dalam memberi perhatian terhadap seluruh UKM yang ada di Kota
Medan karena jumlahnya yang mencapai ribuan. Namun bagaimana dengan pelaku usaha yang ada di PIK? PIK dibangun khusus untuk oleh Pemko Medan
sebagai pusat usaha kecil di Kota Medan, apakah para pelaku usaha disana juga mendapatkan perlakuan yang khusus dari pemerintah mengenai promosi ini? Dan
bapak Kepala Dinas menyebutkan: “Tidak ada UKM yang diperlakukan khusus oleh pemerintah, semuanya sama
karena semua UKM perlu dikembangkan.”
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, penulis berusaha membandingkan dengan jawaban wawancara dengan para pelaku usaha di komplek PIK. Mereka
membenarkan adanya usaha Dinas KUMKM dalam memberitahukan jadwal- jadwal pameran yang akan berlangsung dan pelatihan yang akan diadakan, namun
mereka tidak mengetahui tentang adanya galeri UKM di kantor Dinas KUMKM yang bisa dijadikan sebagai lokasi promosi produk. Hal ini dibuktikan oleh
penulis ketika berkunjung ke galeri UKM tersebut dan bertanya kepada pegawai yang menjaga galeri dimana letak produk dari PIK Medan Tenggara, dan ia
membenarkan bahwa tidak ada produk dari PIK yang pernah masuk ke galeri tersebut. Berikut beberapa tampilan dari galeri UKM di Kantor Dinas KUMKM:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Kumpulan Gambar Tampilan Produk UKM di Kantor Dinas KUMKM Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
Untuk menaruh produknya di galeri tersebut, pihak UKM tidak dikenakan biaya apapun dan tidak diberi tenggat waktu. Jika para pelaku usaha di PIK
memanfaatkan lokasi ini, akan sangat baik bagi usaha mereka karena pengunjung yang hadir biasanya adalah orang-orang dari pemerintahan, yang apabila tertarik
dengan produk jenis tertentu akan membelinya dan mempromosikannya kepada yang lain.
Selain galeri tersebut, Pemko Medan juga menyediakan wadah promosi online
di situs-situs resmi pemerintah. Seperti di Sistem Informasi dan Manajemen Publikasi dan Promosi Pemerintah Kota Medan yang dapat
dikunjungi di alamat http:118.97.164.157:85index.php , dan juga galeri
UMKM di situs resmi Dinas UMKM di alamat
http:www.diskopumkm.pemkomedan.go.id . berikut adalah tampilan kedua
halaman beranda situs tersebut :
Gambar 3. Tampilan Halaman Promosi Pemko Medan di Situs http:118.97.164.157:85index.php
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Tampilan Ruang Promosi Dinas KUMKM di situs http:www.diskopumkm.pemkomedan.go.id
Namun jika dilihat lebih jauh, pemanfaatan kedua situs ini masih jauh dari yang diharapkan, ketika menilik ke bagian promosinya, hanya sedikit sekali
produk UKM yang dapat dilihat dan diperbaharui dalam rentang waktu yang cukup lama. Padahal jika kita berkunjung ke Dinas KUMKM, semua komputer
disana sudah dilengkapi dengan fasilitas internet. Tidak seperti galeri-galeri tersebut yang tidak dikenakan biaya dalam
penggunaannya, jika mengikuti pameran, peserta dalam hal ini adalah pelaku usaha akan dikenakan biaya seputar penyewaan tempatstan yang disediakan oleh
panitia. Namun demikian, hanya sedikit pelaku usaha dari PIK yang turut berpartisipasi dalam pameran. Alasan yang mereka kemukakan beragam, seperti
Pak Edy, pengusaha tas, beliau mengatakan: “Saya tidak tahu apa yang mau saya bawa untuk saya pamerkan. Karena
saya kan pembuat tas-tas sesuai pesanan yang biasanya untuk acara-acara tertentu. Kalau pameran itu kan ada transaksi jual belinya, nah saya tidak ada yang mau
dijual.”
Universitas Sumatera Utara
Alasan yang sama juga dikemukakan oleh Pak Syafri, penjahit pakaian “Syafri Taylor”, Pak Jepri dan Pak Slamet, pengusaha sablon, Ibu Fauziah,
pengusaha bordir, serta Ibu Diah, pengusaha konveksi. Alasan lain yang dikemukakan oleh Ibu Kaminan, Ibu Nino, Pak Dedy, Ibu Yumai, Pak Rizky,
yang adalah pengusaha-pengusaha sepatu, mereka mengatakan alasan mereka tidak mengikuti pameran adalah kekurangan dana untuk menambah jumlah
produksi sepatu. Mereka yang hanya mampu membuat rata-rata 1 lusin sepatu setiap harinya, tidak sanggup menambah jumlah tersebut untuk dijual di pameran.
Sementara itu, usaha Pemko Medan dalam membangun kemitraan UKM dengan koperasi di PIK pun dapat dikatakan gagal. Hal ini dibuktikan dengan
Koperasi PIK KOPIK yang tidak lagi beroperasi sejak tahun 2006. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lemahnya pengawasan oleh Dinas KUMKM terhadap
PIK. Bapak Ismed, selaku Ketua KOPIK dulunya mengatakan bahwa kondisi PIK sekarang sedang lumpuh dan para pelaku usaha disana sangat membutuhkan
bantuan pemerintah untuk menghidupkan kembali kondisi tersebut demi keberlangsungan hidup usaha-usaha disana sekaligus hidup para pelakunya yang
sangat bergantung dari hasil usaha mereka.
IV.3.2.2 Fasilitas Penunjang