Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen

6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman pengganggugulma di lapangan. Pertumbuhan gulma akan dipengaruhi oleh baik tidaknya penyiapan tanah pada awal budidaya. Jika pada langkah awal penyemprotan herbisida dilakukan dengan baik, maka pertumbuhan gulma dapat ditekan. Sebaliknya, jika penyemprotan herbisida kurang baik, gulma akan tumbuh dan mengganggu tanaman padi yang baru berumur beberapa hari sedangkan kondisinya masih lemah. Penyiangan pertama padi sawah dilakukan kurang lebih tiga minggu setelah tanam. Penyiangan pertama ini dapat menggunakan landak. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam. Penyiangan ketiga dilakukan 50 hari setelah tanam. Penyiangan kedua dan ketiga dilakukan dengan tangan karena tanaman sudah cukup tinggi Prasetyo, YT. 2002.

7. Pengendalian hama dan penyakit

Kegiatan yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya padi sawah adalah pengendalian terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Tanaman padi yang terkena serangan hama dan penyakit tidak dapat tumbuh dengan optimal sehingga mengakibatkan turunnya hasil produksi. Menurut Utomo dan Nazaruddin 1996 hama yang sering kali menyerang tanaman padi adalah wereng, tikus, sundep, walang sangit, burung dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman padi diantaranya adalah bercak daun, tungro, blast dan lain-lain.

8. Panen

Kualitas dan produktivitas padi yang baik merupakan harapan setiap petani. Untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas tinggi perlu didukung dengan waktu panen yang tepat, cara panen yang benar, dan penanganan pascapanen yang baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu panen. Padi yang siap panen memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. kurang lebih 90 malai telah menguning. b. daun bendera sudah menguning. c. kadar air gabah sekitar 25 . d. untuk varietas padi umur pendek, umur panen kurang lebih 115 hari, sedangkan untuk padi umur panjang kurang lebih 135~145 hari. Penentuan umursaat panen harus dilakukan dengan tepat. Panen yang terlalu awal dapat menyebabkan kualitas gabah menurun, karena banyaknya butir hijau dan kapur. Gabah yang terlalu banyak mengandung butir kapur memiliki rendemen yang rendah dan menghasilkan dedak yang banyak. Panen yang terlambat berakibat banyak gabah yang rontok karena terlalu masak Prasetyo, YT. 2002.

C. Jenis Pupuk

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 3 318

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Kajian Strategi Peningkatan Efisiensi Air Irigasi melalui Metode System of Rice Intensification dengan Pendekatan Eksperimental

0 4 98

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 19 165

APLIKASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN TEKNIK IRIGASI BERSELANG (NGENYATIN) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI PADA SISTEM IRIGASI SUBAK.

0 1 12

PENERAPAN PEMUPUKAN PADA PERTANIAN PADI ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA SUKAKARSA KABUPATEN TASIKMALAYA ipi10849

0 0 8

Kajian Peran Serta Petani Terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi untuk Usaha Tani Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) di Petak Tersier Daerah Irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 1 16