2. Manfaat Air Bagi Tanaman
Air memegang peranan penting dalam budidaya padi sawah. Ketersediaan air dalam jumlah serta waktu yang tepat merupakan syarat mutlak pada budidaya
padi sawah. Akibat kekurangan dan kelebihan air akan berpengaruh terhadap : a pertumbuhan dan perkembangan tanaman, b tersedianya unsur hara dalam tanah
dan penyerapan pupuk, c perkembangan hama, penyakit, dan gulma, d Senyawa-senyawa beracun.
E. Efisiensi Manfaat Air
Efisiensi penggunaan air sama artinya dengan efisiensi hasil yaitu perbandingan antara kg hasil dapat dinyatakan dalam GKG atau beras dengan m
3
air yang dikonsumsi oleh tanaman padi. Wickham dan Valera dalam Pasandaran 1984.
Efisiensi Manfaat Air EMA =
air m
kgGKG
3
F. Budidaya Padi Metode SRI System of Rice Intensification
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai apabila tanaman
tersebut mempunyai kondisi yang baik dalam pertumbuhannya. SRI merupakan terobosan untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan usaha tani. SRI
adalah suatu cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan air, tanah, dan
tanaman. Metode SRI pada awalnya dikembangkan di Madagaskar tahun 1980 oleh
Fr. Henri de Lauline, SJ seorang pendeta Perancis yang bertugas di Madagaskar tahun 1961. Pada tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina ATS sebuah
LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food Agriculture and Development CIIFAD mulai
bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI disekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, dan didukung oleh US Agency
for International Development Anonim, 2005.
Pada dasarnya SRI merupakan sebuah metode dalam budidaya tanaman padi yang memiliki konsep dasar pada dua aspek, yaitu penanaman benih dan
pengelolaan air. Pada proses penanaman, benih yang digunakan merupakan benih muda dimana umur benih kurang dari 14 hari, menggunakan benih tunggal, jarak
tanam yang digunakan adalah lebih dari 20 cm x 20 cm misalnya 30 cm x 30 cm atau bahkan 40 cm x 40 cm. Pengelolaan air, diatur sedemikian rupa sehingga
dengan interval waktu tertentu air diberikan secara berselang antara digenangi dengan ketinggian 1~3 cm dan dikeringkan sampai tanah sedikit retak
4
. Pada pelaksanaan di lapangan, metode SRI banyak mengalami modifikasi,
terutama dalam hal pengelolaan air. Hal ini disesuaikan dengan keadaan lahan dan iklim di daerah tersebut. Sampai saat ini ada beberapa cara yang sudah
dikembangkan, diantaranya di Jawa Barat dan di luar Jawa Barat Gorontalo, NTB, dan Sulawesi. Metode SRI yang diterapkan di Jawa Barat pengelolaan
airnya dilakukan tanpa penggenangan, melainkan hanya pada kondisi macak- macak dan pada interval waktu tertentu dilakukan pengeringan sampai tanah
sedikit retak. Kondisi macak-macak adalah kondisi dimana kedalaman genangan antara 0~0,5 cm yakni sebagian tergenang sebagian tidak. Agar tanah tetap terjaga
kelembabannya maka pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos. Salah satu kelebihan pupuk kompos adalah memiliki kemampuan menahan air yang lebih
lama dan lebih banyak daripada pupuk anorganik. Untuk metode SRI yang diterapkan di luar Jawa pengelolaan airnya sama dengan metode SRI di Jawa
Barat yaitu dilakukan dengan cara berselang intermittent menggunakan genangan 1~2 cm dengan kondisi macak-macak. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk anorganik Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk anorganik diberikan sebanyak tiga kali. Perbedaan Pengelolaan air antara metode SRI Gorontalo dengan SRI Jawa
Barat adalah pada penentuan batas atas pada saat fase pembungaan sampai pengisian bulir. Pada metode SRI Jawa Barat batas atasnya adalah macak-macak
sedangkan pada SRI Gorontalo menggunakan genangan 20 mm kemudian pada 10 hari sebelum panen kondisi tanah dikeringkan. Pengelolaan air cara SRI Jabar dan
luar Jabar selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
4
retak rambut adalah istilah petani menggambarkan tingkat kekeringan tanah sawah
Gambar 3. Pengelolaan air SRI-Organik di Jawa Barat dan SRI luar Jabar Penerapan metode SRI di Jawa Barat pupuk yang digunakan adalah pupuk
kompos. Hal ini berkaitan dengan penggunaan air yang diberikan, untuk metode SRI air yang digunakan lebih sedikit daripada metode konvensional. Pemberian
air dilakukan secara berselang antara genangan 1~3 cm dan kondisi macak- macak, berbeda dengan metode konvensional yang pemberian airnya secara terus-
menerus dengan tinggi genangan antara 5~10 cm. Akan tetapi pada saat 15, dan 40 HST tanah dikeringkan untuk pemupukan. Pupuk kandang digunakan untuk
menjaga agar tanah tetap dalam keadaan lembab dan tidak kekeringan karena pupuk kandang memiliki kemampuan menahan air lebih lama dan lebih banyak
dari pada pupuk anorganik. Metode SRI pada kenyataannya memang dapat menaikkan jumlah anakan
lebih banyak dari pada metode konvensional karena perlakuan air yang intermittent. Prinsip utama pada SRI adalah dilakukannya pengeringan lahan
untuk memungkinkan oksigen dapat masuk ke tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar. Dalam waktu sekitar 30 HST hari setelah tanam, tanaman
padi akan tampak kecil, kurus, dan jarang. Selama bulan kedua, pertumbuhan batang mulai terlihat nyata. Perbedaan mencolok akan terlihat pada bulan ketiga,
petakan sawah akan meledak dengan pertumbuhan batang yang sangat cepat. Produksi padi dengan metode SRI dapat mencapai 7,36~12,6 GKP
5
ton per hektar. Hal ini didukung oleh jumlah tunas produktif per rumpun antara metode
konvensional dan SRI seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Pengelolaan Air SRI Jabar dan Luar Jabar
1 mm = macak-macak
5 10
15 20
25
5 6
7 10
11 15
16 17
20 20
21 25
26 27
30 31
35 40
41 45
46 50
50 55
56 60
61 65
70 70
75 80
85 90
95 96
10 10
5 11
Awal Vegetatif
Pembungaan Pengisian Bulir Pematangan
Hari Setelah Tanam Genangan mm
SRI Luar Jabar SRI Jabar
Tabel 4. Perbandingan metode konvensional dan metode SRI di Indonesia Sato, S. 2005
Deskripsi Konvensional SRI
Pembenihan a. Umur semai hari
25~30 8 -14
b. Tinggi tanaman cm 25~30
10 Jumlah tanaman per lubang
4~5 1
Jarak tanam cm 25 x 20
30 x 30 Metode tanam
Manual Manual
Pengaturan air Terus menerus
Berselang Hasil produksi GKP tonha
4~5 7~9
Metode SRI memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah tanaman lebih tahan terhadap terpaan angin dan hujan, mengurangi serangan hama dan penyakit,
hemat benih, memanfaatkan pupuk kandang, biaya produksi rendah, ramah lingkungan, hemat air, dan meningkatkan produktivitas. Kerugiannya adalah
memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan kesulitan dalam memperoleh kompos dalam hal ini komponen utamanya adalah kotoran hewan.
5
GKP = Gabah Kering Panen kadar airnya bervariasi sekitar 17~25 basis kering konversi dari GKP ke GKG adalah sebagai berikut
GKP P
kadarairGK GKG
× −
= 86
100
III. METODE PENELITIAN A.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada MT
2
bulan April 2007 hingga bulan September 2007 di petakan petani Desa Salebu, BCMA5 Daerah Irigasi
Ciramajaya Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
B. Fasilitas, Alat dan Bahan
Fasilitas peralatan dan bahan yang disiapkan oleh tim peneliti adalah : Lahan sawah 12 petak minimal yang dilayani dari satu offtake tersier. Adapun
rincian luasan serta perlakuannya adalah sebagai berikut : A1 = 374 m
2
C1 = 276 m
2
A2 = 380 m
2
SRI Diatur Var. Sintanur C2 = 287 m
2
Konvensional Sintanur A3 = 356 m
2
C3 = 293 m
2
B1 = 276 m
2
D1 = 263 m
2
B2 = 282 m
2
SRI Petani Var. Sintanur D2 = 201 m
2
SRI Diatur Ciherang B3 = 292 m
2
D3 = 194 m
2
1. Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah flowmeter, lysimeter 12 unit, perkolasimeter 12 unit, sloping gauge skala miring, piezometer, penakar hujan
1 unit, stopwatch 1 unit, gelas ukur skala milimeter 1 unit, penggaris, grain moisture meter, timbangan, termometer, oven roti.
2. Bahan :
Bahan penelitian yang digunakan adalah Benih FS Varietas Sintanur dan Ciherang dengan daya kecambah di atas 95 , pupuk kompos, pupuk
anorganikpupuk kimia, pestisida nabati, aluminium foil.