Evapotranspirasi Tanaman ETc Perkolasi dan Kehilangan Air

F. Evapotranspirasi Tanaman ETc

Hasil perhitungan pada lysimeter didapatkan angka kebutuhan air tanaman per 5 harian ETa 17 untuk berbagai perlakuan. Kebutuhan air tanaman berkaitan dengan evaporasi, transpirasi, dan perkolasi. Data lengkap nilai ETc dapat dilihat pada Lampiran 4 sedangkan grafik nilai evapotranspirasi tanaman secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Grafik ETc pada petak penelitian Nilai ETc diatas dipengaruhi oleh besarnya ETo evapotranspirasi tanaman acuan dan kc faktor tanaman. Awal tanam adalah pada tanggal 21 Mei 2007. Data nilai kc selengkapnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai kc untuk masing-masing perlakuan A B C D Fase Pertumbuhan Waktu hari ETo 18 ETc kc ETc kc ETc kc ETc kc Awal 1-20 4,39 5,17 1,17 5,53 1,26 5,67 1,29 5,63 1,28 Vegetatif 21-50 4,22 5,33 1,26 5,60 1,33 5,70 1,35 5,70 1,35 Pembungaan 51-70 4,20 7,60 1,81 7,50 1,79 7,70 1,83 6,90 1,64 Pengisian bulir 71-90 4,33 6,20 1,43 6,00 1,39 6,70 1,55 6,30 1,45 Pematangan 91-105 4,33 5,33 1,23 4,67 1,08 5,00 1,15 4,23 0,98 Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai kc berkisar antara 1,17~1,83. Nilai kc akan mengalami kenaikan pada fase generatif, kemudian turun lagi pada fase 17 Selanjutnya nilai ETa diasumsikan sama dengan ETc karena pada lysimeter tanaman dalam kondisi tidak kekurangan air 18 ETo dihitung dengan metode Penmant-Monteith menggunakan Cropwat ver 4.1 input data iklim dari Lanud Tasikmalaya Lampiran 2 Grafik ETc mmhr pada Pe tak Pe ne litian 2 4 6 8 10 7 14 21 28 35 42 49 63 70 77 84 91 98 105 Awal Vegetatif Pembungaan Pengisian bulir Pematangan HST Hari Setelah Tanam ETc m m h r A B C D pematangan. Hal ini dikarenakan pada fase generatif selain masih ada pertumbuhan anakan juga terjadi proses pembungaan. Grafik nilai kc dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Grafik nilai kc pada fase pertumbuhan tanaman

G. Perkolasi dan Kehilangan Air

Penurunan air pada lengas tanah perkolasi dicatat untuk mengetahui besarnya nilai perkolasi tanah tersebut mmhari. Semakin tinggi nilai perkolasi suatu tanah maka semakin tinggi pula kebutuhan airnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah perkolasinya maka semakin rendah pula kebutuhan airnya. Disamping itu tinggi genangan juga mempengaruhi besarnya nilai perkolasi dan kehilangan air suatu lahan. Semakin tinggi genangan maka nilai perkolasi dan kehilangan air juga akan tinggi begitu pula sebaliknya semakin rendah genangan suatu lahan maka semakin kecil pula nilai perkolasia dan kehilangan airnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai perkolasi suatu tanah adalah tekstur tanah. Nilai rerata perkolasi pada petak penelitian adalah 2 mmhari. Untuk mengetahui besarnya nilai perkolasi dan kehilangan air pada genangan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 21, sedangkan data nilai perkolasi pada petak penelitian dan pada perlakuan genangan yang berbeda selengkapnya disajikan pada Lampiran 5 dan 6. Untuk melihat kondisi tanah sebelum dan sesudah pemberian air irigasi kadar air tanah juga harus diketahui. Tabel kadar air tanah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai kc pada tiap Fase Pertumbuhan di Petak Penelitian 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 Awal Vegetatif Pembungaan Pengisian bulir Pematangan Fase Pertumbuhan K o ef is ie n T a na m a n kc SRI Sintanur Konvensional Sintanur SRI Ciherang Gambar 21. Laju perkolasi dan kehilangan air pada genangan yang berbeda Tabel 11. Kadar air tanah sebelum dan sesudah diairi Contoh Tanah A B C D Bagian Tanah berat volume 19 berat volume berat volume berat volume Sebelum diairi 40,0 34,9 39,0 33,0 41,0 35,6 45,0 36,4 Lapisan Atas Sesudah diairi 61,0 54,2 62,7 55,7 69,1 55,8 71,0 57,5 Sebelum diairi 32,0 27,5 31,0 27,5 26,0 23,1 35,0 28,1 Lapisan Bawah Sesudah diairi 48,0 41,9 46,0 40,9 52,0 42,1 56,0 45,3 Hasil analisis sifat fisik tanah Lampiran 8 memperlihatkan bahwa nilai kadar air untuk kapasitas lapang di lapisan tanah atas dan bawah, masing-masing adalah 43,19 dan 44,38 volume, dengan nilai DBD dry bulk density masing-masing 0,79 dan 0,90 gramml. Sedangkan kadar air jenuh untuk lapisan atas dan bawah berturut-turut adalah 57,07 dan 53,75 volume. Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa irigasi dilakukan pada waktu yang sebenarnya tanah harus segera diberi air irigasi karena kadar air umumnya di bawah kapasitas lapang dan sesudah diberi air kondisi lengas tanahnya juga masih dibawah jenuh. 19 konversi dari berat menjadi volume adalah volume= berat1DBD Grafik hubungan Laju Perkolasi dan Kehilangan air terhadap tinggi Genangan y = 1.0915e 0.1354x R 2 = 0.5111 1 2 3 4 5 6 2 4 6 8 10 12 Genangan cm P er k ol as i m m h r

H. Panen

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 3 318

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Kajian Strategi Peningkatan Efisiensi Air Irigasi melalui Metode System of Rice Intensification dengan Pendekatan Eksperimental

0 4 98

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 19 165

APLIKASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN TEKNIK IRIGASI BERSELANG (NGENYATIN) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI PADA SISTEM IRIGASI SUBAK.

0 1 12

PENERAPAN PEMUPUKAN PADA PERTANIAN PADI ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA SUKAKARSA KABUPATEN TASIKMALAYA ipi10849

0 0 8

Kajian Peran Serta Petani Terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi untuk Usaha Tani Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) di Petak Tersier Daerah Irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 1 16