Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah

(1)

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN

KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

NOVA ARIFATUL FARIDA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN

TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2006

Nova Arifatul Farida C44102044


(3)

ABSTRAK

NOVA ARIFATUL FARIDA (C44102044). Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembang unan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mantap dan berkelanjutan, kontribusi setiap sektor pembangunan dalam PDRB harus terus ditingkatkan, diantaranya melalui optimalisasi pengembangan sumberdaya alam yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan, peranan dan dampak sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal, sehingga dapat dirumuskan alternatif strategi

pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, data dianalisis menggunakan analisis Location Quotient, Multiplier Effect dan SWOT.

Selama periode tahun 1999-2003, produksi perikanan, tenaga kerja perikanan, alat tangkap dan armada penangkapan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal semakin meningkat.

Berdasarkan indikator tenaga kerja dan pendapatan wilayah, sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor basis dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian, sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal mampu menciptakan kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam wilayah maupun permintaan pasar di luar wilayah atau ekspor. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Kendal, sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya, dan secara tidak langsung akan

meningkatkan pendapatan wilayah.

Pemilihan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal, adalah melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan accesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor.


(4)

© Hak cipta milik Nova Arifatul Farida, tahun 2006 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.


(5)

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN

KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NOVA ARIFATUL FARIDA C44102044

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(6)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Nova Arifatul Farida Nomor Pokok : C44102044

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S. NIP. 131 578 826

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP. 130 805 031


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih Maha Penyayang, atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap

Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi ini

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S., sebagai pembimbing yang telah memberikan wawasan, petunjuk dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skipsi ini, Ir. Narni Farmayanti, M. Sc., dan Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M. S., selaku dosen penguji, Ir. Teguh Iman Santosa, M. Si., Selaku Kepala Bidang PP 1 Bappekab Kendal, Ir. Suharno selaku Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, M. Chambali, SIP, selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal yang telah membantu dalam

pengumpulan data, responden yang telah bersedia membantu dalam penelitian, orang tua dan saudara-saudara saya serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi ke arah perbaikan yang lebih baik. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2006


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 November 1984 di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah dari orang tua bernama Bapak Supriyono, S. Pd., dan Ibu Maskanah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kendal, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Manajemen Koperasi Perikanan (2004 – 2005) pada program Diploma dan Koperasi Perikanan (2004 – 2005) pada program Sarjana. Organisasi yang diikuti penulis adalah Himpunan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan (2003 – 2005) sebagai anggota, dan Forum Komunikasi Mahasiswa Kendal (2003 – 2004) sebagai sekretaris.

Untuk menyelesaikan tugas akhir, penulis menyusun skripsi dengan judul

Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah yang dibimbing oleh Ir. Moch.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...2

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...3

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian... 4

II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Pembangunan Regional ...5

2.2 Teori Basis Ekonomi...5

2.3 Location Quotient...8

2.4 Multiplier Effeck...9

2.4.1 Indikator Pendapatan Wilayah...9

2.4.2 Indikator Tenaga Kerja ...11

2.5 Strategi Pengembangan...12

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI...14

1V METODOLOGI...16

4.1 Metode Penelitian ...16

4.2 Jenis dan Sumber Data ...16

4.3 Metode Pengambilan Contoh (Responden) ...17

4.4 Analisis Data ...17

4.4.1 Location Quotient ...18

4.4.2 Multiplier Effect...19

4.4.3 Analisis SWOT ...20

4.5 Konsep dan Pengukuran ...24


(10)

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Kendal... 26

5.1.1 Letak Geografis... 26

5.1.2 Luas Wilayah ... 26

5.1.3 Kependudukan ... 27

5.1.4 Keadaan Tanah dan Iklim ... 30

5.1.4.1 Topografi... 30

5.1.4.2 Jenis Tanah... 31

5.1.4.3 Iklim ... 32

5.1.5 Ketenagakerjaan... 32

5.2 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kendal... 33

5.2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan... 33

5.2.1.1 Perikanan Laut ... 33

5.2.1.2 Penangkapan di Perairan Umum... 35

5.2.1.3 Budidaya Air Tawar... 35

5.2.1.4 Budidaya Air Payau... 36

5.2.2 Tenaga Kerja Perikanan... 37

5.2.3 Armada Penangkapan ... 39

5.2.4 Alat Tangkap Perikanan... 40

5.2.5 Produksi Perikanan ... 41

5.2.6 Pengolahan Hasil Perikanan ... 44

5.2.7 Pemasaran Hasil Perikanan... 47

5.2.7.1 Pemasaran Lokal dan Antar Pulau atau Provinsi... 47

5.2.7.2 Pemasaran Antar Pulau atau Ekspor ... 47

5.2.8 Konsumsi Ikan ... 48

5.2.9 Sarana dan Prasarana Perikanan ... 50

5.2.9.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 50

5.2.9.2 Koperasi Perikanan... 52

5.2.9.3 Perkreditan... 53

5.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Kendal... 56

5.3.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 56

5.3.2 Pertumbuhan Ekonomi... 60

5.3.3 PDRB per Kapita ... 63

5.4 Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan... 65

5.4.1 Kontribusi Sektor Perikanan dan Kelautan... 65

5.4.2 LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja... 68

5.4.3 LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah... 70

5.5 Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan ... 72

5.5.1 Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja ... 73

5.5.2 Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah... 75

5.6 Analisis SWOT... 77

5.6.1 Penentuan Kekuatan, Kelamahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan ... 77

5.6.1.1 Kekutan (Strength)... 77


(11)

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN

KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

NOVA ARIFATUL FARIDA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN

TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2006

Nova Arifatul Farida C44102044


(13)

ABSTRAK

NOVA ARIFATUL FARIDA (C44102044). Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembang unan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mantap dan berkelanjutan, kontribusi setiap sektor pembangunan dalam PDRB harus terus ditingkatkan, diantaranya melalui optimalisasi pengembangan sumberdaya alam yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan, peranan dan dampak sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal, sehingga dapat dirumuskan alternatif strategi

pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, data dianalisis menggunakan analisis Location Quotient, Multiplier Effect dan SWOT.

Selama periode tahun 1999-2003, produksi perikanan, tenaga kerja perikanan, alat tangkap dan armada penangkapan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal semakin meningkat.

Berdasarkan indikator tenaga kerja dan pendapatan wilayah, sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor basis dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian, sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal mampu menciptakan kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam wilayah maupun permintaan pasar di luar wilayah atau ekspor. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Kendal, sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya, dan secara tidak langsung akan

meningkatkan pendapatan wilayah.

Pemilihan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal, adalah melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan accesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor.


(14)

© Hak cipta milik Nova Arifatul Farida, tahun 2006 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.


(15)

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN

KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NOVA ARIFATUL FARIDA C44102044

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(16)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Nova Arifatul Farida Nomor Pokok : C44102044

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S. NIP. 131 578 826

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP. 130 805 031


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih Maha Penyayang, atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap

Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi ini

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S., sebagai pembimbing yang telah memberikan wawasan, petunjuk dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skipsi ini, Ir. Narni Farmayanti, M. Sc., dan Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M. S., selaku dosen penguji, Ir. Teguh Iman Santosa, M. Si., Selaku Kepala Bidang PP 1 Bappekab Kendal, Ir. Suharno selaku Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, M. Chambali, SIP, selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal yang telah membantu dalam

pengumpulan data, responden yang telah bersedia membantu dalam penelitian, orang tua dan saudara-saudara saya serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi ke arah perbaikan yang lebih baik. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2006


(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 November 1984 di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah dari orang tua bernama Bapak Supriyono, S. Pd., dan Ibu Maskanah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kendal, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Manajemen Koperasi Perikanan (2004 – 2005) pada program Diploma dan Koperasi Perikanan (2004 – 2005) pada program Sarjana. Organisasi yang diikuti penulis adalah Himpunan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan (2003 – 2005) sebagai anggota, dan Forum Komunikasi Mahasiswa Kendal (2003 – 2004) sebagai sekretaris.

Untuk menyelesaikan tugas akhir, penulis menyusun skripsi dengan judul

Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah yang dibimbing oleh Ir. Moch.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...2

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...3

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian... 4

II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Pembangunan Regional ...5

2.2 Teori Basis Ekonomi...5

2.3 Location Quotient...8

2.4 Multiplier Effeck...9

2.4.1 Indikator Pendapatan Wilayah...9

2.4.2 Indikator Tenaga Kerja ...11

2.5 Strategi Pengembangan...12

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI...14

1V METODOLOGI...16

4.1 Metode Penelitian ...16

4.2 Jenis dan Sumber Data ...16

4.3 Metode Pengambilan Contoh (Responden) ...17

4.4 Analisis Data ...17

4.4.1 Location Quotient ...18

4.4.2 Multiplier Effect...19

4.4.3 Analisis SWOT ...20

4.5 Konsep dan Pengukuran ...24


(20)

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Kendal... 26

5.1.1 Letak Geografis... 26

5.1.2 Luas Wilayah ... 26

5.1.3 Kependudukan ... 27

5.1.4 Keadaan Tanah dan Iklim ... 30

5.1.4.1 Topografi... 30

5.1.4.2 Jenis Tanah... 31

5.1.4.3 Iklim ... 32

5.1.5 Ketenagakerjaan... 32

5.2 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kendal... 33

5.2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan... 33

5.2.1.1 Perikanan Laut ... 33

5.2.1.2 Penangkapan di Perairan Umum... 35

5.2.1.3 Budidaya Air Tawar... 35

5.2.1.4 Budidaya Air Payau... 36

5.2.2 Tenaga Kerja Perikanan... 37

5.2.3 Armada Penangkapan ... 39

5.2.4 Alat Tangkap Perikanan... 40

5.2.5 Produksi Perikanan ... 41

5.2.6 Pengolahan Hasil Perikanan ... 44

5.2.7 Pemasaran Hasil Perikanan... 47

5.2.7.1 Pemasaran Lokal dan Antar Pulau atau Provinsi... 47

5.2.7.2 Pemasaran Antar Pulau atau Ekspor ... 47

5.2.8 Konsumsi Ikan ... 48

5.2.9 Sarana dan Prasarana Perikanan ... 50

5.2.9.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 50

5.2.9.2 Koperasi Perikanan... 52

5.2.9.3 Perkreditan... 53

5.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Kendal... 56

5.3.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 56

5.3.2 Pertumbuhan Ekonomi... 60

5.3.3 PDRB per Kapita ... 63

5.4 Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan... 65

5.4.1 Kontribusi Sektor Perikanan dan Kelautan... 65

5.4.2 LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja... 68

5.4.3 LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah... 70

5.5 Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan ... 72

5.5.1 Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja ... 73

5.5.2 Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah... 75

5.6 Analisis SWOT... 77

5.6.1 Penentuan Kekuatan, Kelamahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan ... 77

5.6.1.1 Kekutan (Strength)... 77


(21)

5.6.1.3 Peluang (Opportunity) ... 83

5.6.1.4 Ancaman (Threat)... 84

5.6.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 87

5.6.3 Analisis SWOT ... 89

VI KESIMPULAN DAN SARAN... 93

6.1 Kesimpulan ... 93

6.2 Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA... 95


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Analisis SWOT... 21 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 27 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 28 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kendal,

Tahun 2003 ... 29 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 30 6. Tenaga Kerja Potensial Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten

Kendal, Tahun 2003 ... 32 7. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Dirinci Menurut Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 34 8. Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Laut di Kabupaten Kendal,

Tahun 2003 ... 34 9. Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Air Tawar di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 36 10. Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Air Payau di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 ... 37 11. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal,

Tahun 1999-2003 ... 38 12. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal,

Tahun 1999-2003 ... 39 13. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal,

Tahun 1999-2003 ... 40 14. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal Tahun 1999-2003 .... 42 15. Nilai Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal,

Tahun 1999-2003 ... 43 16. Perkembangan Jumlah Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal,

Tahun 2000-2003 ... 46 17. Perkembangan Nilai Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal,

Tahun 2000-2003 ... 46 18. Data Produk Unggulan Daerah Bidang Perikanan dan Kelautan,


(23)

19. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun 1999-2003 ... 49 20. Volume Produksi TPI se-Kabupaten Kendal, Tahun 2000-2003 ... 51 21. Nilai Produksi TPI se-Kabupaten Kendal, Tahun 2000-2003 ... 51 22. PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha, Tahun 1999-2003 (Juta Rp) ... 57 23. PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut

Lapangan Usaha, Tahun 1999-2003 (Juta Rp) ... 58 24. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999-2003 ... 61 25. PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993,

Tahun 1999-2003 ... 64 26. Kontribusi Persentase PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999-2003 ... 66 27. LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja,

Tahun 1999-2003 ... 69 28. LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan

Wilayah, Tahun 1999-2003... 71 29. Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Kesempatan Kerja, Tahun 1999-2003... 74 30. Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999-2003 ... 75 31. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sektor Perikanan dan Kelautan

Tahun 2005 ... 87 32. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Sektor Perikanan dan Kelautan

Tahun 2005 ... 88 33. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan Perikanan Kabupaten

Kendal Tahun 2005 ... 89 34. Perangkingan Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi ... 15 2. Trend Perkembangan Nilai CPUE (Catch per Unit Effort) Tahun 1999-2003.... 35 3. Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun 1999-2003 ... 38 4. Trend Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun 1999-2003 ... 49 5. Trend Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun

1999-2003 ... 41 6. Diagram Pie Kontribusi per Sub Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap

Produksi Perikanan dan Kelautan, Tahun 2003 ... 43 7. Trend Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun 1999 2003 ... 44 8. Trend Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal Tahun 1999-2003 ... 50 9. Proses pencairan Dana Ekonomi Produktif (DEP) program PEMP ... 54 10. Trend PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar HargaKonstan 1993,

Tahun 1999-2003 ... 59 11. Diagram Pie Kontribusi per Sektor Usaha dalam PDRB Kabupaten Kendal, Tahun 1999-2003 ... 60 12. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999-2003 ... 62 13. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun 1999-2003 ... 63 14. Trend PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999-2003 ... 64 15. Diagram Pie Kontribusi per Sektor terhadap PDRB Kebupaten Kendal

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993,

Tahun 1999-2003 ... 67 16. Trend Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kendal,

Tahun 1999-2003 ... 68 17. Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupten Kendal, Berdasarkan


(25)

18. Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun 1999-2003... 72 19. Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun 1999-2003... 74 20. Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga

Konstan 1993, Tahun 1999-2003... 76 21. Diagram Analisis SWOT Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Tahun


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian... 98 2. PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 1993, Tahun 1999-2003 (jutaan Rp) ... 99 3. PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku, Tahun 1999-2003 (jutaan Rp) ... 100 4. PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 1993, Tahun 1999-2003 (jutaan Rp) ... 101 5. PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku, Tahun 1999-2003 (jutaan Rp) ... 102 6. Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) ... 103 7. Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun 1999-2003 ... 104 8. Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal

Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun 1999-2003... 106 9. Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah,

Tahun 1999-2003 ... 108 10. Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun 1999-2003.. 110 11. Kelembagaan di Kabupaten Kendal... 112 12. Pengolahan Produk Perikanan ... 114 13. Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Kendal ... 115


(27)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegagalan sistem pemerintahan sentralistik yang tidak mampu menjawab masalah pemerataan pembangunan di Indonesia, melahirkan paradigma baru pembangunan, yaitu sistem pemerintahan desentralistik. Metode atau strategi pembangunan pada sistem sentralistik disamaratakan untuk semua daerah tanpa memandang karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, sehingga menimbulkan pengelolaan yang salah dan tidak tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui sistem desentralistik, diharapkan pembangunan lebih diarahkan pengelolaannya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, sehingga manfaat perencanaan regional untuk pemerataan pembangunan dapat tercapai.

Memasuki era globalisasi sekarang ini, wilayah-wilayah atau daerah-daerah di Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan dengan mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbulkan oleh kebijakan regionalisasi. Pembangunan regional yang terkait dengan perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki masing-masing daerah,

kemungkinan besar dapat menyebabkan ketimpangan pembangunan antar daerah maupun antar sektor pada suatu daerah. Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mantap dan berkelanjutan diperlukan adanya ketersediaan dana pembiayaan yang besar. Untuk itu diperlukan berbagai upaya melalui peningkatan dana dari sumber pemerintahan yang berupa APBD maupun peningkatan dana masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi setiap sektor

pembangunan dalam PDRB harus terus ditingkatkan, diantaranya melalui optimalisasi pengembangan sumberdaya alam yang dimiliki. Pengembangan potensi sumberdaya alam diprioritaskan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan dan kelautan.


(28)

Dengan karakteristik wilayah dan potensi daerah yang dimiliki serta strategi pengembangan yang mendukung, maka sektor perikanan dan kelautan seyogyanya menjadi primadona perekonomian dan berperan sebagai basis ekonomi untuk meningkatkan pendapatan wilayah.

Kabupaten Kendal yang terletak di wilayah pantai utara sepanjang 41 km ini, memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup potensial untuk dikembangkan, diantaranya adalah luas lahan yang dapat digunakan untuk usaha perikanan yang berupa tambak dan kolam di pesisir pantai adalah seluas 3.126 Ha. Wilayah perikanan

Kabupaten Kendal yang meliputi 7 kecamatan menyumbangkan kontribusi yang cukup besar pada sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB, yaitu sebesar 1.69 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai produksi sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal tahun 2003 sebesar Rp60.318.042.300,00 (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk melihat kontribusi sektor perikanan dan kelautan dalam

perekonomian di Kabupaten Kendal, dengan judul “Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah”.

1.2 Perumusan Masalah

Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini disebabkan karena sektor perikanan dan kelautan tidak sepenuhnya bergantung dari bahan baku yang berasal dari luar daerah (impor), sehingga sektor perikanan dan kelautan harus dapat meningkatkan eksistensinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan berusaha untuk tetap konsisten dengan kedudukannya yang berada diantara pesatnya pertumbuhan sektor industri.

Penelitian ini mencoba mengidentifikasikan dan menganalisis peran sektor perikanan dan kelautan, apakah dengan besarnya potensi sumberdaya perikanan yang tersedia telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian di Kabupaten Kendal dan menjadi basis ekonomi dari segi pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut :


(29)

1) Bagaimanakah keragaan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal ? 2) Apakah sektor perikanan dan kelautan telah berperan sebagai basis ekonomi di

Kabupaten Kendal ?

3) Bagaimanakah dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan wilayah berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja ?

4) Bagaimanakah alternatif strategi pengembanga n sektor perikanan dan kelautan untuk dapat berperan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Kendal ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1) Mengidentifikasi keragaan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal dilihat dari karakter fisik yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan.

2) Menganalisis peranan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja.

3) Mengetahui dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan di Kabupaten Kendal dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja. 4) Menetapkan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan di

Kabupaten Kendal. Kegunaan dari penelitian ini :

1) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan,

khususnya bagi pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Kendal.

3) Sebagai bahan informasi dan tambahan data bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan berminat pada masalah ekonomi pembangunan.


(30)

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2005 sampai dengan bulan Agustus 2005. Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah melalui instansi-instansi yang terkait, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kendal serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal.


(31)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Regional

Kebijaksanaan ekonomi regional ialah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrumen) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Kebijaksanaan pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing daerah. Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah 1985).

Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Manfaat perencanaan regional adalah untuk pemerataan pembangunan. Apabila perencanaan regional dan pembangunan regional berkembang dengan baik, maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri (Soekartawi 1990).

Dalam perencanaan pembangunan regional terdapat beberapa teknik analisis regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan atau memilih aktivitas ekonomi yang dikembangkan dalam suatu daerah atau menentukan lokasi yang sesuai dengan aktivitas ekonomi. Teknik-teknik tersebut antara lain Basis Ekonomi, Multiplier Effect, Model Gravitasi, analisis Titik Pertumbuhan dan analisis Input-Output (Richardson 1991).

2.2 Teori Basis Ekonomi

Dalam konteks Ilmu Ekonomi Regional, terdapat berbagai model yang

bermanfaat untuk menjelaskan perubahan regional dan untuk memprediksikan implikasi-implikasi yang nantinya akan terjadi serta bermanfaat bagi perencanaan di waktu yang akan datang. Salah satu teori yang paling sederhana dan barangkali paling terkenal adalah teori basis ekonomi (Economic Based Theory) (Glasson 1977).


(32)

Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja (Budiharsono 2001). Menurut Tarigan (2004), kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern atau permintaan lokal). Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan atau sektor service atau pelayanan. Sektor non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, sehingga pendapatan masyarakat setempat sangat berpengaruh. Sektor ini tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis.

Menurut Glasson (1977), secara implisit di dalam pembagian kegiatan-kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan, dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis. Dengan demikian, sesuai dengan namanya, kegiatan basis mempunyai peranan penggerak pertama (prime mover role) dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.

Arus pendapatan yang masuk ke dalam suatu wilayah akan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan investasi dalam wilayah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang baru akan menampung pengangguran yang terdapat di daerah tersebut atau dapat menjadi daya tarik bagi orang-orang dari luar wilayah yang mencari pekerjaan (Kadariah 1985).

Penggunaan Teori Basis Ekonomi menurut Glasson (1991), terdapat sejumlah kekurangan antara lain kekurangan yang bersifat teknis seperti unit pengukuran, metode identifikasi dan pemilihan unit wilayah serta diabaikannya peranan impor. Kelemahan dari segi unit pengukuran adalah penggunaan kesempatan kerja (employment) sebagai


(33)

indikator. Hal ini dikemukakan oleh Richardson (1991) yang menyatakan bahwa

employment bersifat diskontinyu, sehingga kurang peka sebagai indikator perubahan-perubahan kegiatan basis. Pendapatan regional akan langsung mengalami kenaikan nilai apabila terjadi perluasan kegiatan basis, sedangkan kenaikan jumlah tenaga kerja baru terasa dalam jangka panjang. Masalah lainnya adalah adanya time lag antara respon dari sektor basis terhadap permintaan luar wilayah dan respon dari sektor non basis terhadap perubahan sektor basis. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan data time series

selama tiga sampai lima tahun. Dari segi metode identifikasi, masalah yang sering ditemui adalah perbedaan hasil identifikasi, jika metode yang digunakan berbeda. Kesulitan dalam pemilihan unit wilayah atau lokasi karena perlu diperhatikannya berbagai faktor yang mempengaruhi seperti tujuan analisis, faktor-faktor administratif dan regional serta ketersediaan data. Kekurangan teori ini sebagai akibat mengabaikan peran impor, disebabkan karena peningkatan pada kegiatan basis hanya akan

menghasilkan multiplier effek yang sangat kecil pada kegiatan non basis jika sebagian besar pendapatan yang diperoleh dibelanjakan ke luar daerah dalam bentuk impor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dicapai melalui peningkatan ekspor dari industri-industri basis, tetapi juga dengan melakukan usaha substitusi impor.

Teori Basis Ekonomi tetap relevan digunakan dalam analisis dan perencanaan regional, meskipun terdapat beberapa kekurangan (Glasson 1977). Teori ini memiliki keunggulan karena sangat sederhana dan mudah diterapkaan serta bermanfaat dalam usaha memahami struktuk ekonomi suatu wilayah dan dampak yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam jangka pendek. Pada kondisi tertentu, misalnya dalam mempelajari wilayah yang kecil dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada kegiatan ekspor, kekurangan yang ada dapat diminimumkan dan teori ini sangat bermanfaat untuk membuat peramalan jangka pendek (short-run forecasting).

2.3 Location Quotient

Untuk mengetahui suatu sektor merupakan sektor basis atau no n basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu : (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survai langsung untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan sektor basis.


(34)

melalui pendekatan asumsi; (2) metode location quotient; (3) metode kombinasi (1) dan (2); dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono 2001).

Menurut Tarigan (2004), metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah yang dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Asumsi yang digunakan adalah bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional. Selain itu, permintaan wilayah akan suatu barang pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka kekurangannya diimpor. Sebaliknya, produksi produksi yang dihasilkan terlebih dulu ditujukan untuk konsumsi lokal dan diekspor ke luar wilayah apabila terjadi surplus produksi. Apabila LQ kurang dari satu, maka wilayah yang bersangkutan harus mengimpor, sedangkan jika nilai LQ lebih dari satu maka wilayah tersebut dapat melakukan ekspor.

Metode LQ banyak dikritik karena didasarkan atas asumsi bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah adalah sama. Bisa saja dari suatu wilayah yang lapangan kerjanya untuk sektor 1 rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Perbedaan pengklasifikasian dari sektor kegiatan ekonomi yang mungkin berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah

kemungkinan terjadinya perhitungan ganda (double-counting) jika di suatu daerah terdapat banyak pekerja yang berasal dari daerah lain sebagai pelaju (Tarigan 2004).

Menurut Tarigan (2004) secara umum rumus LQ adalah :

LQ =

T t

I i

V v

V v

/ /

= vi/VI : vt/VT ……….(1) dimana :

vi = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di suatu wilayah;


(35)

VI = total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah tersebut;

vt = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di wilayah perbandingan yang lebih luas;

VT = total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah perbandingan yang lebih luas.

2.4 Multiplier effect

Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan effek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Menurut Glasson (1977), peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Selain itu arus pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985).

2.4.1 Indikator Pendapatan Wilayah

Multiplier dengan menggunakan indikator pendapatan ini, dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen (walaupun dalam jumlah yang lebih kecil daripada jumlah uang yang

diinjeksikan semula). Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya (Glasson 1977).

Menurut Glasson (1977) secara keseluruhan pendapatan wilayah (Y) merupakan penjumlahan pendapatan sektor basis (Yb) dan sektor non basis (Yn). Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya. Jika proporsi pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah sebesar “r”, maka total pendpatan sektor basis yang dibelanjakan kembali adalah


(36)

sebesar (r) Yb. Selanjutnya pembelanjaan kembali di dalam wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r2)Yb, kemudian menjadi (r3)Yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat ditulis dalam bentuk rumus :

Y = Yb + rYb +r2Yb + r3Yb +…+rnYb

= (1 + r + r2 + r3 +…+ rn ) Yb ………...…..(2)

Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi :

Y = Yb      −r 1 1 ………...……(3)

Faktor 1/(1-r) di atas merupakan economic multiplier yang menimbulkan efek pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Secara empiris nilai “r” sulit ditemukan, maka rumus tersebut dapat diturunkan lebih lanjut untuk mencari nilai “r” sebagai berikut :

Yb Y =      −r 1 1

atau 1-r = Y Yb

sehingga

r = 1- Y Yb

atau r = Y

Yb Y

Karena Y – Yb =Yn, maka :

r = Y Yn

……….(4) dengan demikian economic multiplier dalam jangka pendek adalah :

MSy =

r − 1 1 = Y Yn − 1 1 = Y Y Yn

1 = Y Yb 1 = Yb Y ………...……….(5)

dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan; Y = jumlah total pendapatan wilayah;


(37)

Yb = jumlah pendapatan sektor basis.

Berdasarkan rumus di atas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya peningkatan kegiatan basis adalah :

ÄY = ÄYb (MSy) ………...………..(6)

dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan;

ÄY = perubahan pendapatan wilayah; ÄYb = perubahan pendapatan sektor basis

Koefisien pengganda jangka pendek tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi dampak kegiatan atau sektor basis terhadap perekonomian wilayah sacara keseluruhan.

2.4.2 Indikator Tenaga Kerja

Multiplier effek yang ditimbulkan dari indikator tenaga kerja adalah merupakan perbandingan atau rasio antara total tenaga kerja di suatu wilayah dengan tenaga kerja pada sektor basis (Glasson 1977). Penurunan rumus untuk indikator tenaga kerja ini sama dengan penurunan rumus pada indikator pendapatan, yaitu sebagai berikut :

MSe = E En

1 1

= E Eb

1

= Eb

E

……….…(7)

dimana : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja; E = jumlah total tenaga kerja wilayah;

Eb = jumlah tenaga kerja sektor basis

Berdasarkan rumus di atas, dapat dilakukan prediksi dampak yang akan ditimbulkan oleh peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor basis terhadap jumlah total tenaga kerja di wilayah tersebut sebagai berikut :

ÄE = ÄEb (MSe) ………...….(8)

dimana : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja; ÄE = perubahan tenaga kerja wilayah;


(38)

2.5 Strategi Pengembangan

Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Lingkungan eksternal dan internal suatu perusahaan terkait erat dalam kelangsungan kegiatan dan keberhasilan kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang dapat dikontrol, sehingga merupakan strategi keunggulan perusahaan (Rangkuti 2000). Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matrik SWOT. Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis perusahaan yang menggambarkan peluang dan ancaman eksternal, serta pertemuan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan anternatif strategi.


(39)

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki masing-masing daerah merupakan potensi yang menjadi aset untuk pengembangan pembangunan wilayah. Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan

pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut. Karakteristik fisik yang ada diantaranya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan perlu digerakkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah (PDRB) dan kesempatan kerja dalam rangka pembangunan wilayah. Pengembangan potensi sumberdaya alam diprioritaskan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan dan kelautan.

Pentingnya pengembangan sektor perikanan dan kelautan juga dapat dilihat dari pengaruhnya yang cukup besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Kendal. Sektor perikanan dan kelautan masih merupakan lapangan usaha yang banyak diminati dan menjadi sumber penghasilan untuk kehidupan keluarga.

Salah satu cara untuk mengetahui kontribusi sektoral adalah dengan

menggunakan metode Location Quotient (LQ). LQ dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis atau non basis dalam periode tertentu. Metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau

pendapatan untuk sektor tertentu di daerah yang lebih sempit, dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau pendapatan untuk sektor yang sama secara nasional (wilayah yang lebih luas).

Dengan menggunakan metode LQ dan multiplier effek sebagai alat analisis, berbagai indikator dapat digunakan untuk melihat peranan suatu sektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Dalam penelitian ini, indikator yang akan digunakan adalah pendapatan wilayah (PDRB) dan tenaga kerja. Penentuan indikator tersebut berdasarkan pada pentingnya peranan masing-masing indikator terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Kendal. Peningkatan pendapatan wilayah penting dilakukan dalam upaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Penyerapan tenaga


(40)

kerja juga merupakan faktor penting dalam pembangunan wilayah, karena terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Metode Multiplier Effect

menggambarkan seberapa besar pengaruh perubahan kedua indikator tersebut terhadap pembangunan wilayah.

Identifikasi sektor basis dan non basis akan menggambarkan struktur ekonomi wilayah Kabupaten Kendal baik secara sektoral maupun regional yang bermanfaat bagi

perencanaan pembangunan selanjutnya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan.

Gambar 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi

Keterangan : --- = ruang lingkup penelitian; Analisis LQ = analisis Location Quotient; Analisis ME = analisis Multiplier Effect. SDA SDM Teknologi Kelembagaan

Karakteristik Fisik Karakteristik non Fisik

Potensi Sektor Perikanan

Pendapatan Tenaga Kerja

Peranan

Dampak

Strategi Pengembangan Sektor Perikanan

Implikasi Analisis LQ

Analisis ME


(41)

IV METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield 1930 diacu dalam Nazir 1999). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data berdasarkan jenisnya ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah kumpulan angka-angka hasil observasi (Soeratno dan Arsyad 1993). Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data pendapatan wilayah Kabupaten Kendal dan data pendapatan wilayah Provinsi Jawa Tengah serta data jumlah tenaga kerja di wilayah Kabupaten Kendal dan data jumlah tenaga kerja di wilayah Provinsi Jawa Tengah, sedangkan data kualitatif berupa data text dan image. Dari segi perolehannya, data yang didapat dikategorikan sebagai non experimental atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan.

Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan Sektor Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Kendal. Data primer ini digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series lima tahun terakhir yang diperoleh dari Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan


(42)

Kabupaten Kendal serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal. Data sekunder yang diambil adalah data pendapatan wilayah Kabupaten Kendal dan data pendapatan wilayah Provinsi Jawa Tengah serta data jumlah tenaga kerja di wilayah Kabupaten Kendal dan data jumlah tenaga kerja di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

4.3 Metode Pengambilan Responden

Pemilihan responden dilakukan secara non acak yaitu dengan purposive sampling. Menurut Fauzi (2001), pemilihan sampel pada purposive sampling dilakukan pada teknik anggota populasi untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengambilan responden ini digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT.

Responden dipilih dari wakil setiap stakeholder atau pelaku perikanan dan yang berelevansi dengan penelitian, dalam hal ini terdiri atas 7 orang pega wai Kantor

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, yang meliputi Kepala Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Sub Bagian Penangkapan, Kepala Sub Bagian Budidaya dan Pengendalian Lingkungan, Kepala Sub Bagian Usaha dan Penyuluhan serta Kepala Sub Bagian Sarana dan Prasarana Perikanan Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Bappekab (Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten) Kendal, Kepala BPS (Biro Pusat Statistik) Kabupaten Kendal, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal dan 6 orang pelaku usaha perikanan yang terdiri atas dua orang nelayan tangkap, dua orang pembudidaya serta dua orang pengolah yang merupakan penduduk asli Kabupaten Kendal serta sudah lama menjadi nelayan.

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan sektor


(43)

perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal, yang dapat dilihat dari karakteristik fisik (SDA, SDM, teknologi, kelembagaan) perikanan di Kabupaten Kendal.

Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah sektor perikanan termasuk basis ekonomi di Kabupaten Kendal, serta bagaimana dampaknya terhadap pembangunan wilayah dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Metode yang digunakan untuk kedua analisis di atas adalah Location Quotient dan

Multiplier Effect. Setelah itu, dengan mengetahui peranan dan dampak sektor perikanan terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah, maka dapat ditentukan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan di wilayah Kabupaten Kendal dengan menggunakan analisis SWOT.

4.4.1 Location Quotient

Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikn sektor perikanan sebagai sektor basis atau sektor non basis dalam perekonomian wilayah dengan menggunakan rumus :

LQ = T t

I i

V v

V v

/ /

= vi/VI : vt/VT

dimana :

vi = total pendapatan atau kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal;

VI = total pendapatan atau kesempatan kerja seluruh sektor di Kabupaten Kendal;

vt = total pendapatan atau kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Tengah;

VT = total pendapatan atau kesempatan kerja seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah.

4.4.2 Multiplier Effect

Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan effek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Menurut


(44)

Glasson (1977). Multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, dan dapat dilihat dalam rumus sebagai berikut :

MSy = Yb

Y

Setelah nilai multiplier (MSy) diperoleh, kemudian dilakukan prediksi pertumbuhan pendapatan wilayah yang diakibatkan oleh pertumbuhan pendapatan sektor perikanan dengan menggunakan rumus :

ÄY = ÄYb (MSy)

dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan;

ÄY = perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Kendal

ÄYb = perubahan pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal.

Perhitungan Multiplier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus :

MSe = Eb

E

Setelah nilai multiplier (MSe) diperoleh, seperti pada indikator pendaptan wilayah dilakukan juga prediksi pertumbuha n tenaga kerja yang diakibatkan oleh pertumbuhan tenaga kerja sektor perikanan dengan menggunakan rumus :

ÄE = ÄEb (MSe)

dimana : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja;

ÄE = perubahan tenaga kerja wilayah Kabupaten Kendal; ÄEb = perubahan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal.

4.4.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis ini digunakan untuk memperoleh hubungan antara faktor


(45)

eksternal dan internal. Faktor internal dalam analisis SWOT adalah kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal yang dihadapi adalah peluang

(opportunity) dan ancaman (threat). Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk matrik SWOT yang nantinya digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan pembangunan

Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis suatu sektor yang menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman-ancaman

eksternal yang dihadapi dapat dipertemukan dengan kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis. Menurut Rangkuti (2000), empat kelompok kemungkinan alternatif strategis tersebut adalah:

1) SO (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

2) ST (strength-threat), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.

3) WO (weakness-opportunity), yaitu berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan.

4) WT (weakness-threat), yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada


(46)

Tabel 1. Analisis SWOT Internal

Eksternal

Kekuatan

(strength) Kelemahan (weakness)

Peluang (opportunity)

SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menangkap kesempatan

WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (threat)

ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

WT

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 2000

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation

(IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu :

a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal.

b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Penentuan bobot dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan Kepala Subbagian Tata Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, dengan menggunakan skala :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal

Tabel ……Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategis Internal A B C …. Total

A B C …. Total Sumber : Rangkuti 2000


(47)

Faktor Strategis Eksternal A B C …. Total A

B C …. Total Sumber : Rangkuti 2000

c) Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus :

ai =

=

n

i Xi Xi

1

Keterangan :

ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3,…,n

n = Jumlah variabel

Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total bobot sama dengan satu.

d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut :

Nilai untuk matriks IFE, yaitu kekuatan :

4 = sangat kuat 2 = lemah

3 = kuat 1 = sangat lemah

Nilai untuk matriks IFE, yaitu kelemahan :

4 = sangat lemah 2 = kuat

3 = lemah 1 = sangat kuat

Nilai untuk matriks EFE, yaitu peluang :

4 = sangat tinggi 2 = rendah

3 = tinggi 1 = sangat rendah

Nilai untuk matriks EFE, yaitu ancaman :


(48)

3 = sedang 1 = sangat tinggi

e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga menjadi skor.

f) Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor.

Tabel……….Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1………. 2………. ………... Kelemahan :

1………. 2………. ……… Total

Sumber : Rangkuti 2000

Tabel……….Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Faktor Strategis

Eksternal

Bobot Rating Skor

Peluang :

1………. 2………. ………... Ancaman :

1………. 2………. ……… Total

Sumber : Rangkuti 2000

g) Total skor berkisar 1,0 sampai total skor yang berada 4,0 dengan rata-rata 2,5. Dibawah 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternal berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata


(49)

Pemilihan alternatif strategi ya ng terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan rangking sesuai tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini dilakukan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian rangking dilakukan secara subjektif oleh peneliti dari hasil wawancara dengan para responden.

4.5 Konsep dan Pengukuran

1) Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja;

2) Dampak sektor perikanan adalah efek pertumbuhan pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan terhadap pertumbuhan pendapatan dan tenaga kerja wilayah; 3) Pendapatan Domestic Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah

dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang dimaksud dala m penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB yang dinilai

berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan PDRB ini, dijadikan indikator untuk

melihat pengaruh perubahan tingkat kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita yaitu perbandingan antara PDRB dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat

diketahui kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Satuan PDRB yang

digunakan adalah jutaan rupiah;

4) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja sektor perikanan yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor perikanan. Kesempatan kerja sektor perikanan dinyatakan dalam orang (jiwa);

5) Kuosien lokasi (pendapatan/tenaga kerja) adalah perbandingan antara total (pendapatan/tenaga kerja) sektor perikanan Kabupaten Kendal terhadap total (pendapatan/tenaga kerja) seluruh sektor di Kabupaten Kendal dengan total (pendapatan/tenaga kerja) sektor perikanan Provinsi Jawa Tengah terhadap total (pendapatan/tenaga kerja) seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah;


(50)

6) Efek pengganda (pendapatan/tena ga kerja) adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/tenaga kerja) dalam wilayah terhadap pertumbuhan (pendapatan/tenaga kerja) wilayah yang bersangkutan;

7) Surplus pendapatan wilayah adalah nilai kelebihan pendapatan yang terjadi akibat dari kegiatan ekspor ke luar wilayah;

8) Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan; 9) Rumah Tangga Perikanan (RTP) adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan

penangkapan atau budidaya hewan atau budidaya tanaman air dengan tujuan menjual sebagian atau seluruh hasilnya;

10)Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan dimiliki oleh sektor perikanan serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan sektor perikanan yang mempengaruhi kinerja pembangunan;

11)Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki sektor perikanan untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar sektor perikanan;

12)strategi pengembangan adalah rencana atau siasat pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini menuju pada sasaran atau kondisi yang diinginkan;


(51)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Kendal 5.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Kendal merupakan salah satu dari 23 kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kendal terletak di jalur utama Pantai Utara Pulau Jawa atau yang lebih dikenal sebagai Pantura. Secara geografis Kabupaten kendal terletak pada 109040’-110018’ Bujur Timur dan 60032’-70024’ Lintang Selatan. Secara administratif batas wilayah Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Semarang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Temanggung - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang

Batas pesisir pantai Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa sejauh 4 mil laut - Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Semarang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalur jalan arteri Pantura - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang.

5.1.2 Luas Wilayah

Luas daerah Kabupaten Kendal mencapai 1.002,23 Km2 atau 100.223 hektar, yang terdiri atas tanah sawah 226,3 Km2, tanah pekarangan 145,51 Km2, tanah tegalan 223,26 Km2, tambak dan kolam 31,31 Km2, perkebunan 164,59 Km2, lain-lain 93,38 Km2. Lahan yang digunakan sebagi usaha perikanan yang berupa tambak dan kolam di pesisir pantai seluas 3.126 Ha atau 9,90 % dari jumlah luas lahan pesisir pantai atau sebesar 99,94 % dari jumlah luas lahan Kabupaten Kendal yang digunakan untuk usaha perikanan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa usaha perikanan lebih diminati di pesisir pantai dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Kendal.


(52)

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal tahun 2003 tercatat sebanyak 891.166 jiwa yang terdiri atas 439.666 (49,34 %) laki-laki dan 451.500 (50,66 %) perempuan. Penduduk terbesar ada di Kecamatan Kaliwungu 89.412 jiwa atau 10,03 % dari total penduduk Kabupaten Kendal. Kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Limbangan dengan penduduk sebanyak 29.396 jiwa atau 3,30 % dari total penduduk Kabupaten Kendal.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No. Kelompok Umur Laki-laki (orang)

Persentase (%)

Perempuan (orang)

Persentase (%)

1. 0 – 4 40.005 9,10 40.633 9,00

2. 5 – 9 44.505 10,12 44.559 9,87

3. 10 – 14 48.009 10,92 48.111 10,66

4. 15 – 19 47.922 10,90 45.187 10,01

5. 20 – 24 38.226 8,69 36.907 8,17

6. 25 – 29 33.864 7,70 35.766 7,92

7. 30 – 34 35.089 7,98 37.060 8,21

8. 35 – 39 34.006 7,73 35.543 7,87

9. 40 – 44 30.568 6,95 29.757 6,59

10. 45 – 49 23.544 5,35 21.312 4,72

11. 50 – 54 15.637 3,56 17.099 3,79

12. 55 – 59 13.607 3,09 15.590 3,45

13. 60 – 64 13.541 3,08 17.475 3,87

14. 65 + 21.143 4,81 26.501 5,87

Jumlah 439.666 100,00 451.500 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003

Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur terbanyak berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun, dengan jumlah penduduk sebanyak 96.120 jiwa.

Komposisi penduduk terendah berada pada kelompok umur 55 – 59 tahun dengan 29.167 penduduk. Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur Kabupaten Kendal, maka kelompok umur usia produktif (14-64 tahun) lebih besar jika

dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (>64 tahun).

Pertumbuhan penduduk tahun 2003 sebesar 0,44 persen yang terjadi di enam belas kecamatan, kecuali Kecamatan Weleri yang justru menurun 0,40 persen. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Rowosari yaitu sebesar 1,56 persen.


(53)

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal berpendidikan rendah. Secara proporsional di Kabupaten Kendal, persentase penduduk tamat SD merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 35,43 %, bahkan jika dijumlahkan dengan angka belum tamat SD dan belum sekolah mencapai 75,41%. Persentase penduduk tamat SLTP, SMU dan perguruan tinggi atau akademi adalah sebesar 24,59 %. Kondisi ini mencerminkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Kendal masih rendah yaitu tamatan SD. Hal ini dikarenakan penduduk lebih memilih mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan keterbatasan biaya dan lebih baik bekerja daripada sekolah. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No. Pendidikan Jumlah Penduduk (orang)

Persentase (%)

1. Tidak/belum sekolah 90.989 10,21

2. Belum tamat SD 265.278 29,77

3. Tamat SD 315.710 35,43

4. Tamat SLTP 117.983 13,24

5. Tamat SMU 75.713 8,49

6. Tamat PT/AK 25.493 2,86

Jumlah 891.166 100,00

Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal 2003

Penduduk di Kabupaten Kendal sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani (56,67 %) baik sebagai petani pemilik (23,95 %) maupun sebagai buruh tani (32,72 %). Hal ini sangat dimungkinkan karena lahan untuk pertanian di kawasan pantai relatif luas yaitu sebesar 10.464 Ha atau sebesar 34,73 % dari seluruh luas kawasan pesisir. Penduduk yang bekerja sebagai buruh bangunan sebesar 13,28%. Hal ini menunjukkan kondisi penduduk berpendidikan rendah yang cukup banyak di

Kabupaten Kendal, karena sebagai buruh bangunan tidak memerlukan keahlian khusus. Proporsi jumlah penduduk di Kabupaten Kendal yang bekerja dibandingkan dengan total seluruh penduduk di Kabupaten Kendal adalah sebanyak 58,90%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal bekerja untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah penduduk di Kabupaten Kendal berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.


(54)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Petani 125.714 23,95

2 Buruh tani 171.746 32,72

3 Nelayan 11.405 2,17

4 Pengusaha 3.864 0,74

5 Buruh Bangunan 69.680 13,28

6 Dagang 30.113 5,74

7 Transportasi 9.912 1,89

8 PNS/TNI 12.849 2,45

9 Pensiun 5.812 1,11

10 Lain-lain 83.761 15,96

Jumlah 524.856 100,00

Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal 2003

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal beragama Islam ya itu sebesar 99,00 % dari seluruh jumlah penduduk di Kabupaten Kendal. Dengan keragaman agama yang terdapat di Kabupaten Kendal, ternyata tidak menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, perlu adanya kerukunan hidup antar umat bergama dan saling menghormati sesama manusia, sehingga senantiasa hidup aman dan tenteram. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No. Agama Jumlah Penduduk (orang)

Persentase (%)

1. Islam 882.254 99,00

2. Katolik 4.231 0,47

3. Kristen 3.965 0,45


(55)

5. Budha 115 0,01

Jumlah 891.166 100,00

Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal 2003

5.1.4 Keadaan Tanah dan Iklim 5.1.4.1 Topografi

Topografi Kabupaten Kendal daerah selatan sampai ke utara merupakan wilayah lereng dan kaki pegunungan, sedangkan di bagian utara berupa dataran dan pantai utara. Di bagian selatan terdapat 2 gunung yaitu Gunung Prahu (bagian barat daya) dan Gunung Ungaran (bagian tenggara). Lereng kedua gunung tersebut membentuk wilayah selatan dari Kabupaten Kendal. Ketinggian untuk daerah ini berkisar antara 10-2.579 m dpl yang meliputi Kecamatan Plantungan, Pageruyung, Sukorejo, Pegandon, Patean, Singorojo, Boja, dan Limbangan serta sebagian Kaliwungu.

Daerah pesisir pantai berada pada ketinggian 0-10 m dpl yang meliputi

Kecamatan Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Ngampel, Kota Kendal, Brangsong dan Kaliwungu. Berdasarkan kemiringan tanahnya, secara umum wilayah Kabupaten Kendal dibedakan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu :

a) Kemiringan 0-8 % lahan datar seluas 53.976,91 Ha; b) Kemiringan 8-15 % lahan landai seluas 12.246,56 Ha;

c) Kemiringan 15-25 % lahan aagak curam seluas 7.370,85 Ha; d) Kemiringan 25-40 % lahan curam seluas 10.379,37 Ha; e) Kemiringan >40 % lahan sangat curam seluas 16.249,31Ha.

5.1.4.2 Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Kendal dibedakan atas tanah Alluvial, Latosol, Andosol dan Regosol, tanah mediteran, serta tanah Podzolik dan Regosol. Tanah

Alluvial bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan hitam. Produktifitas tanah ini dari rendah sampai tinggi dan digunakan untuk pertambakan, pertanian padi dan palawija serta pemukiman. Jenis tanah ini meliputi wilayah Kecamatan Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Kaliwungu, Brangsong, sebagian Kecamatan Weleri, Gemuh dan Pegandon.


(56)

Jenis tanah Latosol bersifat netral sampai asam berwarna coklat, coklat

kemerahan sampai merah. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau, dan perkebunan. Kecamatan yang mempunyai tanah latosol adalah Kecamatan Kaliwungu, Limbangan, Singorojo, Pegandon, Gemuh, Weleri, Plantungan, Sukorejo, Boja, Pageruyung dan Patean.

Tanah Andosol dan Regosol bersifat asam dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Kecamatan yang mempunyai jenis tanah ini adalah Kecamatan Plantungan dan Sukorejo.

Peralihan antara tanah alluvial dan latosol adalah tanah mediteran yang bersifat agak netral dengan warna merah sampai dengan coklat. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk sawah, tegalan, kebun buah-buahan, padang rumput dan pemukiman. Jenis tanah ini meliputi Kecamatan Brangsong, Kaliwungu, dan

Pegandon.

Jenis tanah podzolik dan regosol mengandung kapur dan tras yang bersifat netral sampai basa. Produktivitasnya rendah sampai sedang, biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan berpotensi sebagai lahan galian golongan C (pasir, kerikil, sirtu, batu kali dan tanah liat). Jenis tanah ini meliputi Kecamatan Singorojo, Limbangan dan Patean.

5.1.4.3 Iklim

Kabupaten Kendal beriklim tropis dengan dua musim bergantian sepanjang tahun yaitu musim penghujan dan kemarau. Temperatur di wilayah bagian utara bervariasi antara 26-320 C dengan kelembaban sekitar 53-65 %, sedangkan untuk wilayah bagian selatan temperaturnya berkisar antara 18-260 C dengan kelembaban 60-73 %.

5.1.5 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah modal utama penggerak roda pembangunan, apalagi tenaga kerja yang terampil dan terdidik merupakan sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan


(57)

dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pembangunan. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kendal menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tenaga Kerja Potensial Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 15 - 19 47.922 45.187 93.109

2. 20 - 24 38.226 36.907 75.133

3. 25 - 29 33.864 35.766 69.630

4. 30 - 34 35.089 37.060 72.149

5. 35 - 39 34.006 35.543 69.549

6. 40 - 44 30.568 29.757 60.325

7. 45 - 49 23.544 21.312 44.856

8. 50 - 54 15.637 17.099 32.736

9. 55 - 59 13.607 15.590 29.197

10. 60 - 64 13.541 17.475 31.016

Total 286.004 291.696 577.700

Sumber : Bappekab Kendal 2004

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal mencapai 891.166 jiwa pada tahun 2003. Dari jumlah ini sekitar dua pertiganya tergolong pada usia produktif yaitu antara 15 – 64 tahun. Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Kendal mencapai 577.700 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk usia kerja laki-laki sebanyak 32,09%, sedangkan penduduk usia kerja perempuan sebanyak 32,73%.

5.2 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kendal 5.2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan

5.2.1.1Perikanan Laut

Wilayah perikanan laut di Kabupaten Kendal meliputi wilayah pantai utara sepanjang 41km yang mencakup 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Cepiring, Kangkung dan Kecamatan Rowosari. Potensi perikanan pelagis yang tertangkap pada kawasan pantai pada umumnya didominasi oleh ikan teri, kembung, juwi dan tigowojo.

Kawasan perairan untuk kegiatan penangkapan ikan terletak pada perairan di luar kawasan pelabuhan dan alur pelayaran serta kawasan perlindungan dan penyangganya di gugusan terumbu karang. Kawasan ini membentang dari barat ke timur. Kegiatan


(58)

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (Bappekab Kendal 2003).

Produksi perikana n laut yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di empat tempat pada tahun 2003 menghasilkan 1.050.529 Kg ikan dengan nilai

Rp4.869.455.300,00. Produksi tahun ini turun 3,26 % dari tahun 2002, yaitu dari

1.085.952 Kg pada tahun 2002. Dilihat dari nilai produksinya, nilai produksi tahun 2003 juga lebih rendah dari tahun 2002, yaitu sebesar Rp8.563.473.800,00. Produksi dan nilai produksi perikanan laut yang dirinci menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di

Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat dalam Tabel 7.

Dilihat dari jumlah produksi perjenis ikan laut, dapat dilihat tiga komoditas yang menghasilkan jumlah produksi terbesar, adalah teri, ikan terbang dan ikan kembung, dengan masing-masing jumlah produksi sebanyak 236.682 Kg, 134.727 Kg dan 52.375 Kg. Berdasarkan nilai produksi perjenis ikan laut, dapat dilihat bahwa teri, cumi-cumi dan ikan tongkol merupakan penghasil nilai produksi terbesar dengan masing-masing nilai sebesar Rp2.702.334.100,00, Rp586.407.000,00 dan Rp292.423.500,00. Jumlah produksi dan nilai per jenis ikan laut di Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Dirinci Menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Kendal, Tahun 2003

No. TPI Produksi

(Kg)

Nilai (Rp)

1. Pidodo Kulon 118.547 1.232.145.000,00

2. Bandengan 137.698 1.614.285.100,00

3. Tawang 506.074 1.645.287.200,00

4. Sendang Sikucing 288.210 377.738.000,00

1.050.529 4.869.455.300,00 Tahun 2003

2002 1.085.952 8.563.473.800,00

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003

Tabel 8. Jumlah Produksi dan Nilai Per jenis Ikan Laut di Kabupaten Kendal, Tahun 2003


(1)

MSe = Eb E ∆ ∆ Tahun 2000

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 50 , 423 . 22 18 , 854 . 23 96 , 220 . 517 . 1 70 , 774 . 550 . 1 − − = 23.45

Tahun 2001

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 18 , 854 . 23 02 , 941 . 25 70 , 774 . 550 . 1 76 , 755 . 592 . 1 − − = 20.12

Tahun 2002

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 02 , 941 . 25 78 , 484 . 27 76 , 755 . 592 . 1 63 , 913 . 629 . 1 − − = 24.07


(2)

Lanjutan Lampiran 9.

Tahun 2003

MSe =

Eb E

∆ ∆

=

78 , 484 . 27 55 , 180 . 28

63 , 913 . 629 . 1 50 , 885 . 664 . 1

− − = 50.26

Keterangan :

MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan wilayah;

ÄE = perubahan pendapatan wilayah


(3)

MSe = Eb E ∆ ∆ Tahun 2000

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 551 . 28 879 . 28 787 . 513 558 . 548 − − = 106.01

Tahun 2001

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 879 . 28 944 . 30 558 . 548 856 . 524 − − = -11.48

Tahun 2002

MSe =

Eb E ∆ ∆ = 944 . 30 825 . 31 856 . 524 767 . 586 − − = 70.27


(4)

Lanjutan Lampiran 10.

Tahun 2003

MSe =

Eb E

∆ ∆

=

825 . 31 752 . 27

767 . 586 856 . 524

− − = -15.20

Keterangan :

MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja

ÄE = perubahan tenaga kerja wilayah


(5)

(6)

Lanjutan Lampiran 11.