Pendugaan dan kelayakan model

5.2. Bahan dan Metode 5.2.1. Bahan Ampas tapioka dan dua jenis karbon aktif KA1 dan KA2 yang digunakan pada penelitian ini sama dengan yang digunakan pada penelitian sebelumnya Bab IV. Asam sulfat dan reagen lain yang digunakan mempunyai kualitas untuk analisis. Biakan Saccharomyces cerevisiae LIPI MC 0070 diperoleh dari Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong, Bogor.

5.2.2. Hidrolisis ampas tapioka menggunakan pemanasan gelombang mikro

Suspensi bahan dalam asam sulfat 0,88 4g20 mL atau 20 bv disiapkan di dalam tabung Teflon ® berkapasitas 100 mL dan diaduk menggunakan pengaduk magnetik agar diperoleh suspensi yang homogen. Karbon aktif 0,4-2 g atau 10-50 bb ditambahkan ke dalam contoh dengan perlakuan penambahan karbon aktif. Tabung Teflon ® dan isinya diletakkan pada dudukannya yang berbentuk silinder dengan kapasitas 6 tabung. Campuran kemudian dihidrolisis di dalam oven gelombang mikro SHARP R-360JS yang mempunyai frekuensi 2.450 MHz, daya output 1.100 W. Iradiasi dilakukan pada tingkat daya 50 atau setara dengan 550 W selama 9 menit. Setelah iradiasi gelombang mikro, campuran dalam tabung segera didinginkan dengan merendamnya dalam bak berisi es.

5.2.3. Analisis fraksi terlarut hidrolisat ampas tapioka

Kadar padatan terlarut dalam fraksi terlarut hidrolisat ampas tapioka ditentukan menggunakan ATAGO Hand Refractometer N-20. Kadar glukosa, pH, absorbansi pada 490 nm dan kadar hidroksi metil furfural HMF ditentukan seperti pada Bab II, Bab III dan Bab IV, dengan metode seperti pada Lampiran 3.

5.2.4. Persiapan hidrolisat ampas tapioka untuk fermentasi

Hidrolisat yang disiapkan terdiri dari hidrolisat yang diperoleh tanpa penambahan karbon aktif dan dengan penambahan karbon aktif 1 g atau 25 dari berat ampas tapioka pada proses hidrolisis. Hidrolisat dinetralkan dengan larutan ammonium hidroksida NH 4 OH 5 sampai pH mencapai 5,0-5,5. Hidrolisat yang sudah dinetralkan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi 50 mL. Menjelang fermentasi sebagian hidrolisat tanpa penambahan karbon aktif yang telah dinetralkan diberi perlakuan karbon aktif dengan jenis dan jumlah yang sama dengan yang ditambahkan pada proses hidrolisis, yang bertujuan untuk mengadsorpsi senyawa-senyawa inhibitor fermentasi. Proses adsorpsi inhibitor dilakukan di dalam waterbath shaker pada suhu 50 °C selama 30 menit. Dengan demikian, ada lima hidrolisat yang disiapkan untuk fermentasi, yaitu hidrolisat tanpa penambahan karbon aktif H0, hidrolisat dengan penambahan karbon aktif 1 dan karbon aktif 2 pada saat hidrolisis H1A dan H2A, serta hidrolisat dengan penambahan karbon aktif 1 dan karbon aktif 2 setelah hidrolisis H1B dan H2B. Diagram alir proses persiapan hidrolisat ampas tapioka disajikan pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 Diagram alir proses persiapan hidrolisat ampas tapioka sampai fermentasi. Volume hidrolisat ditepatkan sampai 25 mL dengan air suling, lalu ditambahkan lagi 2 mL air suling. Sebagai referensi disiapkan larutan glukosa di dalam tabung sentrifugasi 50 mL dengan konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi glukosa di dalam hidrolisat ampas tapioka. Sebagian larutan glukosa diberi Hidrolisis Asam Hidrolisis Asam dan Adsorpsi Inhibitor Adsorpsi Inhibitor Fermentasi Ampas Tapioka Karbon Aktif KA1, KA2 H0 H1A, H2A H1B, H2B Etanol Fermentasi Fermentasi Etanol Etanol karbon aktif 1 g seperti pada hidrolisat ampas tapioka yang penambahannya dilakukan sebelum fermentasi. Selain itu, disiapkan pula larutan blanko substrat yang berisi air suling sebagai pengganti hidrolisat ampas tapioka atau glukosa.

5.2.5. Persiapan inokulum S.cerevisiae

Biakan S. cerevisiae diinokulasikan pada medium agar miring PDA Potato Dextrose Agar, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama 5-7 hari. Sebanyak 5 mL medium YPG pH 5 dengan komposisi yeast extract 10 gL, pepton 20 gL dan glukosa 50 gL yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam medium agar miring yang telah ditumbuhi S. cerevisiae. Setelah itu, S. cerevisiae dirontokkan dan diinokulasikan ke dalam 25 mL medium YPG, kemudian diinkubasi di dalam waterbath shaker pada suhu 30 °C selama 24 jam. Densitas optikal OD inokulum yang diperoleh diukur pada panjang gelombang 600 nm, sedangkan penghitungan jumlah sel direct microscopic count dilakukan menggunakan haemocytometer. Pada penelitian ini diperoleh nilai OD 0,548 dan jumlah sel 1,3 x 10 8 . Inokulum yang diperoleh siap untuk diinokulasikan ke dalam medium fermentasi, yaitu hidrolisat ampas tapioka dan larutan glukosa.

5.2.6. Fermentasi hidrolisat ampas tapioka dengan S. cerevisiae

Semua hidrolisat dan larutan glukosa yang telah disiapkan disterilisasi pada suhu 121 °C selama 15 menit, lalu didinginkan. Setelah itu, ke dalamnya ditambahkan 3 mL inokulum S. cerevisiae, sehingga total volume hidrolisat, larutan glukosa maupun blanko substrat adalah 30 mL. Fermentasi dilakukan pada gyratory shaker dengan kecepatan 150 rpm dan suhu ruang. Pengambilan contoh dilakukan setelah fermentasi berlangsung selama 24, 48, 72, 96 dan 120 jam. Hidrolisat H1A dan H1B diamati sampai jam ke 96 karena dari hasil penelitian pendahuluan glukosa di dalam kedua hidrolisat ini sudah habis setelah inkubasi selama 72 jam. Hasil fermentasi disentrifugasi pada kecepatan 8.000 rpm, 5 °C selama 20 menit, lalu supernatan yang diperoleh dipisahkan dari residunya. Selanjutnya, terhadap supernatan yang diperoleh dari hasil fermentasi dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dan kadar total padatan terlarut menggunakan ATAGO Hand Refractometer N-20, serta penentuan kadar glukosa