Persiapan hidrolisat ampas tapioka untuk fermentasi

atau terurai di dalam hidrolisat menjadi sumber nitrogen organik ekstra bagi mikroorganisme Thongchul et al. 2010. Dari hasil percobaan menggunakan larutan glukosa ini juga ditunjukkan bahwa sebagian glukosa teradsorpsi pada karbon aktif, yang terlihat dari kadar total padatan terlarut dan kadar glukosa yang lebih rendah pada larutan awal glukosa yang diberi karbon aktif G1 dan G2 dibandingkan dengan yang tidak diberi karbon aktif G0 Gambar 5.4 dan 5.5.

5.3.2.3. Produksi etanol dari hidrolisat ampas tapioka

Sesuai dengan proses konsumsi gula, produksi etanol pada hidrolisat ampas tapioka dengan penambahan karbon aktif 1 H1A dan H1B lebih cepat dibandingkan dengan pada hidrolisat tanpa karbon aktif H0 Tabel 5.2. Produksi etanol pada hidrolisat dengan penambahan karbon aktif 1 mulai terdeteksi saat fermentasi 48 jam dan mencapai maksimum setelah fermentasi selama 72 jam, sedangkan pada hidrolisat tanpa karbon aktif etanol baru terdeteksi saat fermentasi 72 jam dan mencapai maksimum setelah fermentasi selama 120 jam. Agak berbeda halnya dengan pada hidrolisat dengan penambahan karbon aktif 2 H2A dan H2B yang menunjukkan bahwa etanol sudah mulai terdeteksi saat fermentasi berlangsung 24 jam, namun produksinya lambat dan kadar etanol maksimum baru tercapai setelah fermentasi selama 120 jam. Fenomena lain yang menarik untuk diamati adalah kadar etanol maksimum yang diperoleh dari hidrolisat ampas tapioka dengan penambahan KA1 atau KA2 pada proses hidrolisis H1A dan H2A lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh dari hidrolisat tanpa penambahan karbon aktif H0 maupun dengan penambahan karbon aktif saat adsorpsi inhibitor H1B dan H2B. Pada hidrolisat H1B dan H2B sebagian glukosa yang teradsorpsi di permukaan karbon aktif kemungkinan masih dapat difermentasi oleh khamir, sehingga etanol yang dihasilkan pun menjadi hampir sama dengan etanol yang dihasilkan dari hidrolisat tanpa penambahan karbon aktif. Di sisi lain, pada hidrolisat H1A dan H2A sebagian maltooligomer yang teradsorpsi di permukaan karbon aktif tidak terkonversi menjadi glukosa, sehingga glukosa yang tersedia untuk proses fermentasi menjadi lebih rendah daripada dalam H0. Maltooligomer yang teradsorpsi di permukaan karbon aktif tidak dapat terkonversi menjadi etanol oleh khamir, sehingga perolehan etanol dari H1A dan H2A menjadi lebih rendah. Tabel 5.2 Produksi etanol dari hidrolisat ampas tapioka selama fermentasi dengan S. cerevisiae Produksi Inkubasi jam Etanol 24 48 72 96 120 Produksi etanol vv H0 tt tt 1,81 ± 0,23 4,19 ± 0,67 4,84 ± 0,40 H1A tt 1,28 ± 0,44 4,06 ± 0,41 4,49 ± 0,13 H1B tt 1,66 ± 0,09 5,02 ± 0,13 4,95 ± 0,03 H2A 0,62 ± 0,11 1,42 ± 0,22 2,41 ± 0,52 3,27 ± 0,24 4,28 ± 0,34 H2B 0,78 ± 0,15 1,45 ± 0,14 2,70 ± 0,51 3,63 ± 0,41 4,99 ± 0,05 G0 0,45 0,74 1,20 1,35 2,07 G1 0,26 0,83 0,86 1,28 2,44 G2 0,46 0,83 1,20 1,99 2,32 Produksi etanol gL H0 tt tt 14,31 ± 1,80 33,09 ± 5,26 38,21 ± 3,19 H1A tt 10,10 ± 3,47 32,01 ± 3,25 35,40 ± 1,02 H1B tt 13,06 ± 0,73 39,58 ± 1,00 39,06 ± 0,27 H2A 4,92 ± 0,87 11,23 ± 1,76 19,01 ± 4,07 25,77 ± 1,91 33,80 ± 2,72 H2B 6,18 ± 1,21 11,41 ± 1,13 21,30 ± 4,03 28,61 ± 3,25 39,40 ± 0,40 G0 3,55 5,84 9,47 10,65 16,33 G1 2,05 6,55 6,79 10,10 19,25 G2 3,63 6,55 9,47 15,70 18,30 Produktivitas etanol gLjam H0 tt tt 0,20 ± 0,03 0,34 ± 0,05 0,32 ± 0,03 H1A tt 0,21 ± 0,07 0,44 ± 0,05 0,37 ± 0,01 H1B tt 0,27 ± 0,02 0,55 ± 0,01 0,41 ± 0,00 H2A 0,20 ± 0,04 0,23 ± 0,04 0,26 ± 0,06 0,27 ± 0,02 0,28 ± 0,02 H2B 0,26 ± 0,05 0,24 ± 0,02 0,30 ± 0,06 0,30 ± 0,03 0,33 ± 0,00 G0 0,15 0,02 0,13 0,11 0,14 G1 0,09 0,03 0,09 0,11 0,16 G2 0,15 0,03 0,13 0,16 0,15 Angka yang disajikan merupakan nilai rata-rata ± SB Simpangan Baku n=3, kecuali pada G0, G1 dan G2 merupakan nilai 1 ulangan tt = tidak terdeteksi H0 = Hidrolisat tanpa KA H1A dan H1B = Hidrolisat dengan KA1, masing-masing ditambahkan saat dan sesudah hidrolisis H2A dan H2B = Hidrolisat dengan KA2, masing-masing ditambahkan saat dan sesudah hidrolisis G0, G1 dan G2 = Larutan glukosa tanpa KA, dengan KA1 dan KA2 Terjadinya fermentasi terhadap glukosa yang teradsorpsi pada permukaan karbon aktif juga dilaporkan oleh Ikegamai et al. 2000. Namun demikian, dugaan fenomena ini perlu dikaji lebih mendalam dengan memperhatikan aspek- aspek lain yang terjadi pada sistem fermentasi heterogen ini, antara lain kecepatan difusi komponen dalam hidrolisat pada karbon aktif. Jika kecepatan difusi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan fermentasi, maka dugaan di atas dapat diterima. Tabel 5.3 Hasil etanol yang diperoleh dari proses fermentasi hidrolisat ampas tapioka dengan S. cerevisiae Hasil Inkubasi jam Etanol 24 48 72 96 120 Hasil etanol g etanol g glukosa awal H0 0,17 ± 0,02 0,40 ± 0,06 0,46 ± 0,04 H1A 0,14 ± 0,05 0,43 ± 0,04 0,47 ± 0,01 H1B 0,11 ± 0,01 0,48 ± 0,01 0,47 ± 0,00 H2A 0,07 ± 0,01 0,16 ± 0,03 0,28 ± 0,06 0,38 ± 0,03 0,50 ± 0,04 H2B 0,08 ± 0,01 0,14 ± 0,01 0,26 ± 0,05 0,35 ± 0,04 0,48 ± 0,00 G0 0,04 0,07 0,12 0,13 0,20 G1 0,03 0,08 0,08 0,13 0,24 G2 0,05 0,08 0,12 0,20 0,23 Hasil etanol g etanol g glukosa yang dikonsumsi H0 0,34 ± 0,09 0,48 ± 0,12 0,47 ± 0,04 H1A 0,25 ± 0,06 0,39 ± 0,04 0,43 ± 0,01 H1B 0,35 ± 0,02 0,48 ± 0,01 0,48 ± 0,00 H2A 0,23 ± 0,07 0,31 ± 0,03 0,33 ± 0,08 0,40 ± 0,05 0,41 ± 0,03 H2B 0,43 ± 0,09 0,33 ± 0,03 0,46 ± 0,09 0,43 ± 0,01 0,48 ± 0,00 G0 0,18 0,32 0,48 0,36 0,46 G1 0,06 0,24 0,15 0,19 0,33 G2 0,11 0,23 0,22 0,33 0,36 Hasil etanol berdasarkan berat ampas tapioka kering H0 11,55 ± 1,46 26,72 ± 4,24 30,86 ± 2,57 H1A 8,16 ± 2,80 25,85 ± 2,62 28,59 ± 0,82 H1B 10,54 ± 0,59 31,96 ± 0,81 31,54 ± 0,22 H2A 3,97 ± 0,70 9,07 ± 1,43 15,35 ± 3,29 20,81 ± 1,54 27,29 ± 2,20 H2B 4,99 ± 0,98 9,22 ± 0,91 17,20 ± 3,26 23,11 ± 2,62 31,81 ± 0,33 Angka yang disajikan merupakan nilai rata-rata ± SB Simpangan Baku n=3, kecuali pada G0, G1 dan G2 merupakan nilai 1 ulangan H0 = Hidrolisat tanpa KA H1A dan H1B = Hidrolisat dengan KA1, masing-masing ditambahkan saat dan sesudah hidrolisis H2A dan H2B = Hidrolisat dengan KA2, masing-masing ditambahkan saat dan sesudah hidrolisis G0, G1 dan G2 = Larutan glukosa tanpa KA, dengan KA1 dan KA2 Jika dilihat produktivitas etanolnya, H1A dapat mencapai produktivitas etanol yang tinggi 0,44 gLjam, jauh lebih tinggi dari produktivitas H0 0,34 gLjam walaupun di bawah produktivitas H1B 0,55 gLjam. Produktivitas