Analisis fraksi terlarut dan residu hidrolisat ampas tapioka
pemanasan diperpanjang sampai 12,5 menit. Sementara itu, senyawa berwarna coklat yang terbentuk di dalam hidrolisat ampas tapioka juga meningkat dengan
meningkatnya waktu pemanasan, sebagaimana terlihat dari peningkatan nilai absorbansi pada 490 nm dan peningkatan kadar HMF dalam hidrolisat Tabel 4.5.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak gula yang terdegradasi menjadi senyawa berwarna coklat seperti furfural dan HMF ketika pemanasan
diperpanjang. Pada hidrolisis ampas tapioka menggunakan asam dengan pemanasan konvensional terjadi penurunan hasil glukosa jika waktu reaksi terlalu
lama, terutama jika konsentrasi asam lebih besar dari 1 N Thongchul et al. 2010. Sementara itu, Yu et al. 1996 serta Warrand dan Janssen 2007 mengamati
terjadinya peningkatan absorbansi, masing-masing pada panjang gelombang 395- 500 nm dan 400-500 nm seiring dengan meningkatnya waktu pemanasan pada
hidrolisis pati dan amilosa menggunakan pemanasan konvensional. Waktu hidrolisis yang singkat pada pemanasan gelombang mikro sebetulnya dapat
mencegah terbentuknya senyawa berwarna coklat pada proses hidrolisis pati, seperti yang dilaporkan oleh Yu et al. 1996 serta Warrand dan Janssen 2007
yang membandingkan proses hidrolisis pati dalam larutan asam menggunakan pemanasan konvensional dan pemanasan gelombang mikro. Pada penelitian ini
pemanasan gelombang mikro dengan tingkat daya 550 W selama 10 menit masih menghasilkan hidrolisat dengan hasil glukosa yang tinggi dan warna yang terang,
namun jika pemanasan dilanjutkan, maka seperti pada pemanasan konvensional, hasil glukosa menurun karena glukosa dan gula sederhana lain yang terbentuk
dapat terdegradasi menjadi senyawa dengan bobot molekul lebih rendah seperti HMF dan furfural yang berwarna coklat.
Hasil glukosa dari ampas tapioka meningkat dari 66 menjadi 91 ketika konsentrasi asam sulfat dinaikkan dari 0,1 menjadi 0,5. Akan tetapi,
peningkatan konsentrasi asam lebih lanjut sampai dengan 0,8 ternyata tidak lagi meningkatkan hasil glukosa. Nilai rata-rata hasil glukosa dengan simpangan baku
masing-masing yang diperoleh dari perlakuan menggunakan konsentrasi asam 0,5, 0,6 dan 0,8 berbeda tidak nyata, sedangkan senyawa berwarna coklat
mengalami peningkatan sampai konsentrasi asam sulfat 0,6, namun kemudian menurun ketika digunakan asam sulfat 0,8 Tabel 4.6. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun tidak lagi meningkatkan hasil glukosa, penggunaan konsentrasi asam yang lebih tinggi dapat mengurangi pembentukan senyawa berwarna coklat
dalam hidrolisat ampas tapioka. Terhambatnya pembentukan senyawa berwarna coklat di dalam medium yang bersifat asam, seperti dijelaskan pada Bab 4.3.2.4,
adalah karena di dalam medium yang bersifat asam gugus amino yang berasal dari protein terprotonasi, sehingga tahap awal reaksi Maillard berupa pembentukan
senyawa glikosilamina terhambat. Semakin rendah pH atau semakin tinggi derajat keasaman medium, maka semakin kuat pula penghambatan reaksi
pembentukan glikosilamina. Walaupun penggunaan asam sulfat dengan konsentrasi yang lebih tinggi dapat menghambat reaksi pencoklatan, namun
penggunaan asam sulfat dengan konsentrasi yang lebih tinggi memerlukan jumlah basa yang lebih banyak pada proses netralisasi, sehingga biaya proses akan
menjadi lebih tinggi pula. Table 4.5 Pengaruh lama pemanasan terhadap hidrolisat ampas tapioka setelah
iradiasi gelombang mikro pada tingkat daya 550 W dengan H
2
SO
4
0,5 Lama Pemanasan
Hasil Glukosa Absorbansi
HMF menit
pada 490 nm mg100 g
5 4,7 ± 0,40
0,065 ± 0,008 ta
7,5 75,78 ± 6,55
0,051 ± 0,005 2,1 ± 1,13
10 91,52 ± 1,33
0,210 ± 0,122 23,52 ± 5,51
12,5 80,06 ± 4,37
0,547 ± 0,091 50,13 ± 1,33
Angka yang disajikan merupakan nilai rata-rata ± SB Simpangan Baku n=3 ta = tidak dianalisis karena jumlah glukosa masih sangat sedikit
Tabel 4.6 Pengaruh konsentrasi H
2
SO
4
terhadap hidrolisat ampas tapioka setelah iradiasi gelombang mikro pada tingkat daya 550 W selama 10 menit
Konsentrasi Asam Sulfat
Hasil Glukosa Absorbansi
HMF pada 490 nm
mg100 g 0,1
66,43 ± 7,35 0,127 ± 0,014
8,61 ± 5,73 0,3
78,82 ± 2,66 0,126 ± 0,019
13,71 ± 5,36 0,5
91,52 ± 1,33 0,210 ± 0,122
23,52 ± 5,51 0,6
87,61 ± 4,77 0,182 ± 0,044
25,10 ± 5,36 0,8
91,37 ± 0,29 0,120 ± 0,018
10,06 ± 4,41
Angka yang disajikan merupakan nilai rata-rata ± SB Simpangan Baku n=3