Perbedaan variabel tersebut mengakibatkan perbedaan nilai antara kebutuhan air bersih teoritis dan nilai kebutuhan aktual.
Jumlah produksi es terkait erat dengan jumlah permintaan. Permintaan es biasanya datang baik dari armada penangkapan di Bungus maupun di luar Kota
Padang, serta oleh pedagang ikan yang berada di lokasi pelabuhan. Faktor musim penangkapan dan musim pendaratan cukup signifikan mempengaruhi jumlah
permintaan es. Pada saat musim penangkapan dan pendaratan kebutuhan es meningkat.
Berdasarkan perhitungan, diketahui kebutuhan teoritis air bersih pada pabrik es di PPS Bungus adalah 23.760 ton per tahun, sementara kebutuhan aktual air bersih
selama tahun 2006 berjumlah sebesar 7.932,9 ton. Terlihat perbedaan yang
mencolok pada kedua nilai tersebut. Tingkat kebutuhan air bersih pada pabrik es hanya sebesar 31,67. Hal ini dipengaruhi oleh faktor permintaan oleh pelanggan
es, dalam hal ini nelayan dan pemilik kapal. Sepinya aktivitas melaut mengakibatkan jumlah permintaan es yang digunakan sebagai bekal melaut pun
minim rendah. Kebijakan yang ditempuh pabrik es adalah menyesuaikan jumlah produksi dengan tingkat permintaan. Rendahnya jumlah produksi es
menyebabkan jumlah pemakaian air bersih dari pelabuhanpun kecil. Bila dibandingkan dengankan dengankan dengan PPS Kendari, yang mana
kapasitaskemampuan produksinya sebesar 224,5 tonhari, sementara produksi aktual yang mampu diupayakan adalah 101.2 tonhari, maka terjadi kekurangan
air bersih untuk memproduksi es bagi kebutuhan nelayan dan pengolahan di pelabuhan ini. Hal ini disebabkan minimnya suplai air bersih dari pelabuhan
Saiben, 2003.
7.1.3 Tingkat Kebutuhan Air Bersih pada Unit Processing
1 Kebutuhan Aktual
Terdapat lima perusahaan yang bergerak dalam bidang cold storage dan processing
di PPS Bungus pada tahun 2007, namun tiga perusahaan diantaranya masih dalam status kontrak dan pembangunan gedungfasilitas. Perusahaan
tersebut adalah CV. Priadi Sabena Sibolga, CV. Tridaya Eramina, dan usaha perorangan Lajuardi. Sementara hanya ada dua perusahaan yang telah dan masih
melakukan aktivitas processing, yaitu perusahaan PT. Sinar Agromarine Utama SAMU dan PT. Dempo Andalas Samudera. Kedua perusahaan ini bergerak
dibidang processing dan eksportir tuna. Anonimus, 2007. Jumlah air yang dimanfaatkan dalam kegiatan pengolahan ditentukan oleh
jumlah ikan yang akan diolah. Rasio air yang digunakan untuk pengolahan setiap kg ikan adalah sekitar 1 liter. Air ini digunakan diantaranya untuk pencucian dan
pembekuan ikan. Setiap bulannya, rata-rata 90,25 ton ikan diproses di perusahaan ini. Air bersih yang digunakan untuk itu adalah berkisar 90
– 100 ton. Pada tahun 2007, ikan yang diproses oleh perusahaan ini berjumlah sekitar 1.083 ton tuna
dengan pemanfaatan air bersih sebesar 1.200 ton. Sementara itu, untuk air minum karyawan, mandi dan wc serta kebersihan lantai dan pencucian peralatan
memanfaatkan sejumlah 68,1 ton air bersih sehingga total pemanfaatan air bersih oleh unit processing ini adalah 1.268,1 ton.
2 Kebutuhan Teoritis
Kelancaran kegiatan pengolahan ikan bergantung pada suplai air yang disediakan oleh pihak PPS Bungus. Air bersih dalam industri pengolahan
digunakan untuk kegiatan pencucian ikan, pencucian peralatan, pembersihan lantai, kebersihan pekerja, air pendingin mesin, air minum karyawan, mandi, WC
dan lain-lain. Kebutuhan air bersih teoritis untuk dua perusahaan yang bergerak dalam
bidang processing ini pada tahun 2006 adalah 3.067,74 ton per tahun. Sementara kebutuhan aktualnya berjumlah sebesar 1.200 ton sehingga tingkat kebutuhan air
bersih pada unit processing adalah sebesar 39,12. Perbedaan nilai yang cukup besar ini disebabkan oleh perbedaan antara rasio penggunaan air bersih antara
teoritis dan realitanya. Pada penghitungan kebutuhan air bersih, secara teoritis rasio penggunaan air
bersih untuk processing 1 kg ikan adalah sebesar 1,15 liter, sedangkan realitas rasio penggunaan air untuk memproses 1 kg ikan adalah sebesar 1 liter. Perbedaan
nilai rasio inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai antara kebutuhan teoritis dan kebutuhan aktual. Sementara menurut penuturan praktisi processing di
PPS Bungus, 1 liter air dirasakan cukup untuk memproses 1 kg ikan, mulai dari pencucian hingga persiapan pembekuan.
Perbedaan dalam perhitungan kebutuhan aktual adalah jumlah hari dalam setahun yang digunakan untuk pengolahan. Pada perhitungan kebutuhan teoritis,
processing diasumsikan dilakukan setiap hari, sedangkan data aktual tidak
demikan, processing dilakukan jika ada input ikan yang masuk ke unit processing saja dan ini tidak terjadi setiap hari.
7.1.4 Tingkat Kebutuhan Air Bersih pada Komplek Perumahan