Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian

1.2 Perumusan Masalah

1 Belum diketahui jumlah air bersih yang seharusnya disediakan terkait aktivitas yang ada di PPS Bungus saat ini. 2 Belum diketahui jumlah air bersih yang digunakan untuk masing-masing unit kegiatan yang menggunakan air bersih di PPS Bungus. Hal tersebut diatas dapat menimbulkan permasalahan dalam optimalisasi produksi dan distribusi air bersih bagi kelancaran aktivitas di PPS Bungus.

1.3 Tujuan Penelitian

1 Mengetahui pengelolaan mekanisme penyediaan dan pendistribusian air bersih di PPS Bungus. 2 Mengetahui tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih di PPS Bungus

1.4 Manfaat Penelitian

1 Bagi pihak pelabuhan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan air bersih 2 Bagi nelayan atau stakeholders dapat memberikan informasi mengenai kondisi air bersih di PPS Bungus. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera

2.1.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16MEN2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Masih menurut peraturan tersebut, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu: 1 Pelabuhan Perikanan Samudera PPS; 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN; 3 Pelabuhan Perikanan Pantai PPP; 4 Pangkalan Pendaratan Ikan PPI. Pelabuhan perikanan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 tersebut, diklasifikasikan menjadi: 1 Pelabuhan Perikanan Samudera PPS, dengan kriteria: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan laut lepas 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT 3 Panjang darmaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus 5 Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor 6 Terdapat industri perikanan 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN, dengan kriteria: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus 5 Terdapat industri penangkapan 3 Pelabuhan Perikanan Pantai PPP, dengan kriteria: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus 4 Pangkalan Pendaratan Ikan PPI, dengan kriteria: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT 3 Panjang dermaga sekurang-kurang 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus

2.1.2 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16MEN2006 pasal 22 tentang Pelabuhan Perikanan menyebutkan bahwa fasilitas pelabuhan perikanan meliputi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, fasilitas penunjang. 1 Fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi: 1 Pelindung seperti breakwater, revetment dan groin; 2 Tambat seperti darmaga dan jetty; 3 Perairan seperti kolam dan alur pelayaran; 4 Penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, jembatan; 5 Lahan pelabuhan perikanan. 2 Fasilitas fungsional sekurang-kurangnya meliputi 1 Pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan TPI; 2 Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB, rambu- rambu, lampu suar, dan menara pengawas; 3 Suplai air bersih, es dan listrik; 4 Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dockslipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring; 5 Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu; 6 Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; 7 Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan 8 Pengolahan limbah seperti IPAL 3 Fasilitas penunjang sekurang-kurangnya meliputi: 1 Pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan 2 Pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu 3 Sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK 4 Kios IPTEK 5 Penyelenggaraan fungsi pemerintahan.

2.1.3 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16MEN2006 pasal 4 ayat 1 dan 2, pelabuhan perikanan berfungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan hingga pemasaran Pasal 4 ayat 1. Sedangkan fungsi pelabuhan perikanan menurut pasal 4 ayat 2 dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa: 1 Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan serta kapal pengawas perikanan 2 Pelayanan bongkar muat 3 Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan 4 Pemasaran dan distribusi ikan 5 Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan 6 Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan 7 Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan 8 Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan 9 Pelaksanaan kesyahbandaran 10 Pelaksanaan fungsi karantina ikan 11 Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan 12 Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari 13 Pengendalian lingkungan kebersihan, keamanan dan ketertiban, kebakaran dan pencemaran.

2.2 Air

2.2.1 Pengertian Tentang Air

Beberapa penyebutan istilah sehubungan dengan air bersih: 1 Sumberdaya air water reseources menyatakan pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan karakteristik air di permukaan bumi Arsyad, 1989 vide Nugroho 2002. 2 Air baku raw water adalah sumberdaya air yang mengisi badan-badan air waduk, sungai, danau, mata air. Dirjen Cipta Karya 2001, diacu Nugroho 2002, mendefenisikan sebagai sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga. 3 Air bersih safe water adalah sumberdaya air yang aman dan bersih, memerlukan perlakukan tertentu untuk dijadikan air minum Nugroho, 2002. 4 Air minum drink water adalah air bersih yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990. 5 Fresh water: sumberdaya air yang jumlahnya lebih banyak dari safe water, merujuk kepada pengertian seluruh air tawar di muka bumi dan atmosfir, selain dari lautan World Bank 1996, vide Nugroho 2002.

2.2.2 Sumberdaya Air dan Klasifikasinya

1 Sumberdaya air Arsyad 1989 vide Nugroho 2002 menyatakan sumberdaya air water reseources memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan perilaku air di muka bumi. Berdasarkan siklus hidrologi diketahui bahwa awal sumber air tawar adalah air hujan. Air hujan mengalir sesuai dengan daerah jatuhnya, sebagian akan berubah menjadi uap air yang kemudian kembali membentuk awan, sebagian mengalir sebagai air sungai dan sebagian tertahan sebagai air danau serta sebagian lagi mengalir sebagai air tanah. Baik air tanah maupun air permukaan sebagian besar selanjutnya akan bermuara ke laut dan bercampur dengan air laut sehingga menjadi air asin. Air daratan yang menguap akan bergabung dengan uap air yang berasal dari laut untuk selanjutnya menjadi awan dan akan jatuh lagi sebagai air hujan. Berdasarkan siklus hidrologi tersebut, kategori air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih pada umumnya meliputi; air hujan, air permukaan air sungai dan air danau, air tanah Rahayu, 2002 dan air permukaan tanah Pane, 2005. 1 Air hujan Air hujan mempunyai potensi terbesar sebagai sumber air dibandingkan dengan sumber lainnya, karena semua sumber air lainnya berawal dari sumber ini air hujan. Faktor kekurangan air hujan adalah keberadaannya yang sangat singkat, biasanya hanya sekitar 75 dari jumlah hari dalam setahun dan hanya beberapa jam dalam sehari, hal inipun bergantung pada lokasidaerah. Selain keberadaannya singkat, sumber air ini juga mempunyai kesinambungan yang buruk. Untuk memanfaatkan sumber air ini biasanya diperlukan penampungan dengan kapasitas yang besar karena harus dapat menampung jumlah yang dibutuhkan untuk beberapa bulan. 2 Air permukaan Air permukaan mempunyai jumlah terbesar kedua setelah air hujan, namun memiliki kesinambungan yang lebih baik. Biasaya keberadaan air permukaan dapat mencapai setahun penuh, hanya saja diikuti fluktuasi yang sangat bergantung pada keadaan alam. 3 Air tanah Air tanah memiliki jumlah yang lebih terbatas dari air permukaan dan bahkan pada daerah tertentu sumber air ini nyaris tidak dijumpai. Keberadaan sumber air tanah bergantung pada kondisi batuan di wilayah tersebut serta daerah pasokannya. Kualitas sumber air tanah biasanya lebih baik dari air permukaan, terutama kualitas biologisnya, namun terkadang dijumpai kekurangan dalam kualitas kimiawinya. Yang sering ditemukan adalah tingginya kandungan besi dan mangan 4 Air Permukaan Tanah Air jenis ini berasal dari presipitasi turun mengendapnya air yang berasal dari air hujan menembus langsung ke dalam tanah. Selain melalui proses tersebut, air ini juga berasal dari air hujan yang memasuki sungai dan merembes ke tanah. Sumber lain air jenis ini adalah air lapisan, yakni air yang terdapat jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam batuan intrusif dan air yang terjebak dalam batuan sedimen selama pembentukan sedimen. 2 Baku Mutu Sumberdaya Air Setiap negara memiliki standar kualitas air yang berbeda-beda, hal ini terkait tujuan penggunaan dan kondisi alam yang juga berbeda. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001, penggolangan air menurut peruntukannya, terbagi menjadi: 1 Kelas satu, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2 Kelas dua, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3 Kelas tiga, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4 Kelas empat, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.2.3 Intalasi Pengolahan Air

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air IPA bertujuan menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas air bersih dengan harga yang sesuai bagi konsumen Qasim et al., 2000 vide Watironna 2005. Instalasi Pengolahan Air IPA mengambil air baku dari sumber-sumber air seperti sungai atau danau, dan melewatkannya melalui proses-proses atau perlakuan tertentu Kerry, 1996 vide Watironna 2005. Proses pengolahan air permukaan menjadi air bersih atau air minum secara umum dapat diterangkan sebagai berikut PAM Jaya, 1998 vide Beni 2003: 1 Pengambilan air baku Water Intake: tahap pengambilan air permukaan yang akan diproduksi di instalasi 2 Proses pembubuhan bahan koagulan coagulation. Koagulan adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam air baku yang akan diolah di dalam tangki coagulation tank. Koagulan ini mempunyai sifat dapat mengikat kotoran yang berupa koloidal yang terdapat dalam air baku. Koagulan yang biasa dipakai adalah larutan Aluminium sulphate Alum. 3 Proses pengendapan sedimentation, berfungsi untuk membuang partikel- partikel seperti lanau, pasir dan bahan flokulasi yang terapung melalui pengendapan. Flokulasi adalah pembentukan gumpalan-gumpalan halus melalui pencampuran. 4 Proses filtrasi filtration, tahap penyaringan bahan-bahan flokulasi sisa yang masih halus. 5 Netralisasi, tahap pembubuhan larutan kapur yang bertujuan mengatur derajat keasaman air. 6 Clear water tank CWT, tempat penampungan air bersih untuk kemudian didistribusikan. Pada umumnya unsur-unsur dalam instalasi pengolahan dapat dilihat pada Gambar 1 Linsley dan Franzini, 1996. Gambar 1 Unsur-unsur fungsional dalam sistem penyediaan air bersih. Unsur-unsur Gambar 1 yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi 1 sumber-sumber penyediaan, 2 sarana-sarana penampungan, 3 sarana-sarana penyaluran ke pengolahan, 4 sarana-sarana pengolahan, 5 sarana-sarana penyaluran dari pengolahan tampungan sementara, serta 6 sarana-sarana distribusi. Sumber penyediaan merupakan sumber-sumber air permukaan bagi penyediaan, seperti sungai, danau dan waduk atau sumber air tanah. Penampungan merupakan sarana-sarana yang dipergunakan untuk menampung air permukaan, biasanya terletak pada atau dekat sumber penyediaan. Penyuluran merupakan sarana-sarana untuk menyalurkan air dari tampungan ke sarana-sarana pengolah. Pengolahan merupakan sarana-sarana yang dipergunakan untuk memperbaiki atau merubah mutu air. Penyaluran merupakan sarana-sarana untuk manyalurkan air yang sudah diolah ke sarana-sarana penampungan sementara serta ke satu atau beberapa titik distribusi. Distribusi merupakan sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke masing-masing pemakai yang terkait di dalam sistem. Gambar 2 Bagan alir yang umum untuk instalasi pengolahan air. Gambar 2 merupakan bagan alir umum untuk instalasi pengolahan air. Menurut Linsley dan Franzini, jenis pengolahan air yang dibutuhkan bergantung pada ciri-ciri fisik dan kimiawi air yang bersangkutan. Tidak seluruh tahapan pada bagan alir tersebut harus dilalui, namun terkadang perlu dilakukan perlakuan treatment khusus yang jarang atau tidak umum digunakan, semua bergantung pada ciri-ciri fisik dan kimiawi air baku. Kekeruhan air yang tinggi membutuhkan koagulasi kimiawi dan filtrasi. Tingginya kadar garam pada suatu sumber air baku membutuhkan perlakuan reverse osmosis. Namun, untuk sumber air baku yang hanya bermasalah pada kesadahan malah tidak memerlukan penerapan seluruh tahapan yang terdapat pada bagan alir tersebut. KAPP = KAM + KAI + KAP + KAE + KAO + KAR + KAB + KAL

2.3 Air Bersih di Pelabuhan Perikanan

2.3.1 Pemanfaatan air bersih di Pelabuhan Perikanan

Air bersih di pelabuhan perikanan merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Lubis 2006 menggolongkan air bersih dan fasilitas instalasinya di pelabuhan sebagai fasilitas yang bersifat mutlakvital, artinya fasilitas yang tidak boleh tidak ada di suatu pelabuhan perikanan. Penggunaan dan pengguna air bersih di pelabuhan perikanan dikelompokkan oleh Pane 2005 sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Pengguna dan Penggunaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan No Pengguna Penggunaan 1. NelayanABKkapal Air minum Memasak bahan makanan Mandi, WC Mencuci pakaian, peralatan Pembersihan hasil tangkapan Pembersihan kapal 2. Pabrik es Pembuatan es Air minum karyawan Mandi, WC, pencucian 3. Industri olahan Bahan tambahan Air minum karyawan Mandi, WC, pencucian peralatan 4. Perkantoran pelabuhan perikanan Air minum karyawan Mandi, WC 5. Perumahan pelabuhan Air minum Memasak bahan makanan Mandi, WC Mencuci pakaian 6. Instalasi atau fasilitas pelabuhan perikanan Pembersihan dermaga Pembersihan lantai TPI Sumber: Pane, 2005 Kebutuhan air bersih di PPS Bungus diketahui dengan menggunakan rumus Pane 2005, sebagai berikut: Keterangan: KAPP : Kebutuhan air di pelabuhan perikanan KAM : Kebutuhan air bersih untuk melaut literhari KAE : Kebutuhan air bersih untuk pabrik es literhari KAO : Kebutuhan air bersih untuk undustri olahan literhari KAR : Kebutuhan air bersih untuk perumahan di pelabuhan perikanan literhari KAB : Kebutuhan air bersih untuk perkantoran literhari

2.3.2 Sumber Air bersih di Pelabuhan Perikanan

Sumber air bersih di suatu pelabuhan perikanan dapat berasal dari berbagai sumber seperti sungai, situ, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan dan waduk buatan Pane, 2006. Tidak semua air yang berasal dari sumber- sumber air tersebut sungai, situ, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan, dan waduk buatan dapat langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, karena masih memerlukan pengolahan lebih lanjut agar air tersebut memenuhi syarat standar kebersihan. Instalasi pengolahan air bersih di suatu pelabuhan perikanan harus mampu memenuhi kebutuhan air bersih di pelabuhan perikanan tersebut. Pada umumnya, penyediaan air di suatu pelabuhan disuplai dari air PAM dan sumur artesis. Pemanfaatan air sumur artesis relatif lebih menguntungkanmeringankan beban nelayan maupun pihak pelabuhan, karena biaya operasional untuk penyediaan air sumur lebih rendah dari pada air dari PAM, sehingga biaya yang dikeluarkan nelayan untuk mendapatkan fasilitas air tersebutpun lebih murah. Mahendra, 2001. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PPS Bungus Sumatera Barat. Pengamatan dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2008.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengkaji pengelolaan dan pemanfaatan air bersih di PPS Bungus Sumatera Barat. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi aspek pengelolaan yang meliputi penyediaan dan pendistribusian, aspek pemanfaatan yang meliputi tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih yang ada di PPS Bungus. Kedua aspek tersebut diteliti dalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai kondisi terkini air bersih PPS Bungus dan sekaligus mengetahui permasalahan- permasalahan yang dihadapi. Informasi dan permasalahan yang diperoleh digunakan sebagai bahan kajian untuk melahirkan solusi dan masukan bagi perbaikan proses atau mekanisne pengelolaan air bersih di pelabuhan ini. Responden diambil secara purposive yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. Responden yang dipilih terdiri atas:  Penyedia atau pengelola air bersih 2 orang  Nelayan, pemilik kapalpengusaha penangkapan, nahkoda atau ABK 10 orang  Pihak Pelabuhan Perikanan 2 orang  Pihak industriusaha pengolahan 3 orangusaha  Pihak pabrik es 2 orang Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data dan informasi yang dikumpulkan, sifat, sumber dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Data dan Informasi yang dikumpulkan, Sifat, Sumber dan Cara Pengumpulan Data pada Penelitian Tujuan Informasi yang dipelukan Sifat Data Sumber Cara Pengumpulan Data Mekanisme Penyediaan dan Pendistribusian air bersih 1. Sumber, kualitas dan kapasitas air bersih 2. Fasilitas penyediaan dan pendistribusian air bersih yang mencakup jenis, kondisi dan ukuran 3. Pihak yang terlibat dalam penyediaan dan pendistribusian air bersih 4. Mekanisme penyediaan dan pendistribusian air bersih 5. Prosedur pemesanan air bersih Primer Pengelola pelabuhan UPT 1. Wawancara kuesioner 2. Pengamatan Tingkat Pemanfaatan dan Kebutuhan air bersih 1. Unit kegiatan yang ada di PPS Bungus dan memanfaatkan air bersih dari pelabuhan 2. Jumlah pengguna per unit kegiatan 3. Jumlah hari operasi kegiatan 4. Tujuan penggunaan air bersih Khusus untuk kebutuhan melaut: 1. Rata-rata hari operasi penangkapan dalam setahun 2. Lama trip 3. Rata-rata jumlah awak kapal per kapal 4. Frekuensi trip per tahun 5. Jumlah kebutuhan air bersih per trip Primer 1. Nahkodapemilik kapalnelayan 2. Pabrik es 3. Processing 4. Perkantoran 5. Perumahan 6. UPT Wawancara kuesioner Data pendukung 1. Keadaan umum pelabuhan 2. Laporan statistik pelabuhan 3. Keadaan umum daerah Sekunder 1. DKP 2. UPT 3. Pemda Studi pustaka KAPP = KAM + KAE + KAO + KAR + KAB

3.3 Analisis Data