5 PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS
5.1 Penyediaan Air Bersih
Air bersih untuk berbagai kegiatan di PPS Bungus disediakan dan dikelola langung oleh pihak pelabuhan. Pada subbab ini akan dibahas bagaimana kondisi
sumber air bersih, fasilitas dan mekanisme penyediaan hingga fasilitas dan mekanisme pendistribusian air bersih ke unit-unit kegiatan di lingkungan
pelabuhan. Secara umum, proses penyediaan air bersih di PPS Bungus hampir sama
dengan proses yang terdapat diberbagai PDAM yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini juga akan dicantumkan proses pengelolaan air
bersih yang dilakukan oleh PDAM tersebut sebagai perbandingan.
5.1.1 Kondisi dan Kapasitas Sumber Air Baku
Air baku merupakan air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum Dirjen Cipta Karya, 2008. Menurut Kusnaedi 2002 vide Watironna 2005 air baku merupakan air yang digunakan sebagai bahan
baku dalam proses pengolahan air, baik untuk air minum maupun untuk keperluan lainnya.
Sumber air baku PPS Bungus berasal dari aliran air permukaan. Sumber aliran air permukaan PPS Bungus berada pada salah satu bukit dari jajaran bukit
barisan. Secara vertikal, sumber air baku PPS Bungus berada pada ketinggian sekitar 15 m dan secara horizontal berjarak sekitar 250 m dari daerah pelayanan.
Menurut defenisi Dirjen Cipta Karya 2003 air permukaan merupakan sumber air yang terdapat di permukaan tanah seperti sungai, danau dan wadukbendungan
yang merupakan tampungan air hujan. Pada umumnya, penyediaan air baku di pelabuhan perikanan dilakukan oleh
PDAM dan agenpedagang, salah satunya adalah PPS Nizam Zachman Jakarta Yumi, 2007. Selain itu juga ada yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber
air baku di pelabuhan, seperti pada PPS Kendari Saiben, 2003. Pemilihan sumber air baku ini ditentukan berdasarkan pertimbangan kualitas dan kuantitas
sumber air serta faktor lokasi sumber air BPTTG, 1990.
Penentuan aliran air permukaan sebagai sumber air baku di PPS Bungus berdasarkan pertimbangan kualitas adalah menghindari pengolahan air yang
terlalu komplek yang akan menyebabkan sistem penyediaan air bersih menjadi mahal sedangkan berdasarkan pertimbangan kuantitas adalah debit sumber air
harus cukup untuk melayani kebutuhan air bersih di pelabuhan dan debit minimum sumber air harus lebih besar daripada debit maksimal pemakaian air
bersih per hari sehingga diharapkan dapat menjamin kesinambungan pengadaan air bersih.
Secara visual, kondisi air baku PPS Bungus jernih seperti terlihat pada Gambar 6, meskipun menurut Rahayu 2002 air permukaan pada umumnya
mempunyai kekeruhan dan terkadang disertai dengan kandungan organik yang cukup tinggi. Oleh karena itu, menurut Rahayu air dengan kondisi seperti ini
hanya cocok untuk keperluan pertanian namun belum layak untuk dikonsumsi langsung sebagai air minum, kecuali setelah melalui tahapan pengolahan terlebih
dahulu.
Gambar 6 Sumber air baku PPS Bungus; aliran air permukaan.
Hasil pengujian menyebutkan, secara keseluruhan fisik dan kimiawi air baku PPS Bungus tergolong baik, namun masih bermasalah pada tingkat
kesadahan. Permasalahan ini akan dapat diatasi cukup dengan pengolahan air baku metode konvensional instalasi pengolahan air yang hanya menggunakan
pasir sebagai media penyaringan Dirjen Cipta Karya, 2008. Berbeda halnya jika sumber air baku berasal dari air tanah, apalagi lokasi
sumur bor masih dalam wilayah pelayanan pelabuhan, memiliki kemungkinan tingkat pencemaran relatif lebih tinggi sehingga pengolahan air pun membutuhkan
perlakuan yang lebih cermat. Sebagaimana di PPS Kendari, kondisi air bakunya tidak begitu baik secara fisik dan kimia akibat menggunakan air baku yang
berasal dari tanah, sehingga diperlukan perlakuan treatment tambahan seperti pembubuhan zat kimia pada proses pengolahannya Saiben, 2003.
Berdasarkan klasifikasi sumberdaya air menurut peruntukannya maka sumber air baku PPS Bungus dapat dikategorikan air baku kelas satu, yaitu air
yang peruntukannya dapat digunakan sebagai bahan baku air minum dan atau untuk peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001. Pengujian kualitas air ini dilakukan oleh pihak pelabuhan pada saat permulaan pembangunan instalasi
penyediaan air bersih 1997 dan pengujian berikutnya pada tahun 2001 ketika terjadi perubahan status pelabuhan dari tipe B menjadi tipe A. Namun, hingga
tahun 2007 belum dilakukan pengujian lagi tentang kualitas air ini. Bahkan, pada sistem penyediaannya hingga kini belum dilengkapi dengan laboratorium atau
sejenisnya yang dapat memantau monitoring kualitas air bersih yang akan didistribusikan. Idealnya, pengujian mutu air baku harus dilakukan setiap satu
minggu Linley dan Franzini, 1996. Sumber air baku PPS Bungus ini memiliki kapasitas atau debit sebesar 10
liter per detik. Pengukuran debit air ini dilakukan oleh pihak pelabuhan pada intake
bangunan pengambilan menggunakan metode penghitungan debit air yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Proses pengukuran dilakukan pada saat musim kemarau pada bulan Februari 2008.
Kemungkinan pada saat musim penghujan debit air akan lebih besar. Meskipun
demikian, berdasarkan perhitungan, debit air sebesar 10 liter per detik ini sudah mencukupi semua kebutuhan aktual air bersih di pelabuhan perikanan.
Menurut Rajasa 2002, air permukaan mempunyai jumlah yang besar kedua setelah air hujan namun memiliki kesinambungan yang lebih baik. Biasanya
keberadaannya dapat mencapai setahun penuh hanya saja diikuti fluktuasi yang sangat bergantung pada alam.
Rajasa melanjutkan, ketersediaan dan kapasitas aliran air permukaan disuatu tempat dipengaruhi oleh kondisi topografis tempat tersebut. Daerah yang memiliki
banyak gunung dan dataran tinggi cenderung memiliki ketersediaan air permukaan yang tinggi. Seperti tertulis pada subbab 4.1.1, Kecamatan Bungus dan
Sumatera Barat umumnya merupakan daerah yang dilalui oleh pegunungan Bukit Barisan dengan tingkat curah hujan yang tinggi. Kondisi ini berdampak positif
bagi ketersediaan dan kontinuitas aliran air permukaan yang menjadi sumber air baku di PPS Bungus.
Faktor topografi dan iklim serta curah hujan yang tinggi menyebabkan ketersediaan, kapasitas dan kontinuitas sumber air baku ini cukup baik dan
menurut pihak pengelola PPS Bungus ketersediaan jumlah air baku di pelabuhan ini mencukupi untuk masa yang akan datang.
5.1.2 Fasilitas Penyediaan Air Bersih Unit Produksi