Hasil Tangkapan Perikanan Tangkap di PPS Bungus

Berdasarkan jenis alat tangkap yang beroperasi Tabel 5, jumlah nelayan yang paling dominan adalah nelayan purse seine dengan jumlah nelayan 600 orang 28,1 dari jumlah nelayan keselurahan dan diikuti nelayan kapal tonda dengan jumlah nelayan 580 orang 27,1 dari jumlah nelayan keselurahan.

4.2.2 Hasil Tangkapan

Produksi hasil tangkapan di PPS Bungus terdiri atas hasil tangkapan ikan yang didaratkan oleh nelayan lokal nelayan kapal tonda dan nelayan-nelayan pesisir Kota Padang serta daerah-daerah lain di Sumatera Barat. Nelayan-nelayan dari Sibolga dan Bengkulu juga banyak yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Bungus PPS Bungus 2006 e . Produksi ikan yang di daratkan di PPS Bungus didominasi oleh jenis ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol serta beberapa jenis ikan karang. Volume hasil tangkapan yang di daratkan pada tahun 2006 sebanyak 2.012,9 ton, dengan nilai sebesar Rp. 74.453.085.180,- PPS Bungus 2006 Tabel 6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus tahun 2006 Bulan Volume ton Nilai Rp 1 juta Januari 58,5 409 Februari 100,7 840 Maret 94,2 1.114 April 189,9 5.307 Mei 124,9 5.508 Juni 106,4 7.056 Juli 257,1 10.564 Agustus 194,1 9.350 September 252,4 8.539 Oktober 429,3 19.842 November 113,0 5.404 Desember 92,4 519 Jumlah 2.012,9 74.453 Rata-rata 167,7 6.204 Sumber: PPS Bungus, 2006 Pada Tabel 5 terlihat volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus selama periode 1997 - 2006 mengalami kecenderungan menurun hingga tahun 2004 dan kemudian naik cukup tajam pada tahun 2006. Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan periode 1997 – 2006 di PPS Bungus disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 4 Tabel 7 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997-2006 Tahun Produksi ton Pertumbuhan Nilai Produksi Rp 1.000 Pertumbuhan 1997 2.920,3 6.210 1998 3.857,5 32,1 15.583 150,9 1999 3.398,3 -11,9 21.905 40,6 2000 1.603,3 -52,8 11.069 -49,5 2001 2.706,5 68,8 19.223 73,7 2002 2.190,9 -19,1 16.750 -12,9 2003 1.207,6 -44,9 6.611 -60,5 2004 503,7 -58,3 3.902 -50,0 2005 628,9 24,9 5.252 34,6 2006 2.012,9 220,1 74.453 1.317,6 Kisaran 503 – 3.857,5 -58,3 – 220,1 3.902 – 7.4453 -50,0 – 1.317,6 Rata-rata 2.103,0 17,7 18.096 161,5 Sumber: PPS Bungus, 2006 Kecenderungan menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan hingga tahun 2004 terkait erat dengan aktivitas produksi yang semakin menurun. Kondisi ini terlihat dari jumlah armada penangkapan yang melakukan operasi penangkapan dan pendaratan ikan di PPS Bungus yang juga mengalami penurunan yang tajam pada tahun-tahun tersebut. Mendekati tahun 2006, jumlah armada penangkapan mulai bertambah seiring dengan berbagai program yang diluncurkan oleh pihak pelabuhan, Pemda dan stakeholders yang terkait, sehingga aktivitas penangkapan menjadi meningkat dan akibatnya jumlah pendaratan ikanpun juga turut meningkat. Rata-rata pertumbuhan produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Bungus selama periode 1997 – 2006 adalah sebesar 17,65 per tahun atau berkisar -58,29 – 220,06 per tahun. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapannya sebesar 161 per tahun. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 P r o d u k si 1 to n Tahun 10 20 30 40 50 60 70 80 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 N il a i P r o d u k si R p . 1 J u ta Tahun Gambar 4 Grafik perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997-2006. Penurunan terbesar pada persentase pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus terjadi pada tahun 2003 – 2004 Gambar5, yaitu sebesar -60 dan -40. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi penurunan jumlah produksi hasil tangkapan sebesar -58,29 dari tahun sebelumnya, sedangkan peningkatan persentase nilai produksi tertinggi terjadi pada periode 2005 – 2006, yaitu sebesar 1.317,60. Gambar 5 Grafik perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997-2006. Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan mempengaruhi jumlah nilai produksi, sehingga mempengaruhi nilai jual ikan hasil tangkapan nelayan di PPS Bungus. Maksudnya adalah ketika jumlah produksi hasil tangkapan sedikit sedangkan jumlah permintaan konsumen tinggi maka harga ikan akan semakin tinggi, tetapi sebaliknya ketika jumlah produksi ikan banyak tetapi permintaan konsumen sedikit maka harga ikan mengalami penurunan. Kenaikan volume produksi yang besar terjadi pada tahun 2006 dengan pertumbuhan 220,06. Peningkatan ini diduga terkait dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dimana sejak akhir tahun 2005, pemerintah mulai melaksanakana kegiatan Optikapi yaitu modernisasi atau alih teknologi penangkapan, dari penangkapan skala kecil ke besar, yaitu dengan pengadaan kapal purse seine berukuran 100 GT dan 90 GT. Melalui pengadaan enam unit kapal purse seine ini upaya penangkapan menjadi lebih tinggi sehingga produksi hasil tangkapanpun meningkat. Peningkatan drastis produksi ikan di PPS Bungus juga disebabkan oleh semakin banyaknya armada kapal purse seine dari Sibolga yang membongkar hasil tangkapan di PPS Bungus PPS Bungus, 2006. 4.2.3 Musim ikan, Musim Pendaratan dan Daerah Penangkapan Ikan Nelayan PPS Bungus Berdasarkan wawancara dengan pihak PPS Bungus, musim ikan terutama pada tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober sampai Maret musim barat daya. Pada musim ini hasil tangkapan nelayan baik di Bungus maupun pesisir barat Sumatera umumnya relatif lebih tinggi, terutama pada bulan Oktober dan November musim puncak penangkapan. Musim pendaratan ikan di PPS Bungus terkait erat dengan musim ikan dan musim penangkapan. Hal ini terjadi pada bulan Oktober sampai Maret musim barat daya. Pada Tabel 6, terlihat bahwa pada bulan-bulan tersebut pendaratan ikan di PPS Bungus mencapai jumlah tertinggi. Daerah penangkapan ikan DPI nelayan yang berbasis di PPS Bungus, terutama nelayan tonda, adalah perairan sekitar Kepulauan Mentawai meliputi pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Nelayan dengan armada kapal motor purse seine, long line umumnya melakukan penangkapan di perairan lebih ke laut lepas hingga ZEEI Samudera Hindia sebelah Barat yaitu sekitar Pulau Nias Provinsi Sumatera Utara dan daerah Enggano Provinsi Bengkulu Atharis, 2008.

4.3 Fasilitas PPS Bungus