Sejarah Kebijakan Industri dalam Perekonomian Indonesia

model estimasi data panel. Statistik uji hausman yang mengikuti distribusi chi square χ 2 dengan derajat bebas sebanyak jumlah variabel bebas dalam model digunakan untuk mengetahui metode yang tepat antara fixed effects model dan random effecst model . Berdasarkan hasil uji hausman diperlihatkan bahwa random effects model ditolak P χ 2 = 0.000 . Hal ini menunjukkan bahwa fixed effects model lebih konsisten untuk mengestimasi model yang mempengaruhi faktor-faktor deindustrialisasi. Regresi data panel juga harus memenuhi asumsi dasar bahwa estimasi parameter dalam model regresi harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimate , yaitu bebas dari heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji wald digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dimana hasilnya menunjukkan ada heteroskedastisitas dalam data yang digunakan P χ 2 = 0,000. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, maka dilakukan uji Wooldridge. Hasil dari Wooldridge test menunjukkan bahwa ada autokorelasi dalam data panel P F = 0,1373. Berdasarkan hasil uji pemilihan metode regresi memberikan kesimpulan bahwa metode Fixed Effects Model lebih konsisten dan efisien untuk model estimasi faktor-faktor yang memengaruhi deindustrialisasi di Indonesia. Akan tetapi dalam data panel yang digunakan ternyata terdapat heteroskedastisitas dan autokorelasi sehingga keadaan ini perlu diatasi agar diperoleh model yang efisien tetapi bersifat unbiased dan konsisten. Adanya heteroskedatisitas dan autokorelasi dalam data panel dapat diatasi dengan menggunakan metode General Least Square dalam melakukan estimasi. Secara keseluruhan estimasi model yang digunakan setelah melakukan pemilihan metode regresi dan melihat keberadaan heteroskedastisitas serta autokorelasi maka metode Fixed Effecst Generalized Least Square FE-GLS. Keakuratan dari estimasi model dapat ditingkatkan dengan melakukan pemeriksaan akan keberadaan outlier dari data panel. Hasil dari pemeriksaan ternyata terdapat outlier yang berasal dari variabel pendapatan perkapita untuk tiga provinsi yaitu provinsi Riau, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur, sehingga semua data ketiga provinsi tersebut dikeluarkan. Model yang digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang memengaruhi deindustrialisasi di Indonesia pada akhirnya menggunakan data panel yang terdiri dari 23 provinsi selama periode 2000 sampai 2009. Metode regresi yang digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi deindustrialisasi di Indonesia adalah Fixed Effects General Least Square FE-GLS. Tabel 12. Hasil Regresi Panel Data dengan Variabel Dependen Relative Manufacturing Employment Variabel Independen Domestic Causes Model 1 Global Causes Model 2 4,16738 PDRB per kapita NA 0,77555 -0,31214 PDRB per kapita 2 NA2 0,06213 -0,13651 Pertumbuhan produktivitas PG 0,03363 0,00095 Pertumbuhan produktivitas 2 PG2 0,00043 0,05793 Openness opnguna 0,01083 98,22012 PMA Foreign Direct Investment 27,70653 0,07254 Human Capital HC 0,04579 -0,03146 Unemployment Un 0,08741 -3,04235 1,41734 Konstanta C 2,18360 1,55316 Wald χ 2 46,13 61,11 Sumber: Hasil pengolahan dengan Stata 9.0 Keterangan: Angka dalam kurung merupakan nilai standar error. Variabel dependen adalah relative manufacturing employment. = P 0,05 ; = P 0,01 ; = P 0,001 Berdasarkan Tabel 12, berikut ini diberikan ulasan untuk masing-masing model estimasi faktor-faktor yang memengaruhi deindustrialisasi dengan memisahkan antara faktor domestik pendapatan per kapita dan pertumbuhan produktivitas serta faktor global keterbukaan ekonomi dan penanaman modal asing:  Model 1 : Domestic Causes Deindustrialization Model pertama merupakan model estimasi untuk melihat faktor domestik yang diperkirakan memengaruhi deindustrialisasi. Berdasarkan dari hasil estimasi, diperlihatkan bahwa variabel pendapatan per kapita dan pertumbuhan produktivitas secara statistik signifikan memengaruhi deindustrialisasi. Variabel pendapatan per kapita menunjukkan hubungan positif, artinya bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan meningkatkan share pekerja manufaktur. Tetapi kuadrat pendapatan per kapita mempunyai hubungan negatif, artinya bahwa peningkatan pendapatan per kapita selanjutnya hingga mencapai tingkat tertentu akan menurunkan share pekerja manufaktur. Sedangkan pertumbuhan produktivitas mempunyai hubungan yang negatif tetapi kuadrat pertumbuhan produktivitas mempunyai hubungan yang positif. Seperti halnya pendapatan per kapita, peningkatan produktivitas pada awalnya akan menurunkan share pekerja manufaktur. Akan tetapi peningkatan produktivitas berikutnya akan meningkatkan share pekerja manufaktur. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan pertumbuhan produktivitas sektor manufaktur mempunyai hubungan jangka panjang dengan share pekerja manufaktur.  Model 2 : Global Causes Deindustrialization Model kedua merupakan model estimasi untuk melihat faktor globalisasi ekonomi yang diperkirakan memengaruhi deindustrialisasi. Berdasarkan hasil estimasi dari model kedua, diperoleh bahwa faktor globalisasi ekonomi yang diwakili dengan tingkat keterbukaan ekonomi openness dan investasi asing langsung foreign direct investment – selanjutnya disebut sebagai penanaman modal asing PMA mempunyai hubungan yang positif dan secara signifikan memengaruhi share pekerja manufaktur relative manufacturing employment. Hal ini menandakan bahwa semakin terbuka suatu perekonomian daerah dan semakin banyak investasi asing masuk maka akan meningkatkan share pekerja manufaktur. Artinya faktor globalisasi ekonomi yaitu openness dan foreign direct investment memengaruhi terjadinya deindustrialisasi. Selain itu, variabel tenaga kerja terampil human capital mempunyai hubungan yang positif walaupun secara statistik tidak signifikan. Sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja terampil akan meningkatkan share pekerja manufaktur. Sedangkan variabel pengangguran unemployment mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan, artinya peningkatan jumlah pengangguran akan diikuti dengan penurunan share pekerja manufaktur. Sedangkan kedua model estimasi indirect model berikut untuk melihat pengaruh globalisasi ekonomi yang secara tidak langsung diduga memengaruhi terjadinya deindustrialisasi di Indonesia Tabel 13.  Model 3 Model 3 indirect model merupakan model estimasi untuk melihat hubungan antara globalisasi ekonomi dengan kesejahteraan daerah yang didekati dengan PDRB per kapita. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa variabel openness dan human capital mempunyai hubungan positif dan signifikan secara statistik dengan pendapatan per kapita. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kedua variabel tersebut maka akan meningkatkan kesejahteraan pendapatan per kapita. Adapun variabel investasi asing langsung PMA dan variabel unemployment pengangguran mempunyai hubungan positif dengan pendapatan per kapita akan tetapi tidak signifikan secara statistik. Artinya bahwa peningkatan investasi dan pengangguran akan menyebabkan kesejahteraan daerah pendapatan per kapita juga meningkat. Tabel 13. Hasil Estimasi Panel Data untuk Indirect Effect Model Indirect Effect Variabel Independen Model 3 Y 1 Model 4 Y 2 0,02966 0,21073 Openness opnguna 0,00454 0,05039 5,89644 -58,98787 PMA Foreign Direct Investment 11,62214 128,86650 0,09972 0,24594 Human Capital HC 0,01921 0,21298 0,02183 2,10108 Unemployment Un 0,03666 0,40654 0,7636 -22,74487 Konstanta C 0,65151 7,22395 Wald χ 2 70,53 43,91 Sumber: Hasil pengolahan dengan Stata 9.0 Keterangan: Angka dalam kurung merupakan nilai Standar Error. Variabel dependen masing-masing adalah Y 1 = national affluence; Y 2 = productivity growth. Variabel kontrol dimasukan ke dalam semua model. = P 0,05 ; = P 0,01 ; = P 0,001  Model 4 Adapun model 4 indirect model merupakan model estimasi yang ingin melihat hubungan antara pertumbuhan produktivitas dengan globalisasi ekonomi. Variabel openness dan unemployment mempunyai hubungan yang positif dan signifikan memengaruhi pertumbuhan produktivitas. Hal ini memperlihatkan bahwa keterbukaan ekonomi openness yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan dalam produktivitas di sektor manufaktur, artinya sektor manufaktur dapat mencapai efisiensi dalam proses produksi serta mampu bersaing di pasar global. Dan peningkatan pengangguran unemployment akan menyebabkan produktivitas sektor manufaktur juga meningkat, artinya bahwa sektor manufaktur lebih banyak pada aktivitas industri yang padat modal. Misal dengan menerapkan automation atau labor-saving technologies. Sedangkan variabel human capital menunjukkan hubungan yang positif tetapi tidak signifikan secara statistik. Dengan adanya labor-saving technologies maka diperlukan tenaga kerja yang terampil. Sehingga permintaan akan tenaga kerja tidak terampil menurun, keadaan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya pengangguran. Adapun variabel investasi asing PMA menunjukkan hubungan yang negatif tidak sesuai harapan dan tidak signifikan secara statistik. Hal ini dapat dijelaskan dengan menurunnya investasi asing PMA yang masuk ke Indonesia. Selain itu proporsi investasi asing PMA yang masuk di sektor sekunder industri lebih kecil dibandingkan proporsi investasi asing PMA yang ditanamkan di sektor tersier jasa. Berdasarkan Tabel 14, merupakan model estimasi faktor-faktor yang memengaruhi deindustrialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung combined model:  Model 5 : Combined model Berdasarkan hasil estimasi terhadap model 5 combined model, diperoleh bahwa hampir semua variabel independen menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik pada taraf nyata α 5 persen dan sejalan dengan penelitian- penelitian terdahulu Rowthorn dan Ramaswamy, 1997,1999; Alderson,