terakhir sebagian besar disebabkan oleh kegiatan yang berorientasi ekspor dari PMA di negara tersebut.
3. Persaingan internasional semakin tajam. China dan Vietnam merupakan pesaing yang kuat bagi Indonesia karena kedua negara tersebut bersaing dalam
ekspor hasil-hasil industri padat karya yang sama dengan Indonesia. Misalnya industri tekstil, garmen, dan alas kaki, yang pada kenyataannya tumbuh lebih
pesat dibanding ekspor Indonesia Pangestu, 2005. 4. Fasilitasi perdagangan yang lemah. Berbagai hambatan di pelabuhan dan
prasarana fisik merupakan salah satu faktor utama yang menambah biaya ekspor. Meskipun tarif penggunaan pelabuhan Indonesia relatif rendah, namun
hampir semua ekspor Indonesia dalam kontainer disalurkan transshippedi melalui Singapura atau Malaysia. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak
mempunyai pelabuhan pendukung dan rendahnya efisiensi pelabuhan Indonesia.
4.3 Tingkat Keterbukaan Ekonomi Openness di Indonesia
Pada akhir abad 19, aliran barang, modal, dan informasi lintas batas negara telah menciptakan suatu dinamika yang sangat kuat bagi terjalinnya integrasi
global. Namun meletusnya perang dunia pertama yang diikuti dengan terjadinya depresi hebat great depression telah memperlambat proses integrasi dunia.
Proses ini kembali berlanjut secara menyakinkan sejak 25 tahun yang lalu sebagaimana ditandai oleh kegairahan kegiatan perdagangan, keuangan
internasional serta mobilitas manusia antar negara yang semakin tinggi. Kegiatan perdagangan merupakan pencetus awal terjadinya proses integrasi global dan
kegiatan perdagangan antar negara telah memperlihatkan transformasi yang jelas, baik dari sisi komoditas yang diperdagangkan maupun dari sisi negara tujuan
ekspor UNDP, 2005. Keterbukaan ekonomi openness dapat dipandang sebagai kesempatan atau
peluang untuk mengoptimalkan keuntungan yaitu keuntungan statis maupun dinamis dari perdagangan luar negeri serta dampak eksternal yang positif dari
penanaman modal asing Wie, 2002. Menurut UNDP 2005, ada tiga alasan yang mendorong semakin meningkatnya kegiatan perdagangan antar negara yaitu
1 perubahan kebijakan domestik yang dikombinasikan dengan berkembangnya teknologi, 2 hambatan impor seperti tarif dan investasi asing, semakin berkurang
di negara berkembang, 3 turunnya biaya transportasi, komunikasi, dan teknologi informasi membuka kesempatan baru.
Oleh sebab itu, semakin terbuka suatu daerah dalam konteks ekspor dan impor maka semakin tinggi pula tingkat investasi serta aliran barang dan jasa
pada daerah tersebut. Hubungan khusus antara sumberdaya tenaga kerja, modal, dan sumberdaya daerah akan terkoordinasi secara sempurna oleh mekanisme
pasar di mana perdagangan memainkan peran utamanya sebagai multiplier effect dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Pada saat multiplier effect tersebut mulai
tersebar, akan tercipta insentif ekonomi untuk pembentukan investasi baru Tambunan, 2010.
Selama periode 2001-2009, rata-rata pertumbuhan openness di tingkat provinsi mempunyai kecenderungan menurun. Rata-rata pertumbuhan openness di
tingkat provinsi pada tahun 2001 sebesar 1,19 persen turun menjadi -5,25 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2009, openness Indonesia mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar US 266.217,8 juta 0,86 persen menjadi sebesar US 213.339,2 juta 0,82 persen. Selama periode 2000-2009, tingkat
keterbukaan ekonomi openness Indonesia mencapai titik terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar US 88.447,7 juta Gambar 7.
0.82 0.73
0.75
0.65 0.70
0.75 0.80
0.85 0.90
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Gambar 7. Tingkat Keterbukaan Ekonomi Openness Indonesia, Tahun 2000
– 2009
Selama periode 2000-2009, provinsi Kalimantan Timur mempunyai rata-rata openness
tertinggi yaitu sebesar 1,65 persen dan provinsi Sulawesi Tengah
merupakan wilayah dengan openness terendah yaitu sebesar 0,27 persen. Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi yang relatif terbuka dibandingkan dengan
provinsi lainnya, diikuti oleh provinsi Papua, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah Gambar 8.
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
S u
lT e
n g
S u
m b
a r
M a
lu k
u B
e n
g k
u lu
S u
lT ra
S u
lS e
l N
T B
N A
D K
a lB
a r
S u
lU t
S u
m se
l L
a m
p u
n g
N T
T S
u m
u t
K a
lT e
n g
K a
lS e
l B
a li
D IY
Ja ti
m Ja
m b
i R
ia u
Ja b
a r
Ja te
n g
D K
I P
a p
u a
K a
lT im
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Gambar 8. Rata-rata Tingkat Keterbukaan Ekonomi Openness menurut Provinsi, Tahun 2000
– 2009
Tingkat keterbukaan regional daerah sangat berkorelasi dengan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, tingkat keterbukaan ekonomi
memberikan ruang terbuka bagi pemerintah daerah untuk tidak melakukan proteksi terhadap daerahnya yang ditandai dengan perdagangan tertutup. Sebab
semakin tinggi tingkat keterbukaan suatu daerah maka investasi yang masuk semakin meningkat dan masyarakat semakin sejahtera, dengan ditandai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan meningkatkan keterbukaan ekonomi, setiap daerah harus dapat menentukan potensi ekonomi yang dapat memberikan
keuntungan kompetitif bagi daerahnya sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja.
China merupakan salah satu negara yang cukup berhasil dalam mendorong kegiatan perdagangan dan investasi berkat komitmennya untuk melakukan
modernisasi dan membuka perekonomian yang mulai dilakukan sejak tahun 1970- an Drysdale, 2002. Begitu juga dengan Vietnam, merupakan salah satu negara
yang berhasil dalam memanfaatkan keterbukaan ekonomi dan saat ini berada dalam tahap transisi menuju ekonomi pasar market economy. Sejak reformasi
ekonomi yang dilakukan pada tahun 1980-an, Vietnam secara bertahap