Peranan Investasi Asing Foreign Direct Investment di Indonesia

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir merupakan deindustrialisasi negatif. Deindustrialisasi yang terjadi bukanlah dampak alamiah dari proses pembangunan yang sangat maju melainkan lebih disebabkan oleh guncangan shock terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan analisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses deindustrialisasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah turunnya investasi asing langsung foreign direct investment khususnya nilai realisasi penanaman modal asing PMA di sektor sekunder manufaktur dan menurunnya kinerja perdagangan luar negeri terutama ekspor manufaktur. Selain itu deindustrialisasi negatif yang terjadi di Indonesia ditandai dengan pendapatan per kapita yang stagnan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan masih tingginya tingkat pengangguran. 2. Globalisasi ekonomi yang diwakili dengan tingkat keterbukaan ekonomi openness dan investasi asing langsung foreign direct investment turut menyumbang deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung tingkat keterbukaan ekonomi openness dan investasi asing langsung mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia melalui peningkatan pendapatan per kapita dan produktivitas sektor manufaktur. Secara langsung dengan meningkatnya produktivitas maka produk manufaktur mampu bersaing di pasar global. Selain itu dengan meningkatnya pendapatan maka akan meningkatkan demand produk manufaktur, sehingga output juga meningkat. Seiring dengan peningkatan output maka permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat. 3. Berdasarkan hasil regresi data panel, memperlihatkan bahwa human capital mempunyai pengaruh terhadap deindustrialisasi. Tenaga kerja yang diperlukan di sektor manufaktur merupakan tenaga kerja yang terampil sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Selanjutnya peningkatan human capital akan meningkatkan kesejahteran daerah, hal ini menandakan bahwa human capital merupakan investasi jangka panjang.

5.2. Implikasi Kebijakan

Sejarah industrialisasi di Indonesia memperlihatkan bahwa sektor manufaktur mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya perlu diambil langkah-langkah kebijakan yang tepat sasaran dalam mengatasi sejumlah guncangan perekonomian yang berdampak pada terjadinya deindustrialisasi di Indonesia. Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang dituliskan sebelumnya, beberapa saran kebijakan dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Keterbukaan ekonomi openness pada satu sisi dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, keterbukaan ekonomi dapat memperburuk kondisi ekonomi makro dan mikro. Agar keterbukaan ekonomi tidak memperburuk kondisi perekonomian, maka diperlukan suatu kerangka paket kebijakan ekonomi yang menyeluruh baik kebijakan fiskal maupun moneter. Sehingga perlu ada koordinasi antar instansilembaga pemerintah terkait agar tercipta sinkronisasi dalam pelaksanaan paket kebijakan ekonomi tersebut. Menurunnya kinerja ekspor pasca krisis 1997 menandakan bahwa deregulasi yang tepat perlu segera dilaksanakan. Dalam hal ini kebijakan ekspor dan impor tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus dilaksanakan secara bersamaan dan berimbang. 2. Peran investor asing dalam kegiatan produksi nasional perlu mendapat perhatian karena mereka mempunyai peran yang sangat penting, tidak hanya menambah pemasukan devisa tetapi juga dalam hal meningkatkan efisiensi produksi. Iklim investasi yang kompetitif perlu terus ditingkatkan misal dengan pelayanan satu atap sehingga menyingkat waktu dan meminimalkan biaya atau memberikan informasi yang cepat dan mudah diakses dari lokasi manapun. 3. Perbaikan infrastruktur yang menyeluruh terutama infrastruktur perdagangan luar negeri perlu mendapat perhatian, karena hal ini dapat mempengaruhi daya saing produk di pasar global. Dimana perbaikan infrastruktur mempunyai pengaruh timbal balik antara ekspor dan impor serta mengurangi faktor-faktor yang dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi high cost economy. 4. Peningkatan daya saing merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing misalnya dengan mendorong kreatifitas dan peningkatan kualitas produk, menghilangkan distorsi pasar tenaga kerja dan meningkatkan tenaga kerja terampil melalui link and match antara akademisi dan para pelaku industri. 5. Pemerintah melalui kebijakan moneter dan perbankan sebaiknya menurunkan suku bunga kredit acuan agar pelaku industri manufaktur tidak mengandalkan kredit dari bank luar negeri yang akan menambah beban hutang luar negeri swasta. Dengan suku bunga kredit acuan yang rendah diharapkan investasi di sektor manufaktur dapat bergairah. 5.3.Saran Penelitian Lebih Lanjut 1. Saran yang berkaitan dengan metodologi adalah menganalisis fenomena deindustrialisasi dengan metode Computable General Equilibrium CGE agar dampak deindustrialisasi yang terjadi terhadap semua variabel ekonomi yang saling berkaitan dapat diketahui secara langsung. 2. Saran yang berkaitan dengan substansi adalah menggunakan data sektor manufaktur yang dibagi menurut sub sektor, sehingga dapat dilihat sub sektor industri apa saja yang mengalami deindustrialisasi. Atau menambahkan variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya deindustrialisasi. Halaman ini sengaja dikosongkan