Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

1.416.250,00 US. Volume nilai ekspor dan kapasitas produksi minyak akar wangi tidak berubah secara signifikan dari tahun sebelumnya. Tabel 13. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010 Komoditas 2009 2010 Negara Tujuan Volume Nilai US Volume Nilai US Minyak Akar Wangi 23.510 Kg 1.364.587 25.750 Kg 1.416.250 Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, India Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten Garut, 2011

4.3. Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai nilai industri. Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksporti minyak akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak akar wangi. Rantai pasokan minyak akar wangi disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Rantai pasok minyak akar wangi di Indonesia Petani sebagai mata rantai di bagian hulu melakukan kegiatan budidaya tanaman akar wangi, mulai dari penggarapan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan hingga pemanenan. Pengumpul akar wangi melakukan kegiatan penampungan dan pengumpulan akar, biasanya para pengumpul akar memiliki tempat penyulingan masing-masing. Namun, ada juga yang hanya melakukan pengumpulan akar saja. Penyuling melakukan kegiatan penyulingan. Pengumpul minyak akar wangi mengumpulkan minyak akar wangi untuk di salurkan kepada eksportir. Petani terkadang menjual hasil panennya berupa akar kepada pengumpul akar. Ada pula yang melakukan penyulingan sendiri dengan cara menyewa alat penyuling yang dimiliki oleh penyuling biasanya alat suling yang disewa adalah alat suling milik kelompok tani atau koperasi kemudian menjual sendiri minyak hasil proses penyulingan langsung kepada pengumpul minyak. Pengumpul akar biasanya membeli akar melalui sistem ijon, yaitu menentukan harga tertentu untuk sekian hektar lahan sebelum lahan tersebut dipanen. Kemudian setelah itu mereka akan mengumpulkan akar hasil panen tersebut ke tempat penyulingan baik milik sendiri maupun penyulingan milik orang lain. Terdapat tiga aliran yang harus dikelola dalam suatu rantai pasokan. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Kedua, aliran uang finansial yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi yang bisa mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Pola aliran dalam rantai pasokan minyak akar wangi disajikan Gambar 6. Gambar 6. Pola Aliran rantai pasokan minyak akar wangi 1 2 2 2 3 3 4 5 6 7 Aliran barang dalam rantai pasokan minyak akar wangi dimulai dari petani sebagai penghasil bahan baku minyak akar wangi. Hasil panen dari petani akan dibeli oleh pengumpul atau penyuling akar wangi. Pengumpul akar wangi menjual akar wangi ke penyuling. Harga akar wangi dari petani berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per Kg. Harga akar wangi dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas akar wangi. Ketika panen raya dan musim hujan harga akar wangi di tingkat petani cenderung turun. Hal ini terjadi karena pada saat panen raya terjadi, penawaran bahan baku minyak akar wangi akan meningkat pesat sehingga menurunkan tingkat harga. Ditambah lagi kondisi musim hujan yang membuat kandungan air dalam akar menjadi tinggi, sehingga akar menjadi lebih berat dan menurunkan kuantitas rendemen hasil penyulingan. Kedua faktor ini mengakibatkan bahan baku dibeli dengan harga di bawah harga standar yaitu hingga mencapai Rp 1.200 per kg. Mekanisme pembelian akar wangi dilakukan dengan cara, antara lain 1 petani langsung mengantarkan akar wangi ke pengumpul atau penyuling, 2 pengumpul atau penyuling langsung membeli akar wangi yang masih berada di lahan sistem ijon. Alat transportasi yang digunakan oleh petani untuk mengantarkan akar wangi kepada penyuling adalah dengan menggunakan truk. Akar wangi yang telah didapat dari petani kamudian disuling oleh penyuling atau pengumpul yang memiliki alat penyulingan. Minyak akar wangi hasil penyulingan kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi atau eksportir yang berada di luar wilayah Kabupaten Garut. Eksportir minyak akar wangi paling banyak berada di wilayah Bogor dan Jakarta. Minyak akar wangi diekspor ke beberapa negara yaitu Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India. Harga beli minyak akar wangi oleh pengumpul atau eksportir berkisar antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.400.000 bergantung pada kualitas yang dihasilkan. Semakin baik kualitas minyak akar wangi, maka semakin mahal harga minyak akar wangi tersebut. Petani terkadang menjual langsung akar wangi hasil panen kepada pengumpul akar atau penyuling, biasanya petani ini menjual akar hasil panen meraka kepada pihak yang memberi mereka pinjaman modal. Beberapa petani yang lain tidak mau menjual dalam bentuk akar, petani jenis ini menyewa peyulingan untuk menyuling hasil panen mereka kemudian menjual sendiri minyak hasil penyulingan tersebut kepada pengumpul minyak akar wangi. Aliran finansial pada rantai pasokan minyak akar wangi terjadi dari konsumen, pengekspor minyak akar wangi, pengumpul minyak atau langsung ke penyuling, pengumpul akar wangi atau langsung ke petani dan petani akar wangi. Mekanisme pembayaran minyak akar wangi dari konsumen luar negeri kepada eksportir adalah dengan pembayaran tunai. Sistem pembayaran penyuling atau pengumpul minyak akar wangi juga dilakukan dengan sistem pembayaran tunai setelah minyak dikirim. Beberapa pengumpul ada yang melakukan sistem kontrak kepada para petani. Sistem kontrak yang dimaksud adalah sebuah sistem dimana konsumen tetap luar negeri akan mengirim uang untuk para pengumpul minyak tertentu, bahkan sebelum minyaknya dikirim. Hal ini dilakukan agar pengumpul dapat membeli minyak akar wangi tanpa hambatan keuangan. Sebagai gantinya pengumpul harus mampu memenuhi sejumlah pesanan yang diinginkan oleh konsumen dari luar negeri dalam jangka waktu tertentu. Para pengumpul jenis ini biasanya telah memiliki pembeli tetap dari luar negeri seperti dari Jerman dan Prancis. Salah satu cara agar pengumpul mampu memenuhi permintaan konsumen tetap luar negeri mereka yaitu dengan memberikan pinjaman modal kepada petani, penyuling bahkan kepada pengumpul akar. Ada pula mekanisme di mana penyuling atau pengumpul akar mendapat pinjaman dari pengumpul minyak, kemudian penyuling dan pengumpul menggunakan dana tersebut untuk dipinjamkan lagi ke pihak petani yang tidak memiliki modal. Pinjaman ini diberikan sebagai pengikat agar petani, pengumpul dan penyuling yang telah dipinjami modal usaha tidak menjual minyak akar wangi mereka kepada pengumpul lain. Hal ini dilakukan untuk memenuhi jumlah permintaan pembeli luar negeri tersebut. Namun terkadang dalam sistem ini sistem kontrak, harga minyak akar wangi biasanya dibeli dengan harga dibawah harga pasar. Secara tidak langsung sistem yang terjadi antara anggota rantai pasok membentuk sistem kerjasama inti-plasma. Pengumpul minyak akar wangi merupakan inti sedangkan petani merupakan plasma. Penyuling akar wangi dan pengumpul akar wangi merupakan perpanjangan tangan dari pengumpul minyak akar wangi. Gambar 7 menyajikan mekanisme kerjasama inti plasma. Gambar 7. Sistem kerjasama inti plasma Aliran informasi terjadi pada konsumen, pengekspor minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke penyuling akar wangi, pengumpul akar wangi atau langsung ke petani, dan petani akar wangi atau sebaliknya. Informasi dari konsumen ke pengekspor berhubungan dengan harga bahan baku, harga bahan bakar, status pengiriman, berapa pesanan minyak akar wangi yang harus dikirim ke konsumen, tanggal pengiriman dan tanggal minyak akar wangi sampai di konsumen dan informasi lainnya yang berguna untuk perkembangan industri minyak akar wangi. Komunikasi antara pengekspor dengan penyuling menggunakan telepon untuk menentukan harga dan tanggal pengiriman minyak akar wangi. Komunikasi antara penyuling dengan petani akar wangi adalah untuk mengetahui harga akar wangi, tanggal panen, dan kapasitas pengiriman akar wangi kepada penyuling. Komunikasi antara anggota rantai pasok terjadi melalui interaksi bisnis rapat bulanan Koperasi dan

4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi

Petani kecamatan, yaitu dan Pasir Wangi. kelompok tani. dalam kelompok berbadan hukum tani yang berbadan 12 persen yang Alasan utama adalah mendapatkan Gambar 8 men Garut. Gambar Kelompok memiliki jumlah kelompok tani pemberi modal dan tidak berbadan hukum 50 interaksi bisnis dan kegiatan koperasi atau kelompok tani Koperasi dan rapat akhir tahun koperasi. .1 Aktivitas Petani Akar Wangi Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar kecamatan, yaitu di Kecamatan Bayongbong, Samarang, Cilawu, Pasir Wangi. Sebesar 72 persen petani telah tergabung kelompok tani. Sebesar 50 persen dari 72 persen petani yang kelompok tani, mengkuti bentuk kelompok tani yang berbadan hukum dan 50 persen lainnya tergabung dengan kelompok badan hukum. Kelompok tani berbadan hukum yang berbentuk koperasi, dan 38 persen berbentuk utama kenapa petani mau bergabung dengan kelompok mendapatkan bantuan modal dari ketua kelompok tani menyajikan jenis kelompok tani yang terdapat di Kabupaten Gambar 8. Jenis kelompok tani di Kabupaten Garut elompok Tani Sinar Wangi adalah kelompok tani memiliki jumlah anggota tani paling banyak yaitu 200 anggota. kelompok tani diketuai oleh seorang penyuling yang berperan modal dan pembina teknik budidaya bagi anggotanya. 38 koperasi 12 kelompok tani seperti tersebar di lima Samarang, Cilawu, Leles, tergabung dalam yang tergabung yang tidak dengan kelompok hukum terdiri dari berbentuk CV. kelompok tani kelompok tani tersebut. terdapat di Kabupaten arut kelompok tani yang 200 anggota. Satu berperan sebagai nggotanya. Anggota cv 38 kelompok tani bibit, dan tenaga adalah petani penyuling. N kepada anggotanya pengumpul akar modal yang diberika akar wangi di terbatas. Pertania Mayoritas petani sampai dua puluh tah menunjukan bahwa mampu menghidupi menjalankan usaha budidaya akar wangi. Kebanyakan petani dengan Hal ini manunjukan masih rendah, produktivitas. 20-30 tahun 32 30 kelompok tani menyediakan sarana produksi tanaman seperti dan tenaga kerja. Kesepakatan umum antara petani dan penyuling petani harus menjual hasilnya kepada pemberi penyuling. Namun, ada beberapa penyuling yang memberi kebebasan anggotanya untuk menjual hasil panen kepada penyuling akar wangi lain, asalkan petani dapat membayar yang diberikan. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pe wangi di Kabupaten Garut merupakan petani dengan Pertanian akar wangi di Garut dimulai pada tahun Mayoritas petani akar wangi telah memulai usahanya sejak puluh tahun yang lalu, yaitu sebesar empat puluh persen. menunjukan bahwa usaha akar wangi ini cukup menjanjika menghidupi petani sehingga tidak sedikit yang masih kan usaha ini. Gambar 9 menyajikan sebaran lama budidaya akar wangi. Gambar 9. Umur usaha akar wangi ebanyakan petani akar wangi di Kabupaten Garut merupaka dengan lahan yang terbatas yaitu lima sampai sepuluh manunjukan bahwa modal yang dimiliki petanai akar rendah, dengan lahan yang sedikit sulit untuk meningkatkan oduktivitas. Para petani tidak meminjam modal kepada 10 tahun 12 10- 30-40 tahun 12 40 tahun 4 tanaman seperti pupuk, petani dan penyuling pemberi modal memberi kebebasan penyuling atau membayar pinjaman hwa sebagian besar petani dengan modal pada tahun 1918. usahanya sejak sepuluh r empat puluh persen. Ini menjanjikan dan masih bertahan sebaran lama usaha Garut merupakan sepuluh hektar. petanai akar wangi untuk meningkatkan kepada lembaga -20 tahun 40 keuangan se memberatkan Budidaya pencangkulan, pemanenan. Bibit dan akar. S Permasalahan mengakibatkan rendemen berkurang hama. Hama tidak menyerang lahan kepemilikan laha Gambar 10 Budidaya biasanya dilaku Sebagian besar dengan tanaman dan singkong. untuk memenuhi tumpang sari, walaupun lahan ditanami lebih dari satu je 5-10 ha 40 10 24 keuangan seperti bank karena mekanismenya yang dan berbelit-belit. Budidaya akar wangi dimulai dengan pembibitan, pencangkulan, penanaman, penyiangan, pemberian pupuk . Bibit akar wangi diperoleh dengan cara memisahkan . Setelah itu diambil bonggol akarnya untuk Permasalahan yang muncul adalah cuaca yang tidak menentu mengakibatkan rendemen berkurang adalah curah hujan yang Hama tidak menyerang seluruh area lahan tanam, tetapi lahan-lahan tertentu. Gambar 10 menunjukan kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi.

10. Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar