Strategi W-O Strategi S-T

2. Strategi W-O

Strategi W-O adalah untuk mengatasi kelemahan industri minyak akar wangi dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Berikut adalah strategi W-O yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT: penguatan aspek finansial. Strategi ini merupakan formulasi dari modal kerja yang terbatas dan dukungan pemerintah untuk mengembangkan industri minyak akar wangi. Kebanyakan petani minyak akar wangi di Kabupaten Garut merupakan petani miskin yang sulit mengembangkan usahanya karena terbentur faktor modal. Banyak pihak yang sudah menawarkan bantuan modal namun dirasakan kurang menarik pihak petani karena mekanisme pengembalian yang rumit dan persyaratan seperti sistem agunan dan jaminan yang dianggap memberatkan. Pemerintah diharapkan mampu melobi dan membuat kebijakan sehingga membuat pihak investor maupun pihak bank tertarik meminjamkan dana dengan mekanisme yang memudahkan dan menarik petani untuk bergabung. Bentuk lain dari penguatan aspek finansial adalah melakukan pelatihan manajemen keuangan bagi para petani agar para petani mampu mengelola keuangan mereka dengan baik sehingga dana yang dipinjamkan dapat digunakan untuk mengembangkan usaha akar wangi mereka.

3. Strategi S-T

Strategi S-T merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki industri minyak akar wangi untuk menghindari ancaman eksternal. Strategi S-T yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT adalah peningkatan kualitas SDM pada level operasional. Strategi peningkatan kualitas SDM pada level operasional merupakan formulasi dari kekuatan industri minyak akar wangi yaitu merupakan salah satu pemasok utama minyak akar wangi dunia, tumbuhnya negara pesaing dan eksportir yang tidak profesional moral hazard. SDM merupakan aset utama sebuah perusahaan, begitu pula dalam industri minyak akar wangi, SDM merupakan pelaku semua kegiatan industri minyak akar wangi. SDM yang berkualitas akan menghasilkan output yang berkualitas pula, begitu juga sebaliknya. Praktik moral hazard yang dilakukan oleh eksportir maupun pengumpul minyak akar wangi yang mencampur minyak akar wangi murni dengan bahan lain akan merusak nama baik minyak akar wangi Indonesia di pasar internasional. Praktik budidaya yang tidak mengikuti good agricultural process GAP dan good manufactural process GMP menunjukan masih rendahnya kesadaran pelaku rantai pasok akan pentingnya mutu minyak akar wangi di pasar internasional. Bentuk nyata dari strategi peningkatan kualitas SDM pada level operasional adalah pelatihan berkesinambungan dan monitoring bagi seluruh pelaku industri minyak akar wangi. Hal ini dilakukan agar petani merasa diawasi sehingga menerapkan GAP dan GMP dengan benar. Good agricultural process GAP adalah serangkaian prosedur budidaya tanaman minyak akar wangi yang baik dan benar sehingga panen yang dihasilkan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Akar wangi tumbuh pada ketinggian 500 – 1.500 m dpl, curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun, suhu udara lingkungan 17 – 27 o C . Membutuhkan sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka atau tidak terlindung oleh tanaman lain. Kondisi lahan terbaik adalah tanah berpasir atau daerah aliran abu gunung berapi pada lereng-lereng bukit karena akar tanaman akan mudah dicabut pada saat panen sehingga akar tidak ada yang tertinggal. Bibit yang ditanam bonggolnya adalah akar yang berasal dari tanaman yang tidak berbunga dengan jarak tanaman antara 0,5m x 0,75m sehingga untuk 1 Ha lahan diperlukan bibit sebanyak ± 10.000 rumpun. Pada bulan pertama setelah penanaman, tanah di pupuk dengan menggunakan pupuk kompos, kemudian pada bulan ke tiga dilakukan penggemburan tanah dan pemupukan kembali. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk urea, TSP, dan ZA dengan dosis masing ‐masing adalah 200 kg Ha. Penyiangan dilakukan minimal dua kali pada bulan ke lima dan ke delapan. Pemanenan dapat dilakukan pada bulan ke dua belas setelah akar wangi benar- benar matang. Good manufacturing process GMP adalah serangkaian prosedur pengolahan akar wangi menjadi minyak akar wangi yang baik dan benar sehingga dihasilkan minyak yang berkualitas. Untuk memperoleh hasil minyak akar wangi dapat ditempuh dengan melelui 3 tiga cara penyulingan destilasi yakni destilasi dengan air, dengan uap langsung dan destilasi dengan air dan uap dikukus. Cara yang sering digunakan yaitu dengan destilasi uap dikukus. Kebutuhan air umpan ketel untuk awal operasi dibutuhkan sebanyak 3,5 m 3 yang secara langsung dimasukan kedalam ketel untuk selanjutnya air umpan ketel akan ditambah setiap 2 jam sekali sebanyak kurang lebih 0,4 m 3 secara otomatis, dimana tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke ketel diperoleh dari tekanan yang dihasilkan dari ketel. Akar yang akan disuling terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel pada akar dengan cara dikibaskan,pembersihan tersebut biasanya di lakukan pada saat terjadi transaksi jual beli. Kemudian akar tersebut dilakukan pembersihan ulang pada saat setiap kali operasi. Adapun tahapan ‐tahapan operasi dalam proses penyulingan adalah sebagai berikut : 1. Masukan air umpan ketel kedalam ketel, tutup bagian tengah ketel dengan flat besi yang berlubang ‐lubang,tingginya 0,2 m dari permukaan air dalam ketel ; 2. Nyalakan oven dengan laju aliran minyak tanah sebanyak 25 ‐28 literjam ; 3. Masukan bahan baku akar ke dalam ketel sampai penuh di atas plat besi yang berlubang lubang 4. Tutup bagian atas ketel dengan tutup yang tersedia, tutup ketel dilengkapi dengan pipa stainless steel 2 inci untuk mengelirkan uap destilat ; 5. Uap destilat yang dihasilkan mengalir melalui pipa dan didinginkan dalam bak pendingin, minyak akar wangi yang dihasilkan ditampung didalam bak penampung ; 6. Empat 4 jam pertama tambahkan air umpan ketel melalui sarana yang tersedia, alirkan air umpan ketel yang diperoleh dari tekenan uap air yang dihasilkan pada ketel. Untuk selanjutnya dilakukan setiap 2 jam sekali 7. Lamanya pengukusan antara 12 ‐15 jam dengan tekanan sekitar 5 bar. Minyak akar wangi yang dihasilkan antara 6 ‐12 kg untuk setiap 1.600 kg akar wangi.

4. Strategi W-T