Peneliti dan Akademisi Analisis Deskriptif Analisis SWOT Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats

2. Peneliti dan Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama ataupun penelitian lanjutan.

3. Pelaku Usaha Minyak Akar Wangi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan panduan bagi para pelaku usaha seperti petani minyak akar wangi, pengumpul akar, penyuling, pengumpul minyak dan eksportir dalam menjalankan kegiatan usahanya untuk membangun sistem yang berkesinambungan dan menguntungkan semua pihak.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai perumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi dan membahas elemen rantai pasok minyak akar wangi yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak dan pengumpul akar wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat, terutama di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Rantai pasok yang dibahas hanya terbatas dari petani sampai pengumpul minyak akar wangi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi dan Manajemen Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan Umar, 2008. Menurut Siagian 2004, istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan peperangan. Menurut David 2006, strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Mulyadi 2001 mengatakan bahwa strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Dengan tindakan berpola perusahaan dapat mengerahkan seluruh sumberdaya secara efektif ke perwujudan visi organisasi. Strategi juga didefinisikan sebagai sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan. Definisi lainnya, strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan Hamel dan Prahalad dalam Umar, 2008 Manajemen Strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuanganakuntansi, produksioperasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional David, 2003.

2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok

Menurut Indrajit dan Pranoto 2002, rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan. Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan Annatan dan Ellitan, 2008. Menurut Heizer dan Render 2010, manajemen rantai pasokan merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanaan, pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Ruang lingkup manajemen rantai pasok meliputi: 1. Rantai pasokan yang mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ketangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan. 2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasinya menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya Siagian, 2005. Gambar 1 menyajikan struktur manajemen rantai pasokan: Gambar 1. Struktur manajemen rantai pasokan Prinsip manajemen rantai pasok pada dasarnya merupakan singkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitaas yang terkait dengan aliran bahan baku atau produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen – komponen yang disebut channel yang terdiri atas pemasok, manufaktur, distribution centre, wholesaler dan retailer yang semuanya bekerja menuju proses akhir. Sebuah rantai pasok bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam suatu rantai hulu ke hilir. Tidak selamanya sebuah rantai pasok berupa rantai lurus Anatan dan Elitan, 2008. - Informasi penjadwalan - Arus kas Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen - Arus kredit - Arus bahan baku

2.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

Strategi manajemen rantai pasokan meliputi tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan internal perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal eksternal perusahaan diantaranya mencakup keputusan strategis mengenai jaringan pasokan, yang mencakup keputusan mengenai pemasok mana yang akan dipilih, pemasok utama mana yang akan dijadikan mitra kerja jangka panjang dimana akan didirikan lokasi gudang dan pabrik, apakah akan melaksanakan sendiri kegiatan logistik dan sebagainya. Pujawan 2005 mendefinisikan strategi rantai pasok sebagai kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasok yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumberdaya yang ada pada rantai pasok tersebut. Tujuan strategis rantai pasok adalah menghasilkan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Dalam prosesnya strategi manajemen rantai pasok memiliki tiga tujuan, yaitu : 1. Menurunkan biaya, strategi manajemen rantai pasok yang diterapkan harus mampu menurunkan biaya logistik yang terjadi. 2. Menurunkan modal, strategi ditujukan untuk meminimalisasi tingkat investasi dalam strategi logistik. 3. Meningkatkan pelayanan, startegi manajemen rantai pasok harus secara proaktif dijalankan salah satunya yaitu perbaikan pelayanan. Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian 2005, unsur-unsur pembuat strategi manajemen rantai pasok adalah: 1. Faktor Primer a. Keunggulan Bersaing Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi produk, kepeloporan biaya, dan respon yang cepat yang ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap terhadap perubahan. b. Fleksibilitas Permintaan Fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk, campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran dan fleksibilitas dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan yang tepat dan lain sebagainya. 2. Faktor Sekunder a. Proses Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan dan sangat tergantung pada tipe kegiatan. b. Kematangan Proses Faktor kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi penawaran pasar. c. Risiko Strategi Risiko yang dimaksud disini adalah adanya penyebaran risiko, yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau diberikan pemasok, sehingga persaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan.

2.4. Lingkungan Organisasi

Menurut Umar 2008, lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Lingkungan jauh dapat dikaji melalui faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi PEST, sedangkan lingkungan industri dapat dikaji dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam Konsep Strategi Bersaing dari Michael R. Porter. Lingkungan internal dapat dikaji dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan fungsional.

2.4.1 Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat memberikan hambatan dan ancaman untuk maju Umar, 2008. Faktor-faktor yang dikaji adalah : 1. Faktor Politik Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, demikian pula sebaliknya. 2. Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja. 3. Faktor Sosial Perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan- perubahan sosial yang terjadi. Aspek yang dapat diperhatikan adalah sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orang- orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografi, religius, pendidikan dan etnis. 4. Faktor Teknologi Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan dan metode- metode baru dalam mengerjakan suatu gambaran yang luas, yaitu meliputi: desain, proses produksi, dan mendistribusikan.

2.4.2 Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan di mana bisnis perusahaan berada Umar, 2008. Michael R. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu : 1. Ancaman masuk pendatang baru Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya indenpenden, dan peraturan pemerintah. 2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar. 3. Ancaman dari produk pengganti Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan fungsi yang sama. 4. Kekuatan tawar menawar pembeli Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan pesaingnya. 5. Kekuatan tawar menawar pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau pelayanan.

2.4.3 Lingkungan Internal

Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa pendekatan fungsional. Aspek yang diperhatikan adalah: 1. Aspek Keuangan Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang handal. 2. Aspek Pemasaran Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan, promosi, harga jual produk, komitmen manajemen puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru. 3. Aspek Operasi Kegiatan operasi dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karena itu, faktor- faktor yang perlu diperhatikan adalah hubungan baik dengan pemasok, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan kerja yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses operasi, dan pengendalian mutu. 4. Aspek Sumber Daya Manusia Manusia adalah sumber daya terpenting bagi perusahaan. Faktor-faktor yang diperhatikan adalah langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.

2.5. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Tahapan dalam melakukan audit internal dan eksternal adalah memasukan data dan informasi dari lingkungan yang dianalisis ke dalam Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE. Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang penting dan merupakan langkah awal dari kerangka kerja perumusan yang disebut tahapan input Input Stage, yaitu tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Matriks ini berisi pernyataan misi dan menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi pemasaran secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai dengan penilaian kualitatif dalam hal ini intuitif yang baik David, 2009.

2.6. Analisis SWOT

Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat strategi David, 2009. Keempat strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Strategi SO Strengths - Opportunities Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya, perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. b. Strategi WO Weaknesses - Opportunities Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST Strengths - Threats Melalui strategi ini perusahaan berusaha menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. Strategi WT Weaknesses - Threats Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal pada dasarnya berada pada posisi yang berbahaya. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain : merger, declared bankcrupty, retrench atau liquidation

2.7. Metode Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process AHP merupakan suatu metode yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari Universitas of Pisburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Pada penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari responden, tidak tergantung pada kuantitasnya Saaty, 1991. Dalam metode ini, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis eksplisit, yaitu: 1. Penyusunan Hirarki Dalam menyusun hirarki, terlebih dahulu didefinisikan persoalan, dan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur – unsurnya. Apabila perusahaan akan merencanakan startegi promosi, maka perlu diketahui tujuan utama dari kegiatan promosi dan faktor – faktor apa yang dipertimbangkan dalam menyusun startegi promosinya. Analisis terhadap faktor – faktor tersebut dalam AHP dilakukan dengan membuat struktur hirarki. Hirarki yang dihasilkan dapat berupa hirarki lengkap dan tidak lengkap. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur pada level maupun yang dipilih sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisis ini dinamakan hirarki. Dalam struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan faktor–faktor tergantung pada pemilihan peneliti, secara umum, unsur yang digunakan pada hirarki adalah faktor, aktor, tujuan, dan alternatif. 2. Penerapan Prioritas Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas unsur – unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan yang diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah a unsur mana yang lebih pentingdisukaimungkin.... ? dan b berapa kali lebih penting disukai mungkin... ? Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang unsur – unsur yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. 3. Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek – obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Serta yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar obyek –obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling berkaitan, yang tersusun dari fokus, turun ke tujuan–tujuan, kemudian ke pelaku– pelaku, komponen sistem hirarki keputusan dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen–komponen seperti yang telah disebutkan. Fokus dalam tahap ini adalah komponen–komponen sistem yang dipilih dan digunakan dalam bentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur–unsur tersebut tergantung dari penguasaan para analis terhadap persoalan. Metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu level yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada level dibawahnya. Pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang sehat dalam situasi kompleks diperlukan prioritas dan perimbangan trade off .

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebenarnya merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia yang merupakan penelitian hibah bersaing yang dilakukan oleh Mulyati dkk 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta potensi minyak akar wangi di Indonesia, memberi gambaran mengenai rantai pasokan dan risiko minyak akar wangi berbasis IKM di Indonesia dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha minyak akar wangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini membahas mengenai peta potensi minyak akar wangi di Indonesia, baik dari perkembangan ekpor maupun sebaran dan potensi akar wangi dan juga perkembangan industri minyak akar wangi. Menjelaskan mengenai gambaran umum mengenai sistem rantai pasok juga risiko minyak akar wangi dan mengidentifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan kekuatan eksternal peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha minyak akar wangi.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk mengembangkan industri akar wangi. Akar wangi sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena indonesia memiliki tanah dan iklim yang sangat cocok untuk budidaya tanaman akar wangi. Faktor pendukung lainnya adalah minyak akar wangi yang dihasilkan Indonesia telah dikenal di pasar internasional dan minyak akar wangi telah menjadi salah satu komoditi penghasil devisa andalan Indonesia. Namun, pada beberapa tahun terakhir terjadi fluktuasi nilai ekspor minyak akar wangi Indonesia. Permasalahan utama dalam mengembangkan industri minyak akar wangi Indonesia sehingga nilai ekspor berfluktuasi adalah masalah mutu dan produktivitas. Mutu minyak akar wangi Indonesia tidak sesuai dengan permintaan pasar yaitu tidak seragam dan mutu rendah. Salah satu penyebab mutu dan produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum efisiennya sistem rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia. Idealnya, rantai pasok suatu komoditi harus berfungsi secara efisien. Salah satu ciri rantai pasok yang efisien adalah pendapatan terbagi secara merata kepada seluruh pelaku didalam sistem rantai pasok. Pada kenyataanya terdapat kelompok yang dominan pendapatannya yaitu pengumpul minyak dan eksportir. Rendahnya pemerataan pendapatan ini menunjukan bahwa rantai pasok minyak akar wangi masih belum efisien. Distribusi pendapatan yang tidak merata dalam rantai pasok minyak akar wangi menjadikan petani memiliki pola pikir yang tidak berorientasi pada mutu. Mereka lebih mementingkan modal untuk bisa kembali dari pada melakukan usaha untuk meningkatkan mutu akar wangi yang ditanam. Pola pikir ini yang menyebabkan para petani tidak menerapkan Good Agricultural Process GAP dan Good Manufacturing Process GMP yang berakibat menurunkan kualitas dan produktivitas minyak akar wangi. Strategi rantai pasok yang komprehensif yang mengakomodasi seluruh kepentingan pelaku industri minyak akar wangi dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan menciptakan sistem rantai pasok minyak akar wangi yang berkesinambungan. Gambar 2. menyajikan kerangka pemikiran penelitian ini. Gambar 2. Kerangka penelitian

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang telah dilakukan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis rantai pasok minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi dan memberikan rekomendasi alternatif strategi terbaik untuk diterapkan dalam rantai pasok minyak akar wangi. Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Tahap pertama adalah pra survey yaitu melakukan kajian pustaka terhadap literatur dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan rantai pasok minyak akar wangi. Kajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Setelah itu menentukan topik dan judul penelitian yaitu Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Setelah itu penulis mengidentifikasi rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal tersebut menjadi dasar dalam merancang jenis, sumber, metode pengumpulan data dan alat analisis data yang diperlukan. 2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data dan pengolahan data. Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur, jurnal, laporan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data untuk identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi menggunakan analisis deskriptif dengan software Statistical Package for the Social Sciences SPSS versi 16.0. Analisis IFE dan EFE juga AHP menggunakan bantuan software Microsoft Excell 2007. Faktor internal dan eksternal industri minyak akar wangi merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyati dkk dalam Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasok Dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM Di Indonesia. Pada penelitian terdahulu, faktor internal dan ekssternal merupakan hasil dari focus group discussion FGD yang melibatkan stakeholder industri minyak akar wangi. Analisis IFE dan EFE dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal tesebut untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi, setelah itu dilakukan screening terhadap faktor internal dan eksternal untuk membatasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan dalam analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam analisis SWOT adalah faktor dengan nilai skor lima tertinggi. Setelah mendapatkan alternatif strategi dari matriks SWOT, disusun struktur hirarki. Setelah itu melakukan wawancara mendalam kepada para pakar. Pakar merupakan stakeholder industri minyak akar wangi yaitu anggota rantai pasok petani, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak, Pemda Kabupaten Garut Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Data dari pakar dianalisis menggunakan AHP. 3. Tahap ketiga merupakan tahapan terakhir berupa pembahasan, kesimpulan dan saran mengenai indentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi, analisis faktor internal dan ekstenal industri minyak akar wangi, serta rekomendasi alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut Jawa Barat, khususnya Kecamatan Samarang, Leles, Cilawu dan Bayongbong. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juni 2011.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia baik dari penelitian terdahulu, internet maupun sumber lain yang terkait. Data primer diperoleh dari wawancara kepada petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi dosen, Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Data sekunder diperoleh dari data statistik yang dimiliki Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Garut, artikel, literatur, penelitian terdahulu dan informasi lainnya yang terkait. Metode pengumpulan data meliputi: a Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari internet, skripsi maupun penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan literatur ilmiah. b Wawancara Wawancara dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan berbagai pihak dalam rantai pasok minyak akar wangi untuk memperoleh gambaran mengenai sistem rantai pasok minyak akar wangi. Selain itu, wawancara dilakukan dengan menanyakan sudut pandang masing-masing pakar untuk menyusun strategi rantai pasok minyak akar wangi. Pihak-pihak yang diwawancara yaitu petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi dosen, Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu kuesioner yang diisi oleh anggota rantai pasok yaitu petani, penyuling, pengumpul akar, dan pengumpul minyak untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi. Kuesioner kedua dan ketiga diisi oleh pakar yaitu penyuling, petani, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten Garut dan dosen IPB untuk menganalisis faktor internal dan eksternal dan pemilihan alternatif strategi. Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasok beisikan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas pelaku rantai pasok meliputi nama, umur, pendidikandan alamat, aspek budidaya meliputi keikutsertaan dengan koperasi atau kelompok tani, umur usaha, penggunaan pupuk, dan kepemilikan lahan, aspek pasca panen meliputi, aspek penyulingan meliputi mesin penyulingan yang digunakan, aspek pemasaran meliputi pola penjualan akar wangi atau minyak akar wangi, aspek keuangan meliputi semua biaya produksi, penyulingan dan harga jual dan aspek kemitraan dalam rantai pasok. Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal berisikan pertanyaan untuk mengetahui mengetahui bobot dan skor tiap faktor dengan cara membandingkan tingkat kepentingan relatif masing-masing faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan menggunakan pairwise comparison. Kuesioner yang digunakan untuk pemilihan alternatif strategi rantai pasok berisi pertanyaan untuk mengetahui bobot relatif masing-masing elemen dalam hiararki AHP yang telah disususn sehingga dapat diketahui agregat bobot alternatif terhadap Ultimate Goal melalui jaringan hirarki yang ada. Tabel 2 menyajikan jenis, sumber dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian. Tabel 2. Jenis dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian No. Tujuan Penelitian Jenis data Metode pengumpulan data Sumber data 1. Menganalisis rantai pasok minyak akar wangi Data Primer dan sekunder Wawancara responden, studi pustaka Dinas perkebunan dan Perindustrian, buku, jurnal, penelitian terdahulu, anggota rantai pasok minyak akar wangi 2. Menganalisis faktor Internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi. Data Primer dan sekunder Studi Pustaka, wawancara pakar Penelitian terdahulu, petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi dosen, Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut 3. Menentukan rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi Primer Wawancara pakar Petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi dosen, Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi dilakukan dengan non probabilitas sampling dan probabilitas sampling. Non probabilitas sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, namun menetapkan kriteria tartentu yang menjadi syarat anggota populasi tersebut menjadi sampel. Kriteria tersebut yaitu mereka harus berprofesi sebagai petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi. Probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Pengambilan sampel dengan non probabilitas sampling dilakukan melalui dua cara yaitu snowball sampling dan purposive sampling. Snowball sampling yaitu mewawancarai responden yang berjumlahnya sedikit, kemudian mewawancarai responden lainnya berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, terus- menerus sehingga jumlahnya bertambah banyak hingga informasi yang diperoleh dirasa cukup. Snowball sampling digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis rantai pasok minyak akar wangi. Pengambilan sampel untuk dijadikan sebagai pakar untuk mengisi kuesioner analisis faktor internal dan eksternal dan kuesioner AHP dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, yaitu sampel ini memahami keadaan rantai pasok minyak akar wangi dengan baik. Sampel yang di ambil berasal dari tiga elemen yaitu akademisi dosen, pemerintah daerah Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut dan pelaku usaha minyak akar wangi petani, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Terdapat tujuh orang pakar yang mengisi kuisisoner analisi IFE EFE dan AHP yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten Garut Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan akademisi dosen IPB. Responden yang mengisi kuesioner untuk mengidentifiasi rantai pasok minyak akar wangi disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Responden Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi PekerjaanKecamatan Samarang Bayongbong Cilawu Leles Jumlah Petani Akar Wangi 8 7 7 2 24 Penyuling 5 4 2 1 12 Pengumpul Akar Wangi - 2 - - 2 Pengumpul Minyak Akar Wangi 2 1 - - 3 Total 15 14 9 3 Probabilitas sampling dilakukan secara stratified random sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut, dalam penelitian ini strata tersebut adalah wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

3.6. Pengolahan dan Analisis

Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Analisa deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sistem rantai pasok minyak akar wangi. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi serta pembobotan untuk memilih alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi. Penjelasan metode–metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan metode statistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui keadaan industri minyak akar wangi, mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi, mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan tiap pelaku dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi. Data disajikan dalam bentuk chart.

2. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal IFE – EFE a.

Analisis Eksternal Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Analisis eksternal yang mempengaruhi kinerja rantai pasok minyak akar wangi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi serta digunakan pula model lima kekuatan Porter untuk menganalisis kondisi persaingan dalam industri yang sejenis. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi rantai pasok serta untuk melihat kemampuan rantai pasok dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternalnya. Hasil dari analisis eksternal tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks EFE, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tabel Model matriks EFE Critical Success Factors Bobot Rating Skor Peluang Opportunities 1. 2. Ancaman Threats Total Sumber : David 2003 Tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar critical success factors faktor – faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha untuk aspek eksternal yang mencakup peluang opportunities dan ancaman threats 2. Menentukan bobot weight dari critical success factors. Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor tersebut dimana skala yang digunakan adalah : 4 = responnya sangat bagus 3 = responnya diatas rata – rata 2 = responnya rata – rata 1 = respon dibawah rata – rata 4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk menentukan skor bobot 5. Menjumlahkan skor rata – rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total.

b. Analisis Internal Matriks Evaluasi Faktor Internal

Analisis Internal industri minyak akar wangi dilakukan dengan menganalisis faktor internal industri minyak akar wangi yang mencakup kondisi keuangan, kegiatan operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia dalam sistem rantai pasok. Hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan industri minyak akar wangi. Hasil dari analisis internal tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks IFE seperti yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel model matriks IFE Critical Success Factors Bobot Rating Skor Kekuatan Strengths 1. 2. Kelemahan Weaknesses 1. 2. Total Sumber : David 2009 Tahapan membuat matriks IFE adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar critical success factors faktor–faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan untuk aspek eksternal yang mencakup perihal kekuatan strength dan kelemahan weakness 2. Menentukan bobot weight dari critical success factors. Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0 3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor tersebut dimana skala yang digunakan adalah : 4 = responnya sangat bagus 3 = responnya diatas rata – rata 2 = responnya rata – rata 1 = respon dibawah rata – rata Untuk kelemahan harus diwakili oleh skor 1 atau 2, dan untuk kekuatan harus diwakili skor 3 atau 4. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk menentukan skor bobot 5. Jumlahkan skor rata–rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk setiap organisasi.

3. Analisis SWOT Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats

Rangkuti 1997 menerangkan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threat. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor–faktor strategis perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. SWOT menggambarkan empat kuadran. Kuadran 1 menggambarkan organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran 2 menggambarkan dimana organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal meskipun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi, Kuadran 3 menggambarkan organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendalakelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah – masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Ke empat kuadran tersebut digambarkan pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Model SWOT Internal Eksternal Kekuatan Strengths 1. 2. Kelemahan Weaknesses 1. 2. Peluang Opportunities 1. 2. Strategi S-O Strategi W-O Ancaman Threats 1. 2. Strategi S-T Strategi W- T Sumber: Rangkuti 1997 Alternatif strategi diperoleh melalui matriks SWOT maka seanjutnya dilakuakan pembobotan untuk memilih strategi mana yang akan diterapkan.

4. Analitical Hierarchy Process