Kesesuaian lahan perumahan pada wilayah Hulu bagian bawah didominasi oleh kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai Gambar 16. seluas 183 ha atau
61,2, artinya bahwa wilayah DAS Ciliwung Hulu bagian bawah sangat sesuai untuk lahan perumahan, hal ini disebabkan sebagian besar kondisi topografi
wilayah berada pada kemiringan lahan 10, dan tidak berpotensi terjadi longsor.
Gambar 16. Peta kesesuaian lahan di Hulu bagian bawah Kelurahan Katulampa Tabel 9. Luas dan persentase kesesuaian lahan perumahan di lokasi penelitian
DAS Ciliwung Hulu
Luas ha
Kesesuaian Lahan S1 S2 S3
N Luas
ha Luas
ha Luas
ha Luas
ha Bagian atas
Desa Tugu Utara 1339,4 51,0 3,8
44,7 3,3 695,2 51,9 548,5 41,0 Bagian tengah
Desa Cilember 296,7 28,0 9,4
35,2 11,9 216,8 73,1 16,7 5,6 Bagian bawah
Kel.Katulampa 299,7 183,3 61,2
25,1 8,4 91,3 30,5 0,0 0,0
4.2.3. Penyebaran Permukiman Existing di Lokasi Penelitian
Wilayah lokasi penelitian yang meliputi tiga wilayah yaitu DAS Ciliwung Hulu bagian atas Desa Tugu Utara seluas 1339,4 ha, Ciliwung Hulu bagian
tengah Desa Cilember seluas 296,7 ha dan Ciliwung Hulu bagian bawah Kelurahan Katulampa seluas 299,7 ha. Berdasarkan peta penggunaan lahan hasil
interpretasi Citra Lansat tahun 2005, pada Tabel 10 menunjukkan bahwa lahan
permukiman existing di wilayah Hulu bagian atas memiliki luas 61,2 ha, didominasi oleh kelas kesesuaian lahan S2 sesuai mencakup luasan 25,31 ha
41,14. Kelas S1 sangat sesuai memiliki luasan terkecil 5,9 ha 9,65. Sebaran permukiman existing di Hulu bagian atas Desa Tugu Utara dapat dilihat
pada Gambar 17. Wilayah Hulu bagian tengah memiliki luas 32,2 ha, didominasi oleh
kelas kesesuaian lahan S2 sesuai seluas 18,9 ha 55,26. Kelas kesesuaian N tidak sesuai memiliki luasan terkecil yaitu 1,69 ha 4,94. Sebaran
permukiman existing di Hulu bagian tengah Desa Cilember dapat dilihat pada Gambar 18. Sedangkan sebaran permukiman existing di Hulu bagian bawah
Kelurahan Katulampa seluas 172,2 ha seluruhnya 100 terletak pada lahan S1 sangat sesuai. Sebaran permukiman existing di Hulu bagian bawah Kelurahan
Katulampa dapat dilihat pada Gambar 19 Tabel 10. Sebaran permukiman existing di lokasi penelitian
DAS Ciliwung Hulu
Luas lahan permukiman
existing ha
Sebaran permukiman Kelas kesesuaian
Faktor pembatas Kelas Luas ha
Bagian atas Desa Tugu Utara
61,2 S1 5,9
9,65 Tidak ada
S2 25,31 41,14 Kemiringan lereng dan longsor
S3 41,14 20,5 Penggunaan lahan dan kemiringan
lereng N 17,46 28,56
Kemiringan lereng, penggunaan lahan dan potensial longsor
Bagian tengah Desa Cilember
32,2 S1 4,8
14,03 Tidak ada
S2 18,9 55,26 Bahaya longsor
S3 8,81 25,7 Penggunaan lahan
N 1,69 4,94 Kemiringan lereng, penggunaan
lahan dan potensial longsor Bagian bawah
Kel.Katulampa 172,2 S1
172,2 100 Tidak
ada
Gambar 17. Peta sebaran permukiman existing di Hulu bagian atas Desa Tugu Utara
Gambar 18. Peta sebaran permukiman existing di Hulu bagian tengah Desa Cilember
Gambar 19. Peta sebaran permukiman existing di Hulu bagian bawah Kelurahan Katulampa
Keberadaan perumahan penduduk pada saat ini di lahan tidak sesuai untuk perumahan di wilayah DAS Ciliwung Hulu memerlukan perhatian dan
pengelolaan, sesuai dengan fungsi DAS bagian hulu sebagai fungsi daerah resapan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinukaban 2001 bahwa di kawasan
permukiman perlu ditekan nilai koefisien limpasan menjadi serendah mungkin. Penurunan koefisien limpasan dapat dilakukan dengan membuat pedoman dalam
menerapkan agar air hujan di setiap rumah tidak dialirkan ke selokan, akan tetapi diserapkan ke dalam tanah atau ke dalam sumur resapan. Masyarakat penghuni
perumahan secara khusus perlu didorong untuk menerapkan sistem insentif rehabilitasi lahan dalam melakukan upaya memperbaiki atau mengembalikan
fungsi lahan sesuai dengan peruntukannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Putro et al 2003 bahwa insentif rehabilitasi lahan diperlukan untuk memotivasi
masyarakat melakukan tindakan yang bertujuan memperbaiki pengelolaan DAS melalui rehabilitasi lahan.
Dalam Undang-Undang Penataan Ruang No.26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif danatau disinsentif.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Bentuk pemberian insentif dengan memberikan keringanan pajak bangunan, atau
memberi imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan seperti diadakan kegiatan lomba pemanfaatan pekarangan, lomba kebersihan antar RT, atau penghargaan bagi
masyarakat yang mengelola limbah menjadi barang yang bermanfaat seperti pupuk atau barang kerajinan, atau memberi kemudahan pada masyarakat dalam
mengurus perizinan. Bentuk pemberian disinsentif dikenakan pada masyarakat berupa penarikan pajak yang tinggi karena dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang, atau diberikan sangsi upaya rehabilitasi atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, atau tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan tata ruang. Sistem disinsentif lahan, harus didukung dengan upaya pembatasan
pertumbuhan perumahan, di wilayah yang tidak sesuai peruntukannya, melalui pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk pengendalian pertumbuhan perumahan
yang tidak sesuai dengan tata ruang sebaiknya pihak pemerintah daerah tidak memberi izin pada pihak yang terkait, baik pengembang maupun masyarakat
untuk memanfaatkan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, atau dikenakan sanksi sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai, baik pada masyarakat seperti pembongkaran bangunan yang terletak di badan sungai atau di sepadan sungai yang banyak di jumpai di DAS
Ciliwung Hulu, atau sanksi pada pejabat yang menerbitkan perizinan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai.
Dari hasil analisis dari Dirjen Penataan Ruang 2003, diketahui bahwa kebutuhan lahan permukiman sampai dengan tahun 2012 untuk wilayah Hulu
bagian atas sebesar 88,4 ha 6,6, Hulu bagian tengah seluas 106,2 ha 35,8, dan Hulu bagian bawah seluas 216,3 ha 72,2. Kebutuhan lahan perumahan ini
perlu dipertimbangkan dan tidak direkomendasikan, mengingat pemanfaatan ruang di Kawasan Puncak di tetapkan sebagai wilayah dengan karakteristik
sebagai perlindungan sumber air baku, kawasan pada sepadan sungai, pengamanan situ dan mata air, daerah resapan dengan kemiringan di atas 40
diarahkan untuk konservasi air dan tanah RTRW Kabupaten Bogor, 2001.
K C
d d
.
T Kejadian be
Cilember G Tabel 11 p
dapat dilaku dengan retai
.
Gamba Tabel 11. Ke
Kecama
Megamendu Ciawi
encana tanah Gambar 20
perlu menda ukan denga
ining wall F
ar 20. Kejadi b pasc
ejadian benc
atan
ung - M
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
a h longsor pa
yang menim apat perhatia
n tindakan Frick et al, 2
an longsor d ca longsor S
cana tanah lo
Lokasi
Megamendun Sukagalih
Sukakarya Sukaresmi
Gadog
Kuta Cipayung gir
Sukamahi Sukamanah
Sukajadi Megamendu
Banjarwangi Banjarwaru
Cibedug Ciawi
Jambuluwuk Cileungsi
Bilungsari Telukpinang
Pandasari Bendungan
Bojongmurni
ada tahun 20 mbulkan korb
an. Untuk m merekayasa
2006.
di lokasi pen Sumber: Bap
ongsor di wil
Ju ko
ng 1 me
1 ter
rang 2 me
1 me ng
i
k
i
007 di Desa ban jiwa da
mengatasi ba a lahan sep
nelitian, a lo ppeda Kabup
layah bagian
umlah orban
eninggal 23 1 S
10 rtimbun
1 r 9 r
eninggal 5 r
eninggal 1 r
3 r 1G
2 r 2 r
2 r 1 r
5 r 3 r
2 r 1 r
1 h 2 r
Tugu Utara an kerusakan
ahaya longso perti pengua
okasi longso paten Bogor,
n hulu DAS
Volume ker
3 rumah SD
0 rumah rumah
rumah rumah
rumah rumah rusak r
Gedung sekola rumah rusak r
rumah rusak r rumah rusak r
rumah rusak b rusak berat
rumah rusak b rumah rusak b
rumah rusak b hancur
rumah rusak r
b
a dan Desa n bangunan
or tersebut, atan lereng
or, dan 2007
Ciliwung
rusakan
ringan ah
ringan ringan
ringan berat
berat berat
berat
ringan
Tabel 11. Lanjutan
Kecamatan Lokasi Jumlah
korban Volume kerusakan
Cisarua - Cilember
2 meninggal 1 rumah rusak berat -
Kopo 43 rumah
rusak berat
2 villa
- Tugu Utara
3 rumah sakit -
Cibeurem 1 hotel Cibulan villa
Sumber: Kaji Ulang Rencana Detail Tata Ruang RDTR Kawasan Puncak, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2007
4.3.Kondisi Fisik Perumahan
Lokasi sampel perumahan berada di tiga desa yaitu Desa Tugu Utara Kampung Neglasari dan Kampung Pondok Caringin, Desa Cilember Kampung
Cilember Abuya dan Kampung Cirangrang, dan Kelurahan Katulampa RW VIII dan Perumahan MBR. Kondisi umum masing-masing kampung dapat dilihat
pada Tabel 12. Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan, Kampung Neglasari termasuk dalam kelas kesesuaian S1 sangat sesuai, Kampung Pondok Caringin
termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S2 sesuai dengan faktor pembatas kemiringan lereng dan longsor. Kampung Cilember Abuya termasuk dalam kelas
kesesuaian S2 sesuai dan S3 sesuai marjinal dengan faktor pembatas bahaya longsor dan penggunaan lahan. Kampung Cirangrang terletak pada kelas
kesesuaian lahan S1 sangat sesuai, sedangkan Kelurahan Katulampa RW VIII termasuk dalam kelas kesesuaian S1 sangat sesuai dan perumahan Mutiara
Bogor Raya MBR termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3 sesuai marjinal dengan faktor pembatas penggunaan lahan berupa ladang, sawah.
Tabel 12. Kondisi umum kelima kampung di lokasi penelitian
DAS Ciliwung Hulu
Kampung Luas ha
Ketinggian m dpl
Curah hujan
mmth Suhu
o
C Bagian atas
Desa Tugu Utara Neglasari 2,1
1.050 3.859 19,5
Pondok Caringin 2,4
1.090 Bagian tengah
Desa Cilember Cilember Abuya
4,5 735
3.232 21,1 Cirangrang 3,3
756 Bagian bawah
Kelurahan Katulampa RW VIII
5,0 365
3.232 22,3 Perumahan MBR
20,0 350
Perumahan MBR Mutiara Bogor Raya termasuk dalam RW VIII
Pada wilayah penelitian dijumpai dua karakteristik perumahan, yaitu perumahan tidak tertata informal dan perumahan tertata formal. Perumahan
informal terdapat di Desa Tugu Utara dan Desa Cilember. Pada Kelurahan Katulampa, terdapat dua karakteristik perumahan, yaitu perumahan informal dan
perumahan formal. Kondisi fisik perumahan di tiga lokasi mencakup karakteristik perumahan
dari masing-masing desa tidak tertata atau informal dan tertata atau formal, Ukuran perumahan, kepadatan bangunan, dan tipe perumahan pada lokasi
penelitian.
4.3.1. Karakteristik Perumahan