Kondisi Sosial Ekonomi Aspek Budaya dan Prilaku

Berkaitan dengan tingkah laku, Bakker 1984 menyatakan, bahwa tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungannya, tetapi juga sebaliknya, yaitu lingkungan ditentukan oleh tingkah laku. Kedua hal tesebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan ini merupakan hubungan dua arah atau sebagai ketergantungan ekologi. Analisis prilaku masyarakat dilakukan dengan mengidentifikasi prilaku masyarakat dalam merespon lingkungan atau penilaian keberlanjutan masyarakat dalam mengelola lingkungan. Dengan kata lain, bagaimana seseorang dapat mengelola lingkungan agar dapat memberdayakan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya sehingga kualitas lingkungan terjaga dan lingkungan perumahan menjadi sehat. Parameter prilaku masyarakat yang digunakan ditinjau dari beberapa aspek, antara lain.

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Parameter yang digunakan untuk menilai keberlanjutan dari kondisi sosial- ekonomi pada perumahan adalah. a. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan anggota yang tinggal dalam pengelolaan sumber daya keluarga, yang terdiri atas bapak, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya. Berdasarkan kriteria norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang dikemukakan oleh BKKBN 2002 besar keluarga dibagi dalam tiga kelompok, yaitu keluarga kecil ≤ 4 orang bapak, ibu, dan dua anak, keluarga sedang terdiri atas 5-6 orang, dan keluarga besar terdiri atas ≥ 7 orang. Jumlah anggota keluarga terkait dengan jumlah kebutuhan ruang yang diperlukan pada rumah sehingga berpengaruh pada tingkat kenyamanan penghuni. b. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan dapat menggambarkan kemampuan kognitif. Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar baik untuk rumah tangga maupun untuk masyarakat sekitarnya. Semakin tinggi pendidikan kepala rumah tangga KRT semakin baik pengetahuannya mengenai perumahan atau tempat tinggalnya, khususnya kesehatan pribadi dan lingkungan sehingga berpengaruh langsung dalam menentukan kualitas rumah yang ditempati BPS, 2006. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto 1997, semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas tingkat pengetahuan seseorang untuk melakukan pengelolaan permukiman lebih baik. c. Umur responden Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi pola fikir dan kemampuan kerja Purwanti, 2007. d. Jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan e. Kondisi kesehatan, meliputi luas bangunan, pencahayaan dan penghawaan, fasilitas air bersih dan air kotor, pembuangan limbah padat dan cair, serta pembuangan sampah.

2. Aspek Budaya dan Prilaku

Parameter yang digunakan dalam menilai keberlanjutan dari aspek budaya dan prilaku adalah. a. Kearifan lokal tipe bangunan, pemakaian bahan bangunan, konstruksi bangunan. b. Prilaku masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

2.7. Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografi SIG merupakan teknologi untuk penanganan data spasial. SIG terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang mampu menangkap, menyimpan dan memproses informasi spasial berupa data kualitatif dan kuantitatif, menyatukan, dan menginterpretasi peta Farina, 1998. Menurut Star dan Estes 1990, SIG merupakan suatu sistem informasi yang menggunakan data referensi berupa spasial koordinat geografi dan non spasial. SIG umumnya dipergunakan untuk bidang pekerjaan perencanaan kota dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan bidang lainnya. SIG merupakan penggantian peta-peta yang terbuat dari kertas ke file-file yang ditampilkan di layar komputer. Proses penyusunan SIG meliputi pengumpulan data dalam berbagai bentuk, pemasukan data, pengelolaan data, pengolahan dan analisis, dan terakhir berupa hasil produk. Aplikasi SIG selain untuk menyimpan data, mengorganisir dan menganalisis, mengkombinasi dan menampilkan informasi geografinya, juga