Aspek Budaya Prilaku Masyarakat dalam Mengelola Perumahan

dianggap bersih dan sampai saat ini belum terdeteksi adanya pengaruh negatif air yang dikonsumsi terhadap kesehatan masyarakat. Gambar 30. Mata air sebagai sumber air bersih dilokasi penelitian Gambar 31. Pemanfaat mata air di lokasi penelitian Arsitektur bangunan adalah suatu hasil budidaya manusia dalam mengatasi kebutuhan lingkungan. Bangunan yang ada dalam suatu perkampungan umumnya terdiri dari bangunan rumah, bangunan prasarana umum seperti tempat ibadah, sekolah, balai pertemuan, dan sebagainya. Prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan permukiman di wilayah DAS Ciliwung Hulu dalam lingkungan perumahan didasarkan pada pertimbangan kemudahan dan ketersediaan sarana dalam penanganan sampah, pembuangan air limbah maupun memperoleh kebutuhan air bersih.

4.5.2. Aspek Budaya

4.5.2.1. Kearifan Lokal

Pada dasarnya, terdapat kecendrungan pada masyarakat untuk memilih rumah permanen dari pada rumah panggung dengan berbagai alasan, diantaranya: lebih tahan lama, lebih kokoh, lebih mudah memperoleh bahan-bahan bangunan, l k b b d d a 4 s P r r T m b 7 K r lebih mudah konstruksi p bahan lokal, bahan loka dibandingka dalam masy arsitektur tra

4.5.2.2. Pen

Jumlah Gambar 32 sebesar 93,3 Penggunaan rumah, desa rumah, pem Tugu Utara 24 rumah menggunaka bahan atap y 70 21 ru Kel.Katulam rumah. Gam Gambar 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Presentase h dalam pem panggung dis , serta biaya l seperti k an dengan b yarakat mer adisional ini nggunaan B h pengguna di Desa Tu 3 28 rum n bahan lanta a Cilember 8 makaian bah pemakaian , di Desa an bahan tri yang paling umah, di d mpa paling mbaran secar 32. Persenta Tugu U Hulu A Dinding Temb Dinding Papan Lantai Keramik Plafon Enterni meliharaan, sebabkan leb a yang lebih kayu kwalit bahan moder rupakan ken Bahan Loka aan bahan d ugu Utara s mah dan d ai keramik j 83,3 25 han plafon bahan plafo Cilember 7 iplek sebany banyak digu desa Cilemb banyak me ra umum. ase penggun Utara Atas bok D n D k L it P dan alasan bih sulit me h mahal kh tas yang b rn. juga pe ndala dalam l dinding tem ebesar 83,3 di kel.Katula juga mendom 5 rumah, da dari ketiga on terbanyak 77 23 ru yak 100 unakan di de ber bahan g enggunakan naan bahan b Cilember Hulu T Dinding Tembo Dinding Papan Lantai Papan Plafon Triplek masyarakat ndapatkan hususnya dal aik hargany engaruh per m memperta mbok yang p 3 25 rum ampa sebesa minasi desa an kelurahan wilayah pe k dari bahan umah, di K 30 rumah. esa Tugu Ut genteng 50 atap gente bangunan pad r Tengah ok bilik Di bilik La Pl Pl tidak mem bahan bangu lam perawat ya jauh leb rubahan sos ahankan keb paling bany mah, di desa ar 100 3 Tugu Utara Katulampa nelitian ber n enternit se Kelurahan sedangkan tara adalah b 15 ruma eng sebesar da lokasi pen Katulampa Hulu Baw inding Bilik antai Semen afon Bilik afon tanpa milih rumah unan alami tan, karena bih mahal sial budaya berlanjutan ak dipakai a Cilember 30 rumah. 93,3 28 100 30 rbeda, desa ebesar 80 Katulampa pemakaian bahan seng ah dan di 86 26 nelitian wah Berdasarkan jenis bahan bangunan yang digunakan pada pada lokasi penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden telah memiliki komponen rumah dengan bahan bangunan yang awet, mudah didapat dan memeliharaanya, kuat dari segi konstruksi dan sehat Ditjen Ciptakarya, 1997.

4.5.2.3. Arsitektur Lokal

Arsitektur lokal hanya dijumpai di Desa Tugu Utara hulu atas dan Desa Cilember hulu tengah Gambar 33 adalah jenis rumah tradisional berbentuk panggung berkolong merupakan rumah tradisional Sunda, hasil dari warisan turun temurun yang usianya sudah lebih dari 100 tahun, saat ini rumah panggung yang ada sudah tidak berfungsi sepenuhnya sebagai tempat tinggal karena sebagian besar banguan sudah lapuk, namun demikian bangunan masih terjaga dan terawat dengan baik. Rumah panggung berkolong pada awalnya dibuat untuk menghindari binatang buas dan banjir saat hujan datang Muanas et al. 1998. Sebagian ciri-ciri arsitektur tradisional tersebut tidak semua tampak pada rumah tradisional ini. Ciri umum yang dapat diindentifikasi pada bangunan ini antara lain memiliki kolong dengan ketinggian 40 cm, bentuk bangunan persegi panjang, dengan lantai dan dinding dari anyaman bambu palupuh, bilik, sasag, kerangka dari kayu dan penahan dasar tiang rumah tatapakan dari batu, dan ruangan dibagi menurut fungsinya, yaitu: bagian depan tepasemper untuk menerima tamu, kamar tidur enggonpangkeng sebagai tempat beristirahat, bagian tengah tengah imahpatengahan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga, dan bagian belakang yang terdiri dari dapur pawon dan gudang penyimpanan goah, bentuk atap jolapong. a b Gambar 33. Arsitektur lokal rumah panggung, a di Hulu bagian atas dan b di Hulu bagian tengah Arsitektur bangunan adalah karya atau hasil budidaya manusia yang tidak dapat lepas dari bahasan arsitektur lanskap karena keduanya saling mempengaruhi dan menjadi bagian penting dalam lanskap budaya Nurlaelih,2005. Seperti suku bangsa lainnya, Suku Sunda mempunyai ciri khas dalam arsitektur bangunannya. Menurut Muanas et all. 1998, arsitektur bangunan rumah Sunda dicirikan sebagai berikut. 1. Memiliki kolong dengan ketinggian 40-60 cm 2. Bangunan berbentuk persegi panjang, dengan lantai dan dinding dari anyaman bambu palupuh, bilik, sasag, kerangka dari kayu dan penahan dasar tiang rumah tatapakan dari batu. 3. Ruangan dibagi menurut fungsinya, yaitu: bagian depan tepasemper untuk menerima tamu laki-laki, kamar tidur enggonpangkeng sebagai tempat beristirahat, bagian tengah tengah imahpatengahan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga atau melakukan upacara adat, dan bagian belakang yang terdiri dari dapur pawon dan gudang penyimpanan goah. 4. Atap disebut suhunan berbentuk jolopong lurus, tagog anjing sikap anjing duduk, badak heuay badak menganga, parahu kumereb perahu tengkurap, julang ngapakjulang nyandajulang wirangga sikap burung merentangkan sayap buka palayu menghadap ke bagian panjangnya, dan buka pongpok menghadap ke bagian pendeknya. Selain itu terdapat pula bentuk atap leang- leang yang dipengaruhi oleh arsitektur Cina dan atap limasan yang dipengaruhi arsitektur Jawa. 5. Adanya capit huranggagak gunting, yaitu bagian ujung atap berbentuk cabang, tanduk kerbau atau lingkaran, terbuat dari kayu atau bambu dan ijuk yang dibulatkan. Berfungsi untuk mencegah air hujan masuk ke dalam rumah. Selain itu juga dianggap mempunyai pengaruh gaib. Menurut Loupias 2005, bahwa lubang-lubang kecil pada bilik berfungsi untuk menyalurkan udara maupun cahaya dari luar ruangan atau sebaliknya, sehingga suhu udara di dalam ruang tetap terjaga alami sesuai dengan kondisi cuaca alam di luar, hal ini dijumpai pada rumah tradisional sunda dimana bahan lantai terbuat dari papan dilapis bilik memungkinkan aliran udara masuk dari celah-celah papan, dinding terbuat dari bilik yang memiliki lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai ventilasi udara, dan bentuk kolong berfungsi menahan air larian dan meresap ke dalam tanah, dengan demikian rumah tradisional sunda yang di ciptakan oleh nenek moyang merupakan rumah yang sehat dan berwawasan lingkungan.

4.6. Rekomendasi Perumahan Sehat dan Berwawasan Lingkungan di DAS Ciliwung Hulu