4. Keterjangkauan pemakaian bahan bangunan dapat menjamin keawetan dan
kemudahan dalam pemeliharaan, tahan api dan air. 5.
Rumah yang baik adalah minimal memiliki ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dapur, dan kamar mandi yang terpisah satu dengan yang lain.
Dengan demikian keterkaitan kondisi rumah dengan permukiman sangatlah erat karena dari rumah yang merupakan unit terkecil dengan prilaku penghuninya,
akan terbentuk lingkungan permukiman yang sehat berwawasan lingkungan. Pengertian dari wawasan lingkungan adalah pandangan, yang tercermin dalam
prilaku yang selalu mengupayakan hubungan yang serasi, antara manusia dan masyarakatnya dengan alam dan berbagai unsur buatannya. Dengan adanya
hubungan yang serasi, pengembangan yang berkelanjutan dapat terus berlangsung Kuswartojo, 1997.
Silas 2001 mengemukakan rumah yang berkelanjutan harus memenuhi lima syarat dasar yang dapat dinikmati oleh penghuni saat ini dan yang akan
datang sebagai berikut. 1.
Mendukung peningkatan produktifitas kehidupan penghuni baik secara sosial, ekonomi, dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinspirasi untuk
melakukan tugas lebih baik. 2.
Tidak menimbulkan gangguan lingkungan dalam bentuk apapun sejak pembangunan, pemanfaatan dan kelak bila harus dimusnahkan. Ukuran yang
dapat digunakan terhadap lingkungan adalah efektifitas konsumsi energi. 3.
Meningkatkan mobilitas kesejahteraan penghuninya secara fisik dan spiritual. artinya penghuni mengalami terus peningkatan mutu kehidupan fisik dan
spiritual. 4.
Menjaga keseimbangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.
5. Membuka peran penghuni atau pemilik yang besar dalam mengambilan
keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat ia berinteraksi.
2.4. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai DAS menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan larut melalui
titik yang sama sepanjang suatu alur atau sungai. Menurut Suripin 2002, secara umum DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah, yang dibatasi batas alam, seperti
punggung bukit atau gunung, dan dibatasi batas buatan, seperti jalan atau tanggul, tempat air hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
kontrol outlet. Asdak 2004 mendefinisikan DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang
menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan dinamakan daerah tangkapan air DTA
atau catchment area yang merupakan ekosistem sebagai unsur utamanya yang terdiri atas sumber daya alam tanah, air, dan vegetasi dan sumber daya manusia
sebagai pemanfaat sumber daya alam. Daerah aliran sungai terdiri atas unsur biofisik yang bersifat alami dan
unsur-unsur non-biofisik. Unsur biofisik terdiri atas vegetasi, hewan, satwa liar, jasad renik, tanah, iklim, dan air, sedangkan unsur non-biofisik adalah manusia
dengan berbagai ragam persoalannya, latar belakang budaya, sosial-ekonomi, sikap politik, kelembagaan, serta tatanan masyarakat itu sendiri.
Fungsi Daerah Aliran Sungai
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS, seperti vegetasi, bentuk wilayah topografi,
tanah, dan manusia. Faktor-faktor tersebut jika mengalami perubahan, akan mempengaruhi ekosistem DAS. Menurut Asdak 2004, ekositem hulu merupakan
bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perubahan tata guna lahan danatau pembuatan bangunan konservasi
yang dilaksanakan di daerah hulu DAS tidak saja memberikan dampak di daerah tempat kegiatan tersebut berlangsung hulu DAS, tetapi juga akan menimbulkan
dampak di daerah hilir dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk danatau pendangkalan sungai dan saluran-saluran irigasi yang pada gilirannya
akan meningkatkan resiko banjir.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Menurut Asdak 2004, pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam
dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, diantaranya
pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Hal yang termasuk dalam pengelolaan DAS adalah
identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah, dan air serta keterkaitan antara hulu dan hilir suatu DAS.
Dalam pengelolaan DAS, tidak dapat dibatasi oleh batas-batas yang bersifat administrasi, karena kekuatan alam seperti banjir aliran air, tanah longsor, dan
erosi yang tidak mengenal batas. DAS merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, non-biotik, dan
manusia. Oleh karena itu, ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena memiliki fungsi perlindungan terhadap DAS. Aktivitas dalam DAS dapat
menyebabkan perubahan seperti perubahan tata guna lahan, khususnya di daerah hulu, yang dapat memberikan dampak berupa fluktuasi debit air dan kandungan
sedimen serta material yang terlarut di dalamnya. Menurut Ilyas 1985, pengolahan DAS merupakan pengolahan tanah dan
air, yang pengolahan tersebut dikatakan baik apabila penggunaan tanah dan air dilakukan secara rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimum dan lestari
dengan bahaya kerusakan sekecil-kecilnya. Pengaruh pengolahan ini akan tercermin pada ancaman banjir, keadaan aliran sungai pada musim kemarau dan
kandungan sedimen sungai. Keseluruhan pengaruh tersebut akan mempengaruhi bagian kegiatan dan sektor kehidupan di hilir sungai.
2.5. Evaluasi Kesesuaian Lahan