4.5.1. Pengelolaan Lingkungan
4.5.1.1. Pengelolaan Limbah
Permasalahan lingkungan yang sehat sering dikaitkan dengan faktor lingkungan yang kurang terpelihara. Hal tersebut diakibatkan adanya pembuangan
limbah padat dan limbah cair yang tidak pada tempatnya. Menurut Azwar 1996 limbah padat atau limbah cair ialah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia
Jumlah air limbah yang terbuang akan selalu bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila air limbah
yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerimanya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan berupa menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal
pada lingkungannya. Sumber air limbah permukiman di lokasi penelitian merupakan air limbah
domestik yaitu air limbah yang berasal dari kegiatan penghunian seperti air buangan wc tinja, air buangan kamar mandi, air buangan dapur dan cucian, dan
air limbah limpasan serta rembesan air hujan. Pembuangan air limbah pada daerah hulu atas dan hulu tengah dilakukan
melalui proses secara individual, baik MCK pribadi maupun MCK umum terhadap limbah domestik.
Sistem pengelolaan limbah di kawasan hulu atas dan hulu tengah saat ini belum memiliki suatu badan khusus yang menangani limbah manusia, Sistem
pengelolaannya saat ini hanya terbatas pada pelayanan sistem setempat on-site, dimana buangan dari wc tinja, air bekas cucian dan kamar mandi dialirkan
kepermukaan tanah atau saluran-saluran drainase atau langsung pada badan-badan sungai tanpa proses pengolahan Gambar 28.
Pada Tabel 22 menunjukan pembuangan limbah cair dan padat di Kampung Neglasari yang berasal dari MCK umum sebagian besar membuang
limbahnya langsung ke badan sungai, begitu juga pada Kampung Cilember abuya dan Kampung Cirangrang, sedangkan pembuangan limbah dari KM pribadi pada
Kampung Pondok Caringin, dan Kelurahan Katulampa pembuangan limbah padat ke septiktank sedangkan limbah cair dari dapur melalui saluran lingkungan
menuju ke sungai. Secara umum pembuangan limbah pada lokasi penelitian yang membuang limbahnya langsung kesungai dengan alas an mudah, praktis dan tidak
memerlukan biaya. Prilaku masyarakat membuang limbah padat dan cair keselokan atau sungai akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air permukaan.
Padahal air sungai disalah satu kampung penelitian dikosumsi untuk air minumdan memasak. Menurut Shidharta et al ,1997. Pada umumnya air
permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga perlu pengolahan lebih dahulu sebelum dikosumsi
masyarakat.
Gambar 28. Pengelolaan limbah padat dan cair dilokasi penelitian a
Cubluk , b MCK dengan septik tank, c Limbah cair langsung kebadan sungai,
d Limbah cair kesaluran lingkungan
a b
d c
Tabel 22. Persentase tempat pembuangan limbah padat dan cair
DAS Ciliwung Hulu
Kampung Sumber Limbah
MCK Umum KM Pribadi
Dapur
Septik tank
Selokan Sungai
Septik tank
Selokan Sungai
Empang Selokan Sungai
Saluran terbuka
Bagian atas Desa Tugu Utara
Neglasari 20 80 30 70 -- 80 20
Pondok Caringin 80
20 80
20 --
80 20
Bagian tengah Desa Cilember
Cilember Abuya
-- 90 10 80 10 80 20 Cirangrang
-- 100 -- 100 -- 100 -- Bagian bawah
Kel.Katulampa RW.VIII --
-- 100
-- --
80 20
Perum.MBR -- -- 100 -- -- -- 100
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dilingkungan permukiman DAS Ciliwung Hulu dalam pengolahan limbah perlu disosialisaikan proses
pembuangan limbah yang baik, yaitu sebelum dibuang ke sungai diperlukan proses pengolahan limbah sederhana seperti septiktank yang dilengkapi dengan
bak resapan.
4.5.1.2. Pengelolaan Sampah
Pada Tabel 23 menunjukan persentase pengolahan sampah di Kampung Neglasari, dimana sebagian besar pengolahan sampah dilakukan dengan cara di
buang kesungai sebanyak 60 atau 9 rumah dari 15 rumah responden, sisanya dibakar sebanyak 46,6 5 responden, dan ditimbun 6,6 1 orang responden,
di Pondok caringin pengolahan sampah dilakukan dengan mengolah untuk dijadikan kompos sebanyak 66,6 10 responden, dibakar 20 3responden,
dibuang kesungai 6,6 1 responden, Di Kampung Cilember Abuya pengelolaan sampah terbanyak dibuang kesungai sebanyak 73.3 11 responden dan dengan
cara dibakar sebanyak 26,6 4 responden, di Kampung Cirangrang pengolahan sampah terbanyak dengan cara dibuang kesungai 80 12 responden, dan
dibakar 20 3 orang, sedangkan di Kelurahan Katulampa RW VIII dan Perumahan MBR pengelolaan sampah dilakukan dengan dibantu oleh Dinas
Kebersihan sebanyak 100 30 responden Dari hasil pengamatan Gambar 29, menunjukan bahwa tiga desa
dijumpai cara pengelolaan sampah yang berbeda-beda, di desa Tugu Utara di Kampung Neglasari yang paling dominan pengelolaan sampah dilakukan dengan
cara di buang kesuangai, hal ini dilakukan karena posisi kampung tersebut dilalui
oleh anak sungai Ciliwung, sehingga mereka lebih mudah untuk membuang kesungai dari pada harus mengolahnya. Berbeda dengan Pondok Caringin yang
letaknya juga di Desa Tugu Utara, kehadiran Pak Badri sebagai pelopor usaha tani berdampak positif bagi masyrakat Pondok caringin, beliau berhasil melakukan
pembinaan pada masyarakat, sehingga sampah sebagai bahan terbuang dikelola menjadi pupuk yang sangat bermanfaat bagi lingkungan,.
Di Desa Cilember pengelolaan sampah dilakukan dengan cara yang sama, yaitu sebagian besar masyarakatnya membuang sampah ke sungai, di Kampung
Cilember Abuya membuang sampah kesungai sebanyak 73,3 11 responden dan Kampung Cirangrang membuang sampah kesungai sebanyak 80 12
responden, sedangkan Kelurahan Katulampa di RW VIII dan Perumahan Mutiara Bogor Raya MBR pengelolaan sampah ditangani oleh Dinas Kebersihan Kota
Bogor. Secara umum pemerintah Kabupaten Bogor dengan Dinas Kebersihan telah berupaya untuk mengatasi masalah sampah di wilayahnya, hanya terdapat
kendala pada lokasi yang sulit terjangkau, sehingga pelayanan tidak dapat sampai kepelosok desa, hanya sampai batas kantor desa.
Dengan demikian dari lima lokasi penelitian hanya satu kampung yang sudah dapat mandiri menjaga lingkungannya, sedang tiga kampong lainnya masih
perlu pembinaan dengan penyuluhan hidup sehat dan cara pengelolaan sampah agar bermanfaat, dan memberikan pandangan dampaknya pada kesehatan fisik
maupn lingkungan jika pembuangan dilakukan sembarangan. Tabel 23. Pengelolaan sampah
DAS Ciliwung Hulu
Kampung Pengelolaan Sampah
Diolah Dibakar Ditimbun Ke sungai TPA
n n n n n Bagian atas
Desa Tugu Utara Neglasari
- -
5 33,3
1 6,6
9 60 - -
Pondok Caringin
10 66,6 3 20 1 6,6 1 13,3 - -
Bagian tengah Desa Cilember
Cilember Abuya
- - 4 26,6 - - 11 73,3 - -
Cirangrang - - 3 20 - - 12 80 - - Bagian bawah
Kel.Katulampa RW.VIII - - - - - - - - 15
100 Perum.MBR
- - - - - - - - 15 100
Gambar 29. Pengelolaan sampah di lokasi penelitian . a
Kondisi sampah di Hulu bagian atas b Kondisi sampah di Hulu bagian tengah
c Kondisi sampah di Hulu bagian bawah
4.5.1.3. Pengelolaan Sumber Air
Berdasarkan sumbernya, masyarakat di lokasi penelitian yang terletak di Desa Tugu Utara dan Desa Cilember, menggunakan dua sumber air yaitu mata air
a
b
c
dan air sungai. Untuk kebutuhan air minum, masyarakat mengalirkan air dari mata air alami ke rumah-rumah maupun ke kolam penampungan yang kemudian
digunakan secara bersama-sama sebagai fasilitas umum. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lainnya, masyarakat menggunakan air sungai
yang dialirkan ke dalam kolam-kolam penampungan yang berada di pekarangan masyarakat. Sementara itu, masyarakat di Kelurahan Katulampa baik
diperumahan informal maupun formal menggunakan sumur gali sebagai sumber airnya, perumahan informal di RW VIII memanfaatkan air dari Perusahaan Dinas
Air Minum PDAM kota untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Air bersih adalah air yang digunakan masyarakat untuk kehidupan sehari-
hari, untuk minum dan memasak, yang harus memenuhi syarat kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan, kualitas air minum dapat dilihat secara fisik
dengan melihat bentuk dan rasa. Ada lima tingkatan kwalitas air yang dijadikan tolok ukur yaitu: jernih, berwarna, berasa, berbusa, dan berbau. Dari sumber baku
air secara fisik air yang berasal dari mata air terlihat jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tawar, dari hasil pengamatan dan wawancara pada warga permukiman
selama ini jumlah air yang berasal dari mata air memenuhi kebutuhan warga permukiman, sehingga secara kwalitatif dan kwantitatif sesuai dengan
persyaratan dari Peraturan Menteri Kesehatan No.416MenkesPERIX1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
Tempat Mandi Cuci Kakus MCK di lokasi penelitian ada dua macam, yaitu MCK Pribadi merupakan MCK yang dimiliki oleh keluarga, sedangkan
MCK Umum digunakan untuk warga yang tidak memiliki MCK pribadi. Pada Tabel 24 menunjukkan bahwa jumlah MCK di kampung Neglasari
terdapat 10 buah MCK pribadi dan 4 buah MCK Umum, di Pondok Caringin terdapat 15 buah MCK pribadi dan dua MCK Umum, di Cilember Abuya
memiliki 10 MCK pribadi dan 5 MCK umum, sedangkan di Kelurahan Katulampa responden semua memiliki MCK pribadi. Menurut Departenen Kesehatan salah
satu persyaratan untuk rumah dapat dikatakan sehat adal;ah jika memiliki MCK pribadi di rumah, berdasarkan data yang ada maka standart Depkes hanya dapat
dipenuhi di Kampung Neglasari 66,6 atau 10 rumah responden dari 15 responden, di Kampung Pondok Caringin 86.6 atau 13 rumah responden,
Kampung Cilember 40 atau 7 rumah responden dari 15 rumah responden, kampung Cirangrag 40 atau 6 rumah responden dari 15 responden, Dengan
demikian, maka Kampung Pondok caringin dan Kelurahan Katulampa termasuk kedalam ketentuan Depkes dari Kelengkapan Fasilitas MCK.
Tabel 24. Sumber air MCK pribadi dan MCK umum di lokasi penelitian
DAS Ciliwung Hulu
Kampung Sumber air
MCK Pribadi MCK Umum
Mata air Sumur
PDAM Σ
n Mata air Sumur PDAM
Σ n
n n n
n n
n Bagian atas
Desa TuguUtara Neglasari
7 70 3
30 - - 10 4 100 - - - - 4
Pondok Caringin
13 100 - - -
- 13 2 100 2
Bagian tengah Desa Cilember
Cilember Abuya
10 100 - - -
- 7 5 100 - - - - 5
Cirangrang
6 100 - - -
- 6 3 100 - - - - 3
Bagian bawah Kel.Katulampa
RW VIII
- - 7 46,7 8 53,3 15 -
- - - - - -
Perum.MBR
- - 15 100 -
- 15 - - - - - - -
Keterangan: MCK: Mandi Cuci Kakus; Σ n: jumlah responden; MBR: Mutiara Bogor Raya
Keberadaan MCK umum sangat membantu warga dalam menjaga kebersihan, pengadaan MCK ini pada diselenggarakan secara gotong royong,
radius pencapaian ke MCK umum rata-rata 2 – 15 meter, fungsi MCK umum ini pada umumnya digunakan oleh warga mulai dari persiapan memasak sampai
membersihkan diri, selaini itu kehadiran MCK umum ini berdampak positif dilingkungan karena juga sebagai tempat berhubungan sosial pada saat pagi dan
sore hari. Letak MCK umum di lingkungan masjid dan ada yang diantara perumahan penduduk, dilingkungan masjid dikelola oleh pengelola masjid dan
MCK umum dikelola oleh masyarakat secara gotong royong bersama petugas RT dan RW setempat.
Masyarakat pada umumnya menyadari pentingnya memelihara dan melindungi mata air. Sedangkan untuk sungai, masyarakat pada umumnya masih
membuang sampah secara sengaja juga limbah cair dari aktivitas sehari-hari grey water
. Dalam penggunaannya, masyarakat menggunakan perlakuan tertentu terhadap air sungai yang dikonsumsinya, yaitu dengan cara sederhana
mengedapkan air dalam semalam di dalam ember, sedangkan air yang berasal dari mata air ataupun sumur gali secara alami langsung di manfaatkan, karena
dianggap bersih dan sampai saat ini belum terdeteksi adanya pengaruh negatif air yang dikonsumsi terhadap kesehatan masyarakat.
Gambar 30. Mata air sebagai sumber air bersih dilokasi penelitian
Gambar 31. Pemanfaat mata air di lokasi penelitian Arsitektur bangunan adalah suatu hasil budidaya manusia dalam mengatasi
kebutuhan lingkungan. Bangunan yang ada dalam suatu perkampungan umumnya terdiri dari bangunan rumah, bangunan prasarana umum seperti tempat ibadah,
sekolah, balai pertemuan, dan sebagainya. Prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan permukiman di wilayah
DAS Ciliwung Hulu dalam lingkungan perumahan didasarkan pada pertimbangan kemudahan dan ketersediaan sarana dalam penanganan sampah, pembuangan air
limbah maupun memperoleh kebutuhan air bersih.
4.5.2. Aspek Budaya