Kebijakan spasial dan pembatasan area

basah, dan 4 pencetakan sawah baru pada lokasi peruntukkan pertanian lahan basah. Penggunaan kebijakan spasial dan pembatasan area dilakukan untuk simulasi prediksi penggunaan lahan dengan beberapa skenario dan hasilnya digunakan untuk merumuskan arahan rencana penggunaan lahan. Skenario yang digunakan dalam model spasial perubahan penggunaan lahan merupakan kombinasi dari modul kebutuhan penggunaan lahan dan modul kebijakan spasial dan pembatasan area. Berdasarkan kombinasi tersebut, maka skenario yang dibangun terdiri atas 8 skenario, yaitu : 1 skenario laju alami, 2 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung, 3 skenario lahan sawah tidak terkonversi pada pertanian lahan basah, 4 skenario pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah, 5 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung dan lahan sawah tidak terkonversi pada pertanian lahan basah secara bersamaan, 6 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah secara bersamaan, 7 skenario lahan sawah tidak terkonversi dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukkan pertanian lahan basah secara bersamaan, 8 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung, lahan sawah tidak terkonversi dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah secara bersamaan. Skenario untuk prediksi penggunaan lahan tahun 2032 tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Skenario untuk prediksi penggunaan lahan tahun 2032 Skenario Kebijakan Laju alami Restorasi hutan pada kawasan lindung Sawah tidak terkonversi pada peruntukan pertanian lahan basah Pencetakan baru sawah pada peruntukan pertanian lahan basah Skenario 1 √ - - - Skenario 2 - √ - - Skenario 3 - - √ - Skenario 4 - - - √ Skenario 5 - √ √ - Skenario 6 - √ - √ Skenario 7 - - √ √ Skenario 8 - √ √ √

3.5.3.6 Pelaksanaan simulasi model

Simulasi model menggunakan CLUE­S berbasis pada Cellular Automata. Mekanisme perubahan penggunaan lahan didasarkan pada kesesuaian penggunaan lahan menggunakan nilai koefisien regresi logistik, kebijakan spasial dan pembatasan area, lokasi spesifik, nilai elastisitas penggunaan lahan, matriks konversi penggunaan lahan dan kekuatan kompetitif penggunaan lahan berdasarkan faktor­faktor penentu penggunaan lahan. Mekanisme alokasi perubahan penggunaan lahan tertera pada Gambar 4. Gambar 4 Mekanisme alokasi perubahan penggunaan lahan Model CLUE­S. Simulasi berawal dari penggunaan lahan awal sebagai acuan alokasi penggunaan lahan. Luas lahan probabilistik kamudian dihitung oleh model berdasarkan nilai koefisien regresi logistik dan dibandingkan dengan luas kebutuhan penggunaan lahan. Tahap berikutnya dalam simulasi adalah mengecek apakah adanya batasan kebijakan dan lokasi spesifik penggunaan lahan di areal tertentu. Tahap perubahan penggunaan lahan di tiap sel didasarkan pada matriks konversi penggunaan lahan, nilai elastisitas penggunaan lahan, dan kekuatan kompetitif penggunaan lahan. Apabila luas alokasi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan penggunaan lahan, maka simulasi dapat dilanjutkan dan menghasilkan peta penggunaan lahan per tahun sampai pada tahun akhir yang ditentukan. Apabila luas alokasi penggunaan lahan belum sesuai dengan kebutuhan penggunaan lahan, maka perlu dilakukan pengaturan kembali elastisitas penggunaan lahan dan matriks konversi.

3.5.3.7 Validasi model

Validasi model dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan tahun 2010 hasil simulasi menggunakan model tahun 2000 dengan penggunaan lahan tahun 2010 aktual. Hasil validasi akan menentukan apakah model layak untuk digunakan. Akurasi model diharapkan mencapai nilai paling sedikit 85. Nilai elastisitas model tahun 2000 digunakan pada model tahun 2010 untuk melakukan prediksi penggunaan lahan tahun 2032.

3.5.4 Arahan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kondisi kesesuaian pemanfaatan lahan tahun 2010 dilihat dari hasil analisis tumpang susun antara peta penggunaan lahan tahun 2010 prediksi dan aktual dibandingkan dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Sukabumi. Arahan penyempurnaan RTRW dirumuskan melalui metode tumpang susun overlay antara peta prediksi penggunaan lahan yang akan datang hasil pemodelan spasial dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Sukabumi. Hasil kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : sesuai, lahan yang masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya dan tidak sesuai RTRW. Hasil analisis kesesuaian penggunaan lahan yang mempunyai ketidaksesuaian terkecil dengan RTRW yang akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk merumuskan arahan penyempurnaan RTRW.