Kesesuaian lokasi penggunaan lahan

Tabel 25 Hasil regresi logistik biner β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2000 Variabel bebas Penggunaan Lahan Air Hutan Kawasan Terbangun Lahan Kering Perkebunan Sawah Lainnya Kepadatan penduduk ­0,391 0,318 ­0,115 ­0,278 Kepadatan tenaga kerja pertanian ­0,563 ­0,488 0,349 ­0,798 Formasi geologi 0,040 ­0,032 ­0,035 ­0,035 Jenis tanah ­0,077 ­0,238 0,084 Elevasi ­1,231 0,642 0,661 0,446 0,338 0,579 0,357 Kelerengan ­0,572 0,583 ­0,316 0,463 ­0,128 ­0,366 ­0,638 Curah hujan 0,242 0,225 ­0,404 ­0,197 0,142 Jarak ke jalan 0,345 0,801 ­0,895 ­0,527 ­0,646 ­0,593 Jarak ke pusat kota ­0,151 0,108 0,213 ­0,192 0,205 Jarak ke kota terdekat 0,338 ­0,426 ­0,140 ­0,251 ­0,329 Jarak ke sungai ­2,018 0,619 0,190 0,475 0,486 0,174 Konstanta 9,310 ­9,514 ­4,085 ­4,343 ­0,738 ­4,126 ­4,167 Akurasi ROC 0,956 0,933 0,840 0,792 0,813 0,782 0,717 Sumber : hasil analisis Air pada tahun 2000 berdasarkan hasil regresi logisik dipengaruhi oleh formasi geologi, jenis tanah, elevasi, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke sungai sebesar ­2,018.Kelas jarak ke sungai adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari sungai. Nilai minus berarti penggunaan lahan air dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari sungai. Hutan pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar 0,801. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai plus berarti penggunaan lahan hutan dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terjauh dari jalan. Kawasan terbangun pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, elevasi, lereng, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,895. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan kawasan terbangun dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Lahan kering pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,527. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan kering dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Perkebunan pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,646. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan perkebunan dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Sawah pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,593. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan sawah dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Penggunaan lahan lainnya pada tahun 2000 dipengaruhi oleh kepadatan tenaga kerja pertanian, elevasi dan lereng. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel kepadatan tenaga kerja pertanian sebesar ­0,798.Kelas kepadatan tenaga kerja pertanian adalah kepadatan tenaga kerja pertanian yang terendah hingga tertinggi. Nilai minus berarti penggunaan lahan lainnya dipengaruhi utamanya oleh kepadatan tenaga kerja pertanian yang terendah. Nilai exp β merupakan peluang suatu penggunaan lahan meningkat apabila exp β 1 dan menurun apabila exp β 1. Peluang penggunaan lahan air meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke jalan dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,411. Peluang penggunaan lahan hutan meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke jalan dengan nilai exp β tertinggi sebesar 2,228. Peluang penggunaan lahan kawasan terbangun meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,937. Peluang penggunaan lahan kering meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke sungai dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,608. Peluang penggunaan lahan perkebunan meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke sungai dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,628. Peluang penggunaan lahan sawah meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,784. Peluang penggunaan lahan lainnya meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,429. Nilai exp β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2000 tertera pada Tabel 26. Tabel 26 Nilai exp β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2000 Variabel bebas Penggunaan Lahan Air Hutan Kawasan Terbangun Lahan Kering Perkebunan Sawah Lainnya Kepadatan penduduk 0,676 1,375 0,892 0,757 Kepadatan tenaga kerja pertanian 0,569 0,614 1,418 0,450 Formasi geologi 1,041 0,969 0,966 0,966 Jenis tanah 0,926 0,788 1,087 Elevasi 0,292 1,901 1,937 1,562 1,402 1,784 1,429 Kelerengan 0,564 1,791 0,729 1,589 0,880 0,694 0,528 Curah hujan 1,273 1,252 0,668 0,821 1,153 Jarak ke jalan 1,411 2,228 0,409 0,590 0,542 0,553 Jarak ke pusat kota 0,860 1,114 1,237 0,825 1,228 Jarak ke kota terdekat 1,401 0,653 0,869 0,778 0,720 Jarak ke sungai 0,133 1,858 1,209 1,608 1,626 1,190 Sumber : hasil analisis Pada Tabel 27 disajikan hasil regresi logistik biner β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2010. Air pada tahun 2010 berdasarkan hasil regresi logisik dipengaruhi oleh formasi geologi, jenis tanah, elevasi, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, dan jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke sungai sebesar ­2,071. Kelas jarak ke sungai adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari sungai. Nilai minus berarti penggunaan lahan air dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari sungai. Hutan pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar 0,768. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan.Nilai plus berarti penggunaan lahan hutan dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terjauh dari jalan. Kawasan terbangun pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,865. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan kawasan terbangun dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Lahan kering pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,646.Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan kering dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Perkebunan pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel jarak ke jalan sebesar ­0,616. Kelas jarak ke jalan adalah jarak yang terdekat hingga terjauh dari jalan. Nilai minus berarti penggunaan lahan perkebunan dipengaruhi utamanya oleh jarak yang terdekat dari jalan. Sawah pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai. Nilai koefisien tertinggi yaitu variabel elevasi sebesar 0,492. Kelas elevasi adalah ketinggian yang terendah hingga tertinggi dari permukaan laut. Nilai plus berarti penggunaan lahan sawah dipengaruhi utamanya oleh elevasi rendah. Penggunaan lahan lainnya pada tahun 2010 dipengaruhi oleh jenis tanah. Nilai koefisien yaitu variabel jenis tanah sebesar ­0,429. Variabel jenis tanah bersifat kategori, sehingga tidak ada pengkelasan berdasarkan jarak, hanya berdasarkan jenis tanahnya. Nilai minus berarti penggunaan lahan lainnya dipengaruhi utamanya oleh jenis tanah yang mempunya kategori rendah. Tabel 27 Hasil regresi logistik biner β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2010 Variabel bebas Penggunaan Lahan Air Hutan Kawasan Terbangun Lahan Kering Perkebunan Sawah Lainnya Kepadatan penduduk 0,282 ­0,604 Kepadatan tenaga kerja pertanian ­0,358 0,147 ­0,094 0,272 Formasi geologi 0,042 ­0,045 ­0,031 ­0,014 0,035 ­0,049 Jenis tanah ­0,091 ­0,240 0,109 0,116 ­0,429 Elevasi ­1,284 0,602 0,479 0,550 0,333 0,492 Kelerengan ­0,561 0,579 ­0,258 0,484 ­0,228 ­0,359 Curah hujan 0,382 0,138 ­0,346 ­0,329 Jarak ke jalan 0,387 0,768 ­0,865 ­0,646 ­0,616 ­0,299 Jarak ke pusat kota ­0,225 0,121 0,268 ­0,115 0,168 Jarak ke kota terdekat 0,316 ­0,524 ­0,174 ­0,416 Jarak ke sungai ­2,071 0,624 0,236 0,418 0,608 0,296 Konstanta 9,310 ­9,552 ­3,301 ­5,397 ­2,101 ­3,887 ­4,348 Akurasi ROC 0,957 0,923 0,824 0,802 0,822 0,766 7,10 Sumber : hasil analisis Nilai exp β merupakan peluang suatu penggunaan lahan meningkat apabila exp β 1 dan menurun apabila exp β 1. Peluang penggunaan lahan air meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke jalan dengan nilai exp β sebesar 1,472. Peluang penggunaan lahan hutan meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke jalan dengan nilai exp β tertinggi sebesar 2,155. Peluang penggunaan lahan kawasan terbangun meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,614. Peluang penggunaan lahan kering meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,733. Peluang penggunaan lahan perkebunan meningkat utamanya dipengaruhi oleh jarak ke sungai dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,837. Peluang penggunaan lahan sawah meningkat utamanya dipengaruhi oleh elevasi dengan nilai exp β tertinggi sebesar 1,636. Peluang penggunaan lahan lainnya menurun utamanya dipengaruhi oleh jenis tanah dengan nilai exp β sebesar 0,165. Nilai exp β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2010 tertera pada Tabel 28. Tabel 28 Nilai Exp β untuk tiap penggunaan lahan tahun 2010 Variabel bebas Penggunaan Lahan Air Hutan Kawasan Terbangun Lahan Kering Perkebunan Sawah Lainnya Kepadatan penduduk 1,326 0.546 Kepadatan tenaga kerja pertanian 0,699 1,158 0,910 1,312 Formasi geologi 1,043 0,956 0,970 0,986 1,036 0,952 Jenis tanah 0,913 0,787 1,115 1,123 0,651 Elevasi 0,277 1,826 1,614 1,733 1,395 1,636 Kelerengan 0,570 1,784 0,772 1,622 0,796 0,699 Curah hujan 1,465 1,148 0,708 0,720 Jarak ke jalan 1,472 2,155 0,421 0,524 0,540 0,742 Jarak ke pusat kota 0,799 1,129 1,307 0,891 1,183 Jarak ke kota terdekat 1,732 0,592 0,841 0,660 Jarak ke sungai 0,126 1,866 1,266 1,519 1,837 1,344 Sumber : hasil analisis

5.3.3 Pengaturan konversi jenis penggunaan lahan

Pengaturan konversi penggunaan lahan dibagi atas dua jenis.yaitu : elastisitas konversi conversion elasticity dan matriks konversi conversion matrix dari setiap penggunaan lahan. Elastisitas konversi adalah nilai peluang penggunaan lahan dapat berubah. Penetapan nilai elastisitas didapatkan dari model CLUE­S yang pernah dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi di Wilayah Kabupaten Sukabumi tertera pada Tabel 29. Nilai elastisitas berada diantara 0 dan 1. Nilai elastisitas yang semakin mendekati 1 berarti suatu jenis penggunaan lahan sulit untuk berubah menjadi penggunaan lahan lain. Penggunaan nilai elastisitas untuk model 1 dan model 2 adalah sama, yaitu menggunakan nilai elastisitas model 1. Penggunaan lahan air dan kawasan terbangun bernilai 1, artinya penggunaan lahan tersebut sulit untuk berubah ke penggunaan lain. Penggunaan lahan yang mempunyai elastisitas yang paling tinggi untuk berubah ke penggunaan lahan lain adalah lahan kering, perkebunan dan lainnya dengan nilai 0,1. Tabel 29 Nilai elastisitas konversi tiap jenis penggunaan lahan No Penggunaan Lahan Nilai Elastisitas 1 Air 1,0 2 Hutan 0,9 3 Kawasan Terbangun 1,0 4 Lahan Kering 0,5 5 Perkebunan 0,5 6 Sawah 0,6 7 Lainnya 0,5 Sumber : hasil analisis Matriks konversi adalah nilai yang menunjukkan suatu jenis penggunaan lahan boleh berubah menjadi penggunaan lahan lain. Nilai matriks konversi adalah angka 0 dan 1. Angka 1 menunjukkan konversi boleh terjadi sedangkan 0 adalah konversi tidak boleh terjadi, contohnya matriks untuk penggunaan lahan air bahwa air hanya akan terkonversi menjadi air lagi nilai 1, sedangkan untuk menjadi jenis menggunaan lain tidak diperbolehkan nilai 0. Matriks konversi tiap jenis penggunaan lahan tertera pada Tabel 30. Tabel 30 Matriks konversi tiap jenis penggunaan lahan Penggunaan Lahan Air Hutan Kawasan Terbangun Lahan Kering Perkebunan Sawah Lainnya Air 1 Hutan 1 1 Kawasan Terbangun 1 Lahan Kering 1 1 1 1 1 Perkebunan 1 1 1 1 Sawah 1 1 1 1 Lainnya 1 1 1 1

5.3.4 Kebijakan spasial dan pembatasan area

Kebijakan spasial dan pembatasan area merupakan kebijakan spasial terkait dengan area spesifik yang akan direstorasi direklamasi direhabilitasi dan juga terkait dengan wilayah mana yang tidak diijinkan untuk dikonversi misalnya kawasan lindung dan kawasan pertanian lahan basah. Kebijakan spasial dan pembatasan area yang dilakukan adalah 1 tidak ada pembatasan area yang disimpan dalam file region_nopark.fil, 2 restorasi kawasan lindung hutan yang disimpan dalam file locspec1.fil, 3 lahan sawah tidak terkonversi pada