Pelaksanaan Pemodelan Validasi model Penggunaan Lahan Hasil Prediksi Tahun 2032 Skenario 1

Gambar 28 Penggunaan lahan prediksi tahun 2010

5.3.7 Penggunaan Lahan Hasil Prediksi Tahun 2032 Skenario 1

Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 1 tertera pada Gambar 29, menunjukkan adanya peningkatan kawasan terbangun di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Cisaat, Sukabumi, Sukaraja, Palabuhanratu, Cikakak, Ciracap, Surade dan Ciemas. Hal ini dikarenakan faktor dekat dengan jarak ke jalan utama yang melewati kecamatan­kecamatan tersebut. Penggunaan lahan hutan berdasarkan skenario 1 mengalami pengurangan di Kecamatan Cisolok, Waluran, Cimanggu, Cikakak, Cikidang, Kalibunder, Pabuaran, Cidahu, Palabuhantaru, Ciemas dan Nagrak. Hal ini karena adanya sebagian lahan hutan tersebut berubah menjadi lahan kering, terutama di sekitar daerah hutan produksi. Penggunaan lahan sawah berkurang di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Caringin, Cisaat, Sukabumi, Sukaraja, palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade dan Ciemas. Hal ini sesuai dengan hasil regresi logistik, faktor jarak ke jalan yang paling utama mempengaruhi pengurangan lahan sawah dan letaknya yang berdekatan dengan kawasan pemukiman, sehingga lahan sawah mudah terkonversi ke penggunaan lahan lain, salah satunya menjadi kawasan terbangun. Skenario 2 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 2 tertera pada Gambar 30, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan di Kecamatan Cisolok, Waluran, Cimanggu, Cikakak, Cikidang, Kalibunder, Pabuaran, Cidahu, Palabuhantaru, dan Ciemas. Hal ini karena adanya kebijakan restorasi hutan pada kawasan lindung, dengan demikian lahan hutan yang berasal dari lahan kering, perkebunan dan sawah kembali lagi menjadi hutan. Gambar 29 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 1 Gambar 30 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 2 Skenario 3 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 3 tertera pada Gambar 31, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Caringin, Sukabumi, Sukaraja, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade dan Ciemas.Hal ini dikarenakan adanya pembatasan area pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah. Gambar 31 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 3 Skenario 4 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 4 tertera pada Gambar 32, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Caringin, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade, Ciemas, Cibitung, Tegalbuleud, dan Sagaranten. Hal ini dikarenakan adanya pencetakan sawah baru pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah. Skenario 5 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 5 tertera pada Gambar 33, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan di Kecamatan Cisolok, Waluran, Cimanggu, Cikakak, Cikidang, Kalibunder, Pabuaran, Cidahu, Palabuhantaru, dan Ciemas. Hal ini karena adanya kebijakan restorasi hutan pada kawasan lindung, dengan demikian lahan hutan yang berasal dari lahan kering, perkebunan dan sawah kembali lagi menjadi hutan. Selain itu, dengan skenario ini juga terjadi peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Caringin, Sukabumi, Sukaraja, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade dan Ciemas. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembatasan area pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah yang dijalankan. Skenario 6 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 6 tertera pada Gambar 34, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan di Kecamatan Cisolok, Waluran, Cimanggu, Cikakak, Cikidang, Kalibunder, Pabuaran, Cidahu, Palabuhantaru, dan Ciemas. Hal ini karena adanya kebijakan restorasi hutan pada kawasan lindung, dengan demikian lahan hutan yang berasal dari lahan kering, perkebunan dan sawah kembali lagi menjadi hutan. Selain itu, dengan skenario ini juga terjadi peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Caringin, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade, Ciemas, Cibitung, Tegalbuleud, dan Sagaranten. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan lainnya, yaitu : pencetakan sawah baru pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah. Gambar 32 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 4 Skenario 7 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 7 tertera pada Gambar 35, menunjukkan peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Caringin, Sukabumi, Sukaraja, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade Ciemas, Cibitung, Tegalbuleud, dan Sagaranten. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan yang dijalanjan berupa pembatasan area pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah dan pencetakan sawah baru pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah. Gambar 33 Penggunaan lahan lasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 5 Gambar 34 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 6 Skenario 8 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 berdasarkan skenario 8 tertera pada Gambar 36, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan di Kecamatan Cisolok, Waluran, Cimanggu, Cikakak, Cikidang, Kalibunder, Pabuaran, Cidahu, Palabuhantaru, dan Ciemas. Hal ini karena adanya kebijakan restorasi hutan pada kawasan lindung, dengan demikian lahan hutan yang berasal dari lahan kering, perkebunan dan sawah kembali lagi menjadi hutan. Selain itu, dengan skenario ini juga terjadi peningkatan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cirurug, Parungkuda, Cibadak, Caringin, Sukabumi, Sukaraja, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Jampangkulon, Waluran, Ciracap, Surade Ciemas, Cibitung, Tegalbuleud, dan Sagaranten. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan yang dijalanjan berupa pembatasan area pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah dan pencetakan sawah baru pada lahan sawah yang berlokasi di pertanian lahan basah.

5.4 Arahan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah

Arahan penyempurnaan RTRW dirumuskan melalui evaluasi hasil perbandingan antara penggunaan lahan dengan RTRW. Evaluasi penggunaan lahan dilakukan dengan caramembandingkan penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dari beberapa skenario dengan peta pola ruang RTRW. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan arahan penyempurnaan RTRW. Hasil perbandingan tersebut memiliki kategori sesuai, masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya dan tidak sesuai dengan RTRW. Kategori sesuai apabila antara panggunaan lahan dengan alokasi RTRW pada sel yag sama mempunyai kesesuaian. Kategori masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya apabila antara penggunaan lahan dengan alokasi RTRW pada sel yang sama masih memungkinkan untuk berubah, terutama penggunaan lahan hasil interpretasi yang masih memungkinkan untuk menyesuaikan dengan alokasi pola ruang RTRW. Kategori tidak sesuai apabila antara penggunaan lahan dengan alokasi RTRW pada sel yang sama tidak sesuai, terutama penggunaan lahan hasil interpretasi yang sudah tidak memungkinkan untuk menyesuaikan dengan alokasi RTRW. Kondisi pada kategori tiga adalah jika pada sel yang sama penggunaan lahan hasil interpretasi berupa kawasan terbangun sementara pada alokasi RTRW adalah penggunaan lain. Kawasan terbangun adalah penggunaan lahan yang relatif stabil dan sulit untuk berubah ke penggunaan lain, sehingga kondisi ini termasuk kategori tidak sesuai dengan RTRW. Nilai dari perbandingan antara penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan RTRW yang memiliki nilai ketidaksesuaian terkecil yang akan dijadikan sebagai arahan penyempurnaan RTRW. Gambar 35 Penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2032 dengan skenario 7