Rancangan Penelitian Kependudukan Spatial modeling of land use change in relation to spatial planning in Sukabumi Regency

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah poligon penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi. Matrik hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis dan keluaran tertera pada Tabel 1. Gambar 3 Bagan Alir Penelitian Tabel 1 Matrik hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis dan keluaran No Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Keluaran 1 Menganalisis perubahan penggunaan lahan Penggunaan lahan Citra Landsat tahun 2000 dan 2010 Interpretasi visual, klasifikasi, analisis tumpang susunSIG Peta penggunaan lahan tahun 2000 dan 2010 2 Menganalisis faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan Kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, geologi, jenis tanah, elevasi, lereng , curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat, jarak ke sungai Potensi desa 2000 dan 2010, peta geologi tahun 1992, peta jenis tanah, peta elevasi, peta lereng, peta curah hujan, peta RBI 2000, dan peta administrasi Analisis tumpang susunSIG, Multiple ring buffer, Regresi logistik o Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi pertanian o Faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian menjadi kawasan terbangun 3 Memprediksi penggunaan lahan tahun 2032 melalui model spasial perubahan penggunaan lahan Data kebutuhan penggunaan lahan, koefisien hasil regresi logistik tiap jenis penggunaan lahan, dan nilai elastisitas perubahan penggunaan lahan Penggunaan lahan tahun 2000 dan 2010, dan driving factors yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan Model CLUE-S o Model spasial penggunaan lahan o Peta prediksi penggunaan lahan tahun 2032 berdasarkan skenario model 4 Merumuskan arahan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Peta prediksi penggunaan lahan, peta Pola Ruang RTRW o Hasil simulasi o RTRWK 2012 o MODEL CLUE-S o Analisis tumpang susun Arahan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah 3.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 3.5.1.1 Analisis Citra Landsat Tahun 2000 dan 2010 Tahapan yang dilakukan dalam interpretasi citra Landsat utuk wilayah Kabupaten Sukabumi sebagai berikut : a. Pemotongan batas area penelitian Pemotongan batas area penelitian diperlukan untuk melakukan clip citra Landsat pathrow 122065 untuk memperoleh wilayah yang akan di analisis, yaitu wilayah Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan adalah extract by mask , yaitu memotong citra Landsat dengan wilayah administrasi Kabupaten Sukabumi. b. Rektifikasi citra Citra Landsat terlebih dahulu dilakukan rektifikasi koreksi geometrik agar posisinya sesuai dengan posisi objek di permukaan bumi. c. Interpretasi citra Landsat untuk klasifikasi penggunaan lahan dan analisis perubahan penggunaan lahan. Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan mengacu pada sistem klasifikasi Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 7645tahun 2010 tentang Klasifikasi Penutupan Lahan. Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi terdiri atas 7 tujuh kelas penggunaan lahan, yaitu : air, hutan, kawasan terbangun, lahan kering, perkebunan, sawah dan lainnya padang rumput, pasir pantai, pasir darat, lahan terbuka, dan tambak. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi visual digitize on screen , dengan pendekatan unsur yang meliputi : rona berkaitan dengan warnaderajat keabuan suatu obyek, tekstur frekuensi perubahan rona, pola susunan keruangan obyek, ukuran, bentuk berkaitan langsung terhadap bentuk umum, konfigurasi atau kerangka dari obyek tunggal, bayangan dan situs lokasi suatu obyek terhadap obyek-obyek yang lain Lillesand dan Kiefer 1997, asosiasi korelasi Sutanto 1986. Kombinasi citra Landsat yang digunakan adalah 5-4-3 RGB karena memiliki informasi terbaik dalam identifikasi penggunaan lahan. Citra Landsat tahun 2000 dan 2010 diinterpretasi menjadi peta penggunaan lahan tahun 2000 dan 2010. Peta penggunaan hasil interpretasi citra dibuat pada skala 1 : 50.000 menggunakan software ArcGis. Analisisperubahan penggunaan lahan dilakukan melalui proses tumpang susun overlay antara peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan tahun 2010 menggunakan software ArcGIS. Analisis perubahan penggunaan lahan tahun 2000 dan 2010 menghasilkan matriks perubahan penggunaan lahan tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks perubahan penggunaan lahan tahun t -t 1 Penggunaan Lahan Tahun t 1 Jumlah T ahu n t o A H Kt Lk P S Ln A - - - - - - - A t H - - - - - - - H t Kt - - - - - - - Kt t Lk - - - - - - - Lk t P - - - - - - - P t S - - - - - - - S t Ln - - - - - - - Ln t Jumlah A t 1 H t 1 Kt t 1 Lk t 1 P t 1 S t 1 Ln t 1 Keterangan : A=air, H=hutan, Kt=kawasan terbangun, Lk=lahan kering, P=Perkebunan, S=sawah dan Ln=lainnya = tidak berubah = berubah

3.5.1.2 Pengujian hasil interpretasi

Hasil interpretasi penggunaan lahan perlu dilakukan verifikasi dengan bantuan citra Ikonos tahun 2010 dan Google Earth dan pengecekan lapangan ground truth. Pengambilan titik uji menggunakan bantuan perangkat lunak Erdas Imagine dengan metode Stratified random sampling, yaitu : metode pengambilan titik berstrata secara acak sesuai luas penggunaan lahan di tiap kelas, sehingga kelas yang memiliki luasan lebih besar akan memiliki nilai titik uji yang lebih banyak proporsional. Titik uji ditentukan sebanyak 100 titik. Hasil verifikasi lapangan kemudian dibandingkan dengan nilai interpretasi yang sudah dilakukan, kemudian dihitung akurasinya menggunakan overall accuracy dan kappa accuracy. Overall accuracy hanya mempertimbangkan commission diagonal sedangkan kappa accuracy sudah mempertimbangkan commission dan omission. Hal ini menyebabkan nilai overall accuracy memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kappa accuracy. Adapun rumus kappa accuracy adalah sebagai berikut Jensen 1996 : Kappa Accuracy = ∑ – ∑ ∗ − ∑ ∗ Dimana : X ii : Nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X i+ : jumlah pixel dalam baris ke-i X +i : jumlah pixel dalam kolom ke-i N : banyaknya pixel dalam contoh r : Jumlah tipe penggunaan lahan Pengujian hasil klasifikasi diharapkan mendapatkan nilai overall accuracy diatas 85 Jensen 1996.

3.5.2 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Pengunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan yang dianalisis adalah perubahan penggunaan lahan hutan menjadi pertanian dan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi kawasan terbangun pada periode tahun 2000-2010. Analisis regresi logistik biner dilakukan dengan metode forward stepwise, yaitu : melakukan pemodelan melalui regresi secara berulang bertahap dengan cara memasukkan variabel bebas satu persatu kemudian mempertahankannya dalam model apabila variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan. Variabel yang tidak signifikan akan dikeluarkan dari model, sehingga variabel yang terdapat dalam model adalah variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penggunaan lahan. Hasil regresi logistik diuji ketepatannya dengan metode ROC Relative Operating Characteristics dengan nilai antara 0,5 – 1,0. Nilai 1,0 mengindikasikan hasil perhitungan tepat sempurna, sedangkan nilai 0,5 mengindikasikan bahwa hasil tersebut karena pengaruh acak saja Pontius dan Scheneider 2001. Exp β dihitung untuk mengetahui pengaruh relatif setiap variabel terhadap penggunaan lahan. Exp β menunjukkan apakah peluang dari penggunaan lahan tertentu pada grid sel meningkat exp β 1 atau menurun exp β 1 akibat dari satu peningkatan variabel bebas. Variabel tidak bebas yang digunakan adalah perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian dan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi kawasan terbangun. Variabel bebas yang digunakan adalah kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, kemiringan lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai. Persamaan regresi logistik yang digunakan sebagai berikut : log = β + β 1 X 1,i + β 2 X 2,i + … +β n X n,i Dimana, P i = peluang perubahan penggunaan lahan i β = konstanta β 1-n = nilai koefisien variabel bebas ke -1 sampai ke-n X 1-n,i = variabel bebaske -1 sampai ke-n, pada variabel tidak bebas i n = jumlah variabel X 1 = Kepadatan penduduk X 7 = Curah hujan X 2 = Kepadatan tenaga kerja pertanian X 8 = Jarak ke jalan X 3 = Formasi geologi X 9 = Jarak ke pusat kota X 4 = Jenis tanah X 10 = Jarak ke kota terdekat X 5 = Elevasi X 11 = Jarak ke sungai X 6 = Kemiringan lereng

3.5.3 Penyusunan Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan

Model spasial dibangun menggunakan perangkat lunak CLUE-S dengan tujuan untuk mendapatkan model spasial perubahan penggunaan lahan yang berbasis spasial dan bersifat dinamik.Keluaran dari model adalah peta prediksi penggunaan lahan tahun 2010 dan tahun 2032. Model spasial disusun dalam 2 tahap, yaitu : model tahun 2000 dan model tahun 2010. Model tahun 2000 digunakan validasi model.Model tahun 2010 digunakan untuk memprediksi penggunaan lahan tahun 2032.Simulasi model CLUE-S dilakukan dengan beberapa persiapan data masukan, yaitu : kebutuhan penggunaan lahan land use demand, kesesuaian lokasi location suitability, pengaturan konversi jenis penggunaan lahan land use type specific conversion setting dan kebijakan spasial dan pembatasan area spatial policies and area restrictions . Model CLUE-S disimulasikan dalam format raster sehingga dilakukan transformasi data spasial dari format vektor menjadi format raster. 3.5.3.1 Transformasi format vektor ke raster Model spasial perubahan penggunaan lahan dilakukan dalam format data raster, sehingga semua data vektor terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk data raster.Parameter yang digunakan untuk penetapan ukuran raster adalah ukuran minimum raster untuk model dapat melakukan simulasi. CLUE-S adalah model spasial perubahan penggunaan lahan yang ditujukan untuk wilayah kecil small region dengan ukuran raster lebih kecil dari 1.000x1.000m Verburg et al.. 2002. Ukuran raster lebih kecil dari 100x100m khusus untuk wilayah Kabupaten Sukabumi tidak dilakukan mengingat keterbatasan dari perangkat lunak CLUE-S yang membatasi jumlah baris dan kolom maksimum 1.000 x 1.000 dan model CLUE-S tidak dapat melakukan proses perhitungan luas probabilistik dengan ukuran pengolahan data yang terlalu besar. Hasil transformasi format vektor ke raster untuk wilayah Kabupaten Sukabumi dengan ukuran raster lebih kecil dari 100x100m melebihi batas maksimum jumlah baris dan kolom pada model CLUE-S. Ukuran raster yang dianalisis adalah 100x100m. Wilayah Kabupaten Sukabumi dengan ukuran raster 100x100m memiliki jumlah baris sebanyak 799 dan jumlah kolom sebanyak 769. Luas untuk tiap sel adalah 10.000 m 2 atau 1 ha. 3.5.3.2 Kebutuhan penggunaan lahan Perhitungan kebutuhan penggunaan lahan dilakukan selama 22 tahun ke depan, yaitu tahun 2011-2032. Data kebutuhan penggunaan lahan didapatkan dari data laju perubahan penggunaan lahan tahun 2000-2010 yang perubahannya dibagi menjadi per tahun. Perubahan penggunaan lahan per tahun tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Luas perubahan penggunaan lahan per tahun Tahun Penggunaan lahan P 1 P 2 ….. P n T 1 X 11 X 12 ….. X 1n T 2 X 21 X 22 ….. X 2n ….. ….. ….. ….. ….. T n X z1 X z2 ….. X zn Keterangan : P 1 -P n : jenis penggunaan lahan T 1 -T n : tahun penggunaan lahan X 11 -X zn : jenis penggunaan lahan

3.5.3.3 Kesesuaian lokasi penggunaan lahan

Kesesuain lokasi penggunaan lahan tiap sel didapatkan dari hasil regresi logistik biner tiap jenis penggunaan lahan. Variabel tidak bebas yang digunakan adalah tiap jenis penggunaan lahan, yaitu : air, hutan, kawasan terbangun, lahan kering, perkebunan, sawah dan lainnya. Variabel bebas yang digunakan adalah kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja pertanian, formasi geologi, jenis tanah, elevasi, kemiringan lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai.

3.5.3.4 Pengaturan konversi jenis penggunaan lahan

Pengaturan konversi penggunaan lahan dibagi atas dua jenis, yaitu :elastisitas konversi conversion elasticity dan matriks konversi conversion matrix dari setiap penggunaan lahan. Elastisitas konversi adalah nilai peluang penggunaan lahan dapat berubah. Penetapan nilai elastisitas didapatkan dari model CLUE-S yang pernah dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi di Wilayah Kabupaten Sukabumi. Nilai elastisitas berada diantara 0 dan 1. Nilai elastisitas yang semakin mendekati 1 berarti suatu jenis penggunaan lahan sulit untuk berubah menjadi penggunaan lahan lain. Matriks konversi adalah nilai yang menunjukkan suatu jenis penggunaan lahan boleh berubah menjadi penggunaan lahan lain. Nilai matriks konversi adalah angka 0 dan 1. Angka 1 menunjukkan konversi boleh terjadi sedangkan 0 adalah konversi tidak boleh terjadi, contohnya matriks untuk penggunaan lahan air bahwa air hanya akan terkonversi menjadi air lagi nilai 1, sedangkan untuk menjadi jenis menggunaan lain tidak diperbolehkan nilai 0.

3.5.3.5 Kebijakan spasial dan pembatasan area

Kebijakan spasial dan pembatasan area merupakan kebijakan terkait dengan area spesifik yang akan direstorasi direklamasi direhabilitasi dan juga terkait dengan wilayah mana yang tidak diijinkan untuk dikonversi misalnya kawasan lindung dan kawasan pertanian lahan basah. Kebijakan spasial dan pembatasan area yang dilakukan adalah 1 tidak ada pembatasan area, 2 restorasi hutan pada kawasan lindung,3 lahan sawah tidak terkonversi pada pertanian lahan basah, dan 4 pencetakan sawah baru pada lokasi peruntukkan pertanian lahan basah. Penggunaan kebijakan spasial dan pembatasan area dilakukan untuk simulasi prediksi penggunaan lahan dengan beberapa skenario dan hasilnya digunakan untuk merumuskan arahan rencana penggunaan lahan. Skenario yang digunakan dalam model spasial perubahan penggunaan lahan merupakan kombinasi dari modul kebutuhan penggunaan lahan dan modul kebijakan spasial dan pembatasan area. Berdasarkan kombinasi tersebut, maka skenario yang dibangun terdiri atas 8 skenario, yaitu : 1 skenario laju alami, 2 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung, 3 skenario lahan sawah tidak terkonversi pada pertanian lahan basah, 4 skenario pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah, 5 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung dan lahan sawah tidak terkonversi pada pertanian lahan basah secara bersamaan, 6 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah secara bersamaan, 7 skenario lahan sawah tidak terkonversi dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukkan pertanian lahan basah secara bersamaan, 8 skenario restorasi hutan pada kawasan lindung, lahan sawah tidak terkonversi dan pencetakan lahan sawah baru pada lokasi peruntukan pertanian lahan basah secara bersamaan. Skenario untuk prediksi penggunaan lahan tahun 2032 tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Skenario untuk prediksi penggunaan lahan tahun 2032 Skenario Kebijakan Laju alami Restorasi hutan pada kawasan lindung Sawah tidak terkonversi pada peruntukan pertanian lahan basah Pencetakan baru sawah pada peruntukan pertanian lahan basah Skenario 1 √ - - - Skenario 2 - √ - - Skenario 3 - - √ - Skenario 4 - - - √ Skenario 5 - √ √ - Skenario 6 - √ - √ Skenario 7 - - √ √ Skenario 8 - √ √ √

3.5.3.6 Pelaksanaan simulasi model

Simulasi model menggunakan CLUE­S berbasis pada Cellular Automata. Mekanisme perubahan penggunaan lahan didasarkan pada kesesuaian penggunaan lahan menggunakan nilai koefisien regresi logistik, kebijakan spasial dan pembatasan area, lokasi spesifik, nilai elastisitas penggunaan lahan, matriks konversi penggunaan lahan dan kekuatan kompetitif penggunaan lahan berdasarkan faktor­faktor penentu penggunaan lahan. Mekanisme alokasi perubahan penggunaan lahan tertera pada Gambar 4. Gambar 4 Mekanisme alokasi perubahan penggunaan lahan Model CLUE­S. Simulasi berawal dari penggunaan lahan awal sebagai acuan alokasi penggunaan lahan. Luas lahan probabilistik kamudian dihitung oleh model berdasarkan nilai koefisien regresi logistik dan dibandingkan dengan luas kebutuhan penggunaan lahan. Tahap berikutnya dalam simulasi adalah mengecek apakah adanya batasan kebijakan dan lokasi spesifik penggunaan lahan di areal tertentu. Tahap perubahan penggunaan lahan di tiap sel didasarkan pada matriks konversi penggunaan lahan, nilai elastisitas penggunaan lahan, dan kekuatan kompetitif penggunaan lahan. Apabila luas alokasi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan penggunaan lahan, maka simulasi dapat dilanjutkan dan menghasilkan peta penggunaan lahan per tahun sampai pada tahun akhir yang ditentukan. Apabila luas alokasi penggunaan lahan belum sesuai dengan kebutuhan penggunaan lahan, maka perlu dilakukan pengaturan kembali elastisitas penggunaan lahan dan matriks konversi.

3.5.3.7 Validasi model

Validasi model dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan tahun 2010 hasil simulasi menggunakan model tahun 2000 dengan penggunaan lahan tahun 2010 aktual. Hasil validasi akan menentukan apakah model layak untuk digunakan. Akurasi model diharapkan mencapai nilai paling sedikit 85. Nilai elastisitas model tahun 2000 digunakan pada model tahun 2010 untuk melakukan prediksi penggunaan lahan tahun 2032.

3.5.4 Arahan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kondisi kesesuaian pemanfaatan lahan tahun 2010 dilihat dari hasil analisis tumpang susun antara peta penggunaan lahan tahun 2010 prediksi dan aktual dibandingkan dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Sukabumi. Arahan penyempurnaan RTRW dirumuskan melalui metode tumpang susun overlay antara peta prediksi penggunaan lahan yang akan datang hasil pemodelan spasial dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Sukabumi. Hasil kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : sesuai, lahan yang masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya dan tidak sesuai RTRW. Hasil analisis kesesuaian penggunaan lahan yang mempunyai ketidaksesuaian terkecil dengan RTRW yang akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk merumuskan arahan penyempurnaan RTRW. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Geografi dan Administrasi

Kabupaten Sukabumi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Secara geografisKabupaten Sukabumi terletak antara106 o 49’ – 107 o 00’ Bujur Timur dan 6 o 57’ – 7 o 25’ Lintang Selatan dan secara administrasi terdiri atas 47 kecamatan, 363 desa dan 4 kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Pelabuhanratu. Luas Kabupaten Sukabumi adalah sekitar 4,161 km 2 atau 416.111 ha. Batas­batas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Samudera Indonesia Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Selain itu Kabupaten Sukabumi juga berbatasan secara langsung dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong enclave. Kota Sukabumi dengan wilayah­wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai hubungan yang bersifat fungsional dimana Kota Sukabumi merupakan salah satu pusat nodal bagi wilayah­wilayah Kabupaten Sukabumi yang mengelilinginya hinterland. Dilihat dari perkembangan dan karakteristik wilayah, Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Sukabumi Utara dan Sukabumi Selatan. Kedua wilayah ini mempuyai karakteristik yang berbeda, diantaranya : 1 Sukabumi utara yang dilalui oleh jalur tengah relatif lebih berkembang dibandingkan Sukabumi selatan yang dilalui oleh jalur selatan, 2 Pusat­pusat pertumbuhan dan kegiatan banyak terdapat di Sukabumi utara, seperti pasar, industri, pusat pendidikan dan lain­lain, 3 Sumberdaya alam lahan tanah relatif lebih subur di utara, karena terdapat diapit dua gunung, yaitu Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun Salak, 4 Kepadatan penduduk di utara lebih tinggi dibandingkan di selatan Sukabumi.Peta Administrasi Kecamatan Wilayah Kabupaten Sukabumi tertera pada Gambar 5. Gambar 5 Peta administrasi kecamatan wilayah Kabupaten Sukabumi 4.2Karakteristik Wilayah 4.2.1 Topografi Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Sukabumi cukup bervariasi berkisar antara 0 – 40 . Daerah pesisir pantai memiliki kemiringan lebih landai bila dibandingkan dengan daerah di bagian tengah Kabupaten Sukabumi. Daerah pesisir bagian barat cenderung lebih terjal dibandingkan dengan daerah pesisir lainnya. Daerah yang memiliki kemiringan 15 – 40 terletak pada bagian tengah Kabupaten Sukabumi, yaitu daerah di sekitar sungai Cimandiri. Sebaran wilayah Kabupaten Sukabumi berdasarkan kemiringan lereng didominasi oleh daerah dengan kemiringan lereng 5 – 15 mencapai 45,0 . Kelas lereng kedua didominasi oleh kemiringan lereng15­40 mencapai 29,3 dan diikuti kemiringan lereng 2 – 5 mencapai 17,9 . Kelas lereng lainnya di bawah 5,0, yaitu : kelas lereng 0­2 mencapai 4,4 dan kelas lereng 40 mencapai 3,3 . Kelas lereng wilayah Kabupaten Sukabumi tertera pada Tabel 5 dan Gambar 6. Tabel 5 Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi No Kelas Lereng Luas ha Persentase 1 0 ­ 2 18.221 4,4 2 2 ­ 5 74.615 17,9 3 5 ­ 15 187.345 45,0 4 15 ­ 40 122.044 29,3 5 40 13.886 3,3 Jumlah 416.111 100,0 Sumber : diolah dari peta Bentuk permukaan tanah morfologi wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit, sampai bergunung. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah. Ketinggian wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0 ­ 2.958 mdpl dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Gede Pangrango 2.958 mdpl. Daerah datar umumnya terdapat di daerah pantai dan kaki gunung yang sebagian besar merupakan daerah pertanian lahan basah persawahan, sedangkan daerah berbukit­bukit sebagian besar merupakan daerah pertanian lahan kering dan perkebunan. Gambar 6 Peta kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 41,8 wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai elevasi ketinggian wilayah antara 100–500 mdpl, sebesar 35,0 pada elevasi antara 500–1.000 mdpl, sebesar 4,9 pada elevasi 25 mdpl, sebesar 11,4 pada elevasi antara 25–100 mdpl dan sisanya sebesar 0,5 mempunyai elevasi 2.000 mdpl. Peta elevasi disajikan pada Gambar 6. Tabel 6 Tingkat elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi No Kelas Elevasi Luas ha Persentase 1 0–25 mdpl 20.395 4,9 2 25­100 mdpl 47.459 11,4 3 100­500 mdpl 173.845 41,8 4 500­1000 mdpl 145.471 35,0 5 1.000 – 1.500 mdpl 21.489 5,2 6 1.500 – 2.000 mdpl 3.302 0,8 7 2.000 mdpl 1.909 0,5 8 Tubuh Air 2.241 0,5 Jumlah 416.111 100,0 Sumber : diolah dari peta

4.2.2 Formasi Geologi

Struktur geologi wilayah Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua zona yaitu zona utara dan zona selatan, dengan batas Sungai Cimandiri yang mengalir dari arah Timur Laut ke Barat Daya. Zona Utara merupakan kawasan yang dipengaruhi oleh vulkan dan sebagian besar merupakan daerah yang subur, dimana terdapat kawasan perkebunan, persawahan dan kegiatan pertanian lainnya. Sedangkan zona selatan merupakan kawasan yang berbukit­bukit yang terdiri atas kawasan pertanian lahan kering, perkebunan dan kehutanan Bappeda 2011. Formasi geologi wilayah Kabupaten Sukabumi secara stratigrafi tertera pada Tabel 7 dan Gambar 8. Tabel 7 Formasi geologi wilayah Kabupaten Sukabumi No Kode Keterangan Luas ha Persentase 1 pTm Batuan Pra ­ Tersier Malihan, Gunungapi, Ultramafik 2.385 0,6 2 Qa Aluvial dan Endapan Kuarter 6.404 1,5 3 Ql Batu Gamping Kuarter 33 0,0 4 Qv Batuan Gunungapi Kuarter 57.078 13,7 5 Tni Batuan Terobosan Neogen 3.712 0,9 6 Tnl Batu Gamping Neogen Mio ­ Plio 56.435 13,6 7 Tns Batuan Sedimen Neogen Mio ­ Plio 46.698 11,2 8 Tnv Batuan Gunungapi Neogen Mio ­ Plio 25.107 6,0 9 Toml Batu Gamping Oligo ­ Miosen 1.664 0,4 10 Toms Batuan Sedimen Oligo ­ Miosen 49.756 12,0 11 Tomv Batuan Gunungapi Oligo ­ Miosen 46.666 11,2 12 Tps Sedimen Paleogen 13.600 3,3 13 TQl Batu Gamping Plio ­ Plistosen 3.745 0,9 14 TQs Batuan Sedimen Plio ­ Plistosen 21.669 5,2 15 TQv Batuan Gunungapi Plio ­ Plistosen 81.159 19,5 Jumlah 416.111 100,0 Sumber : diolah dari peta Gambar 7 Peta elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi. Gambar 8 Peta geologi wilayah Kabupaten Sukabumi.

4.2.3 Jenis Tanah

Dari aspek kemampuan tanah kedalaman efektif dan tekstur, wilayah Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang tanpa liat. Kedalaman tanahnya dapat dikelompok menjadi 2 dua golongan besar, yaitu kedalaman efektif tanah dalam dan kedalaman efektif tanah sedang sampai dangkal. Kedalaman efektif tanah dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman efektif tanah sedang sampai dangkal tersebar di bagian tengah dan selatan BPS Kabupaten Sukabumi 2011. Jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi terdiri atas delapan jenis tanah, yaitu : Alluvial, Andosol, Brown Forest, Latosol, Mediteran, Podsolik Merah Kuning, Regosol dan Grumosol. Jenis tanah dibagian utara pada umumnya terdiri dari tanah Podsolik, Andosol dan Regosol. Sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari tanah Grumosol, Latosol dan Alluvial Gambar 9. Sebaran jenis tanah Latosol mendominasi wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luasan mencapai 54,2 . Sebaran Jenis tanah di Kabupaten Sukabumi tertera dalam Tabel 8. Tabel 8 Sebaran Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi No Jenis Tanah Luas ha Persentase 1 Alluvial 20.501 4,9 2 Andosol 24.307 5,8 3 Brown Forest 14.462 3,5 4 Latosol 225.520 54,2 5 Mediteran 40.258 9,7 6 Podsolik Merah Kuning 52.192 12,5 7 Regosol 24.462 5,9 8 Grumosol 14.409 3,5 Jumlah 416.111 100,0 Sumber : diolah dari peta

4.2.4 Curah Hujan

Sebaran curah hujan di wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 2.500­5.500 mm tahun. Wilayah Kabupaten Sukabumi sebagaian besar didominasi oleh curah hujan yang berkisar antara 3.000­3.500 mm tahun, yaitu di sekitar wilayah bagian tengah Kabupaten Sukabumi. Untuk wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi berada pada daerah ketinggian 2.000 m dengan penutupan lahan berupa hutan. Curah hujan di Kabupaten Sukabumi tertera pada Gambar 10. Gambar 9 Peta jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi. Gambar 10 Sebaran curah hujan wilayah Kabupaten Sukabumi.

4.2.5 Aksesibilitas

Kabupaten Sukabumi dilalui oleh jalan dengan berbagai tipe dan sungai baik sungai besar maupun sungai musiman. Akasesibilitas menjadi salah satu variabel yang digunakan sebagai variabel penduga yang mempengaruhi penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi, diantaranya : jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai. Jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai diolah menggunakan teknik multiple ring buffer. Tipe jalan yang digunakan sebagai variabel adalah jalan utama, jalan arteri, kolektor dan lokal updating Dinas Bina Marga Kabupaten Sukabumi tahun 2009. Jalan setapak, jalan lori dan rel kereta api tidak dimasukkan karena bersifat ekslusif dan hanya memberikan aksesibilitas setempat. Jarak ke jalan dibagi menjadi 8 delapan kelas, yaitu : 0­500m, 500­1.500m, 1.500­2.500m, 2.500­3.500m, 3.500­ 4.500m, 4.500­5.500m, 5.500­6.500m dan 6.500m. Jarak ke jalan tertera pada Gambar 11. Pusat kota yang digunakan sebagai variabel adalah Kota Sukabumi dan Kota Palabuhanratu. Jarak ke pusat kota dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 0­ 5.000m, 5.000­10.000m, 10.000­15.000m, 15.000­2.000m, 2.000­ 25.000m, 25.000­30.000m, 30.000­35.000m dan 35.000m. Jarak ke pusat kota tertera pada Gambar 12. Kota terdekat adalah jarak ke kota kecamatan. Jarak ke kota terdekat dibagi menjadi enam kelas, yaitu : 0­2.500m, 2.500­5.000m, 5.000­7.500m, 7.500­10.000m, 10.000­12.500m dan 12.500m. Jarak ke kota terdekat tertera pada Gambar 13. Sungai yang digunakan sebagai variabel adalah sungai besar yang mengalir sepanjang tahun. Jarak ke sungai dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 0­500m, 500­1.500m, 1.500­2.500m, 2.500­3.500m, 3.500­4.500m, 4.500­5.500m, 5.500­6.500m dan 6.500m. Jarak ke sungai tertera pada Gambar 14. Gambar 11 Jarak ke jalan. Gambar 12 Jarak ke pusat kota. Gambar 13 Jarak ke kota terdekat. Gambar 14 Jarak ke sungai.

4.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 mencapai 2.341.409 jiwa yang terdiri dari 1.193.342 laki­laki dan 1.148.067 perempuan dengan rasio jenis kelamin 103,9 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 104 laki­laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 563 orang per Km 2 Tabel 9. Tabel 9 Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2000­2010 Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk per Km 2 Laki­laki Perempuan Jumlah 2000 1.050.096 1.033.596 2.092.448 ­ 499 2001 1.060.655 1.052.625 2.113.280 1,00 508 2002 1.075.271 1.067.129 2.142.400 1,38 515 2003 1.089.886 1.081.634 2.171.520 1,36 522 2004 1.104.501 1.096.139 2.200.640 1,34 529 2005 1.136.359 1.088.634 2.224.993 1,13 535 2006 1.151.103 1.089.798 2.240.901 0,75 539 2007 1.151.413 1.106.840 2.258.253 0,74 543 2008 1.158.964 1.118.056 2.277.020 0,74 547 2009 1.185.833 1.142.971 2.328.804 2,19 559 2010 1.193.342 1.148.067 2.341.409 0,72 563 Rata­Rata 1,14 Sumber : Diolah dari Kabupaten Sukabumi Dalam Angka KASDA 2011 Kependudukan menjadi variabel penduga yang mempengaruhi penggunaan lahan. Variabel yang digunakan adalah kepadatan penduduk dan kepadatan tenaga kerja pertanian. Kepadatan penduduk yang digunakan adalah kepadatan penduduk per desa yang dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 1­5jiwaha, 6­11jiwaha, 11­ 16jiwaha, 17­23jiwaha, 24­33jiwaha, 34­50jiwaha, 51­92jiwaha dan 93­168jiwaha. Kepadatan penduduk per desa tertera pada Gambar 15. Gambar 15 Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi Kepadatan tenaga kerja pertanian yang digunakan adalah kepadatan tenaga kerja pertanian per desa yang dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 1­5jiwaha, 6­11jiwaha, 11­16jiwaha, 17­23jiwaha, 24­33jiwaha, 34­50jiwaha, 51­92jiwaha dan 93­168jiwaha. Kepadatan tenaga kerja pertanian per desa tertera pada Gambar 16. Gambar 16 Kepadatan tenaga kerja pertanian.

4.4 Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan penjabaran dari strategi dan arahan kebijaksanaaan pemanfaatan ruang wilayah provinsi ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dan kebijakan­ kebijakan lainya. Berdasarkan RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 2012 – 2032, pemanfaatan ruang di Kabupaten Sukabumi terdiri atas kawasan lindung sebesar 55.232 ha atau 13,3 dan kawasan budidaya sebesar 360.879 ha atau 86,7. Pola ruang sebagian besar diarahkan untuk penggunaan lahan kering sebesar 99.406 ha atau 23,9 dari total luas wilayah. Sebaran arahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tertera pada Tabel 10, sebaran spasialnya disajikan pada Gambar 17. Tabel 10 Sebaran arahan penggunaan lahan wilayah Kabupaten Sukabumi No Pola Ruang Keterangan Luas ha Persentase 1 Kaw. Sepadan Sungai Kawasan Lindung 4.077 1,0 2 Kaw. Sepadan Pantai Kawasan Lindung 1.060 0,3 3 Kaw. Hutan Konservasi Kawasan Lindung 48.034 11,5 4 Kaw. Hutan Lindung Kawasan Lindung 2.061 0,5 5 Kaw. Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan Budidaya 46.426 11,2 6 Kaw. Permukiman Perdesaan Kawasan Budidaya 89.306 21,5 7 Kaw. Peruntukan Pertanian Lahan Kering Kawasan Budidaya 99.406 23,9 8 Kaw. Permukiman Perkotaan Kawasan Budidaya 18.819 4,5 9 Kaw. Peruntukan Perkebunan Kawasan Budidaya 44.916 10,8 10 Kaw. Hutan Cadangan Kawasan Budidaya 855 0,2 11 Kaw. Hutan Produksi Terbatas Kawasan Budidaya 38.112 9,2 12 Kaw. Enclave Kawasan Budidaya 2.405 0,6 13 Kaw. Hutan Produksi Kawasan Budidaya 20.634 5,0 Jumlah 416.111 100,0 Sumber : diolah dari peta Gambar 17 Peta pola ruang RTRW wilayah Kabupaten Sukabumi 2012­2032