obyek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi.
3. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadian-
kejadian di dalam ruang geografis. Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem
Informasi Geografis SIG di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini semakin signifikan. Menurut Rustiadi et al. 2002, tujuan utama SIG adalah
pengelolaan data spasial. SIG mengintegrasikan berbagai aspek pengelolaan data spasial seperti pengolahan database, algoritma grafis, interpolasi, zonasi zoning
dan network analysis. Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi
kuantitatif dan ilmu wilayah regional science pada awal 1960-an. Perkembangannya diawali dengan digunakannya prosedur-prosedur dan teknik-
teknik kuantitatif terutama statistik untuk menganalisis pola-pola sebaran titik, garis, dan area pada peta atau data yang disertai koordinat ruang dua atau tiga
dimensi. Pada perkembangannya, penekanan dilakukan pada indigenous features dari ruang geografis pada proses-proses pilihan spasial spatial choices dan
implikasinya secara spatio-temporal.
2.3.4. Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan
Secara umum Briassoulis 2000 menggambarkan klasifikasi pemodelan untuk analisis penggunaan lahan dan perubahannya. Model perubahan
penggunaan lahan dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu model statistik dan ekonometrik statistical and econometric models, model interaksi spasial spatial
interaction model , model optimasi optimation model dan model terintegrasi
integrated models.
2.3.4.1. Conversion of Land Use and its Effect CLUE
Conversion of Land Use and its Effect atau CLUE Veldkamp et al. 2001
merupakan pendekatan empiris yang dilakukan dengan studi kasus antara lain di Atlantic Zone
Costa Rica, China, Ekuador, Honduras dan Pulau Jawa. Model ini merupakan model terpadu, secara spasial nyata, dinamis dan berdasarkan pada
sosial ekonomi dan lingkungan. Pemodelan dengan CLUE terdiri atas dua tahap, yaitu 1 analisis pola perubahan penggunaan lahan yang berasal dari penggunaan
lahan lampau dan saat ini. Dengan demikian, dapat diketahui variabel penentu driving factors yang paling mempengaruhi baik dari aspek biofisik, sosial
ekonomi maupun kebijakan, 2 menggunakan hasil analisis tersebut untukmenetapkan skenario yang memungkinkan untuk dilakukan. Model CLUE
ini terdiri dari modul permintaan demand module dan modul alokasi allocation module
. 2.3.4.2.
Conversion of Land Use its Effect at Small regional extent CLUE-S
Pemodelan spasial perubahan penggunaan lahan pada areal lebih kecil dari nasional atau provinsi selanjutnya dikembangkan oleh Verburg et al. 2002.
Model ini dinamakan Conversion of Land Use and Its Effect at Small regional extent
atau CLUE-S. Model CLUE-S ini merupakan gabungan dari pemodelan empiris, analisis spasial dan model dinamis. Analisis spasial menggunakan teknik
overlay dari Sistem Informasi Geografis SIG. Hubungan antara penggunaan
lahan dan faktor-faktornya dianalisis menggunakan regresi logistik. Model CLUE-S ini telah diterapkan di antaranya di DAS Selangor
Malaysia, Pulau Sibuyan Filipina, Propinsi BacKan Vietnam, Kabupaten San Mariano Filipina, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bogor Indonesia. Selain
itu, model CLUE-S yang dikombinasikan dengan sistem dinamik juga telah diterapkan di Changqing Jinan China dan Sangong Watershed Xinjiang,
China. Pemodelan perubahan penggunaan lahan di Pulau Sibuyan Filipina dan
DAS Klanglangat Malaysia dilakukan oleh Verburg et al. 2002. Tujuan dilakukan pemodelan spasial ini adalah untuk membangun model spasial dinamik
perubahan penggunaan lahan pada skala regional. Penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu : hutan, perkebunan kelapa sawit, padang
rumput, sawah dan lainnya mangrove dan pemukiman. Driving factors-nya adalah ketinggian, kemiringan lereng, jarak ke kota, jarak ke sungai, jarak ke
jalan, jarak ke pantai, geologi, bahaya erosi dan kepadatan penduduk. Model ini mengintegrasikan modul kebutuhan lahan non spasial dan modul pengalokasian
penggunaan lahan spasial. Unit analisisnya adalah berupa piksel ukuran 1.000x1.000m. analisis non spasial berupa laju perubahan penggunaan lahan
periode sebelumnya yang diperoleh dari data penginderaan jauh multi waktu