Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sediment Yield

50 dimasukkan dalam analisis sedimen menggunakan model MWSWAT, model tetap memberikan nilai yang baik, yaitu berupa penurunan sediment yield yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model MWSWAT perlu diuji kembali keakuratannya untuk kondisi topografi DAS ekstrim seperti DAS Keduang. Gambar 12. Kondisi Topografi DAS Keduang

5.8 Sediment Delivery Ratio

Perkiraan hasil sedimen suatu DAS dapat didekati melalui perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen Sediment Delivery Ratio. Perhitungan besarnya SDR dianggap penting untuk menentukan perkiraan yang realistis besarnya hasil sedimen total berdasarkan perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air Asdak, 2004. SDR dipengaruhi oleh kondisi fisik DAS dan bervariasi antara DAS satu dengan DAS lainnya. Berdasarkan Tabel 15 erosi total hasil pengukuran adalah sebesar 73.580.248,11 tonhatahun, sedangkan erosi total hasil model adalah sebesar 15.898,46 tontahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa model memprediksi erosi total lebih rendah dibandingkan pengukuran di lapang. Perbedaan yang signifikan antara model dan hasil pengukuran diduga disebabkan karena parameter input 51 yang digunakan pada proses kalibrasi kurang sensitif dalam menghasilkan nilai hasil sedimen model yang mirip dengan hasil pengukuran. Tabel 15. Nilai Hasil Sedimen dan Erosi Total Tahun 2004. SDR Hasil Sedimen Erosi Total tontahun tonhatahun mmtahun Pengukuran 0,089 6.548.642,08 73.580.248,11 17,98 Model 15.898,46 178.634,38 0,04 Sediment delivery ratio merupakan perbandingan antara jumlah sedimen yang masuk dan terukur di outlet dengan jumlah tanah yang hilang dari daerah tempat erosi yang terjadi. Besarnya hasil sedimen yang terukur merupakan hasil sedimen yang berasal dari erosi permukaan dan erosi parit, sedangkan untuk erosi jurang dan erosi tebing sungai belum terhitung Sukartaatmadja, 2004. Walaupun metode prediksi erosi dengan SDR hanya menduga hasil sedimen yang berasal dari erosi permukaan dan erosi parit saja, akan tetapi pada beberapa penelitian metode ini tetap digunakan karena 1 metode SDR dapat memprediksi erosi skala DAS sedimen secara sederhana dan 2 simulasi dapat diterapkan pada berbagai kondisi biofisik DAS serta berbagai kondisi erosi permukaan dan aliran permukaan yang terjadi. Kekurangan model prediksi SDR yaitu model ini memerlukan data erosi permukaan Vadari et al. 2009 dan hanya menghitung hasil sedimen yang berasal dari erosi permukaan dan erosi parit.

5.9 Erosi yang Dapat Ditotelansikan Tolerable Soil Loss = TSL

Sinukaban 2007 mengemukakan bahwa apabila laju erosi digunakan sebagai petunjuk kecepatan perusakan DAS, maka diperlukan tolak ukur untuk menentukan kebijakan penanggulangannya. Tolak ukur yang secara luas digunakan adalah nilai erosi yang dapat ditoleransikan Tolerable Soil Loss = TSL. Penentuan nilai TSL dipengaruhi oleh jenis tanah yang berbeda. Faktor kedalaman efektif, kedalaman tanah minimum, umur guna tanah dan laju pembentukan tanah digunakan dalam penentuan nilai TSL. Nilai umur guna tanah yang digunakan adalah 300 tahun untuk tanah Litosol dan 400 tahun untuk tanah Mediteran dan Latosol, sedangkan laju pembentukan tanah adalah 1 mmtahun. 52 Hardjowigeno 2003 mengemukakan bahwa rata-rata proses pembentukan tanah di Indonesia diperkirakan sebesar 1 mmtahun. Besarnya erosi yang ditoleransikan TSL di DAS Keduang disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai TSL pada Beberapa Ordo Tanah di DAS Keduang No Ordo Tanah TSL Rataan mmtahun 1 Latosol 1,25 1,34 2 Litosol 1,04 3 Mediteran 1,73 Berdasarkan Tabel 16 tanah litosol memiliki nilai TSL terendah di DAS Keduang. Tanah ini juga merupakan tanah entisol dengan ciri utama tanah tak lapuk, umumnya memiliki kedalaman tanah dangkal di daerah beriklim panas dan terdapat di lereng terjal Harjadi, 2009. Nilai TSL tertinggi adalah nilai TSL pada tanah mediteran. Hasil analisis terhadap nilai TSL di DAS Keduang diperoleh TSL rata-rata DAS Keduang adalah sebesar 1,34 mmtahun. Nilai erosi total yang dihasilkan model adalah sebesar 0,01 mmtahun dan nilai tersebut lebih rendah dari nilai TSL yang dihasilkan. Berdasarkan data hasil pengukuran erosi yang terjadi di DAS Keduang adalah sebesar 17,98 mmtahun, nilai tersebut menujukkan bahwa erosi yang terjadi telah melebihi erosi yang ditoleransikan, sehingga perlu dilakukan tindakan konservasi untuk menurunkan erosi yang terjadi di DAS Keduang.