Berdasarkan hasil analisis peta RTRW Kabupaten Wonogiri tahun 2005- 2015 terjadi penurunan persentase luasan pada penggunaan lahan sawah dan
tegalan, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran, pemukiman dan hutan mengalami peningkatan. Penggunaan lahan semak pada RTRW ditiadakan
sehingga diharapkan tidak ada lahan yang tidak produktif. Peta penggunaan lahan berdasarkan RTRW disajikan pada Gambar 11.
Hasil analisis hidrologi menunjukkan bahwa skenario perubahan penggunaan lahan berdasarkan RTRW mengalami penurunan overlandflow dan
peningkatan baseflow Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, walaupun penerapan RTRW mengalami penurunan overlandflow dan peningkatan baseflow akan tetapi
nilai yang dihasilkan tidak signifikan dibandingkan dengan kondisi eksisting. Tabel 12. Nilai Overlandflow, Interflow dan Baseflow untuk Masing-masing
Skenario Berdasarkan Data Tahun 2004 di DAS Keduang Bulan
Overlandflow Interflow
Baseflow mm
Tahun 2004 766,33
43,11 106,67
KwH 711,14
44,48 110,62
RTRW 762,79
43,23 106,88
Agroteknologi 766,18
43,11 106,70
Keterangan : Kw H : Kawasan Hutan, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
5.6.3 Penerapan Agroteknologi pada Lahan Kering di luar Kawasan Hutan
Penerapan agroteknologi pada penggunaan lahan tahun 2005 ditujukan untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air ke dalam tanah
sehingga diharapkan air hujan yang jatuh kedalam tanah tidak segera menjadi overlandflo
w. Skenario ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan air pada musim hujan dan tidak terjadi kekurangan air pada musim kemarau.
Agroteknologi yang diterapkan hanya pada lahan kering di luar kawasan hutan yaitu pada lahan tegalan dan kebun campuran. Agroteknologi tersebut
meliputi penanaman searah kontur pada lahan dengan kemiringan 0 – 8, pembuatan teras gulud pada lahan dengan kemiringan 8 – 15 dan penerapan
teras bangku pada lahan dengan kemiringan 15.
Gambar 11. Peta Penggunaan Lahan DAS Keduang Tahun 2005 Berdasarkan RTRW Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2015
48 Penerapan agroteknologi pada lahan eksisting mampu menurunkan
overlandflow dan meningkatkan baseflow walaupun tidak signifikan. Penurunan
overlandflow sebesar 0,46 dan peningkatkan baseflow sebesar 0,20 dari
kondisi eksisting.
5.7 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sediment Yield
Perubahan penggunaan lahan selain berpengaruh terhadap kondisi
hidrologi juga berpengaruh terhadap nilai sediment yield yang dihasilkan. Hasil
analisis MWSWAT terhadap sediment yield yang dihasilkan pada masing-masing skenario disajikan pada Tabel 13 untuk tahun 2004 dan Tabel 14 untuk tahun
2005. Tabel 13. Sedimen Yield untuk Masing-masing Skenario Tahun 2004 di
DAS Keduang Bulan
Sedimen Yield ton
2004 Kw H
RTRW Agroteknologi
Januari 4.591,49
3.958,34 4.549,25
964,46 Februari
1.755,81 1.417,03
1.737,22 369,47
Maret 840,55
680,67 831,97
178,57 April
101,36 53,86
98,06 22,10
Mei 66,45
18,52 62,49
12,49 Juni
81,16 13,39
75,25 13,93
Juli 0,00
0,00 0,00
0,00 Agustus
4,16 4,00
4,18 1,13
September 0,00
0,00 0,00
0,00 Oktober
32,66 31,46
32,86 8,93
November 2.083,54
966,13 2.005,07
426,31 Desember
6.341,28 4.191,32
8.029,84 1.696,46
Total 15.898,46
11.334,72 17.426,19
3.693,85 Keterangan : Kw H : Kawasan Hutan, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
Tabel 14. Sedimen Yield untuk Masing-masing Skenario Tahun 2005 di DAS Keduang
Bulan Sedimen Yield
ton Tahun 2005
KW H RTRW
Agroteknologi Januari
291,12 213,65
297,01 65,81
Februari 5.213,56
4.661,47 5.259,22
1.108,87 Maret
1.856,09 1.668,72
1..858,03 390,96
Total 7.360,77
6.543,84 7.414,26
1.565,64 Keterangan : Kw H : Kawasan Hutan, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah