Simulasi Model MWSWAT Erosi yang Dapat Ditoleransikan

30

4.2 Iklim

Iklim merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses hidrologi terutama transformasi hujan menjadi debit. Terdapat enam komponen penyusun iklim yang dibutuhkan sebagai input dalam model MWSWAT yaitu curah hujan harian, temperatur maksimum–minimum, kecepatan angin, kelembapan relatif dan radiasi matahari. Data curah hujan diwakili 4 stasiun hujan yang berada di sekitar daerah penelitian, sedangkan komponen iklim lainnya diperoleh dari Stasiun Klimatologi Semarang. Menurut klasifikasi Oldeman daerah penelitian termasuk dalam Zona Agroklimat C2. Pada zona tersebut bulan kering curah hujan 100 mm terjadi selama 3-4 bulan dan bulan basah curah hujan 100 mm berlangsung selama 5- 6 bulan. Gambar 5 menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan tahun 2004-2005. Terlihat pada grafik rata-rata hujan bulanan terbesar terjadi pada stasiun Jatisrono. Gambar 5. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2004-2005 di tiap Stasiun Hujan DAS Keduang.

4.3 Tanah

Berdasarkan peta tanah semi detil skala 1:250.000 yang diperoleh dari Balai Penelitian Kehutanan Pengelolaan DAS Solo, DAS Keduang 31 dikelompokkan menjadi tiga ordo tanah, yaitu 1 Latosol, 2 Mediteran dan 3 Litosol. Penyebaran jenis tanah pada DAS Keduang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 6. Tabel 5. Penyebaran Ordo Tanah DAS Keduang No Ordo Tanah Luas Ha 1 Latosol 12.390,73 34,02 2 Litosol 9.037,40 24,81 3 Mediteran 14.998,73 41,17 Total 36.426,87 100,00 Sumber : Hasil Analisis Model

4.4 Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan dideskripsikan dari peta penggunaan lahan. Fungsi peta penggunaan lahan adalah memberikan informasi spasial penyebaran penggunaan lahan dalam DAS dan sebagai input bagi model MWSWAT. Berdasarkan peta penggunaan lahan tahun 2005 teridentifikasi enam penggunaan lahan yaitu sawah, kebun, tegalan, pemukiman, semak dan hutan. Penggunaan lahan DAS Keduang didominasi penggunaan lahan sawah pada daerah yang datar di bagian hilir DAS Keduang. Sawah tadah hujan juga dijumpai di beberapa tempat dengan pola tanam padi-padipalawijabera- padipalawija. Penggunaan lahan tegalan juga banyak dijumpai pada daerah penelitian. Pada umumnya pada lahan tegalan tanaman yang diusahakan adalah tanaman kacang-kacangan, jagung dan ubi kayu. Teknik konservasi yang digunakan adalah dengan membangun teras bangku pada daerah yang berlereng tanpa penguat teras.