Penerapan Agroteknologi pada Lahan Kering di luar Kawasan Hutan

48 Penerapan agroteknologi pada lahan eksisting mampu menurunkan overlandflow dan meningkatkan baseflow walaupun tidak signifikan. Penurunan overlandflow sebesar 0,46 dan peningkatkan baseflow sebesar 0,20 dari kondisi eksisting.

5.7 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sediment Yield

Perubahan penggunaan lahan selain berpengaruh terhadap kondisi hidrologi juga berpengaruh terhadap nilai sediment yield yang dihasilkan. Hasil analisis MWSWAT terhadap sediment yield yang dihasilkan pada masing-masing skenario disajikan pada Tabel 13 untuk tahun 2004 dan Tabel 14 untuk tahun 2005. Tabel 13. Sedimen Yield untuk Masing-masing Skenario Tahun 2004 di DAS Keduang Bulan Sedimen Yield ton 2004 Kw H RTRW Agroteknologi Januari 4.591,49 3.958,34 4.549,25 964,46 Februari 1.755,81 1.417,03 1.737,22 369,47 Maret 840,55 680,67 831,97 178,57 April 101,36 53,86 98,06 22,10 Mei 66,45 18,52 62,49 12,49 Juni 81,16 13,39 75,25 13,93 Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 Agustus 4,16 4,00 4,18 1,13 September 0,00 0,00 0,00 0,00 Oktober 32,66 31,46 32,86 8,93 November 2.083,54 966,13 2.005,07 426,31 Desember 6.341,28 4.191,32 8.029,84 1.696,46 Total 15.898,46 11.334,72 17.426,19 3.693,85 Keterangan : Kw H : Kawasan Hutan, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah Tabel 14. Sedimen Yield untuk Masing-masing Skenario Tahun 2005 di DAS Keduang Bulan Sedimen Yield ton Tahun 2005 KW H RTRW Agroteknologi Januari 291,12 213,65 297,01 65,81 Februari 5.213,56 4.661,47 5.259,22 1.108,87 Maret 1.856,09 1.668,72 1..858,03 390,96 Total 7.360,77 6.543,84 7.414,26 1.565,64 Keterangan : Kw H : Kawasan Hutan, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah 49 Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan bahwa skenario dengan penerapan agroteknologi memiliki nilai sedimen yield terendah yaitu sebesar 3.693,85 tonha pada tahun 2004 dan sebesar 1.565,64 tonha untuk tahun 2005. Penurunan nilai sediment yield tersebut menunjukkan bahwa penerapan agroteknologi memiliki efektifitas dalam mengurangi jumlah sedimen yang terbawa bersama aliran. Adanya teras gulud dan teras bangku menyebabkan tanah yang terbawa oleh aliran akan terhenti dan diendapkan di sekitar guludan sehingga sedimen hasil erosi tidak hilang dari areal pertanaman. Berdasarkan hasil analisis model, walaupun diperoleh nilai NS untuk sedimen hanya berkisar 0,4 akan tetapi pada skenario 4 berupa penerapan agroteknologi pada lahan kering di luar kawasan hutan, sediment yield yang di hasilkan berkurang 77 dari skenario 1 tahun 2004 dan menurun sebesar 78,72 dari skenario 1 tahun 2005. Penurunan nilai tersebut menunjukkan bahwa faktor USLE_P atau faktor pengelolaan tanaman berupa teknik konservasi yang diterapkan merupakan faktor yang sensitif terhadap nilai sediment yield yang akan dihasilkan dengan asumsi bahwa dalam skenario 4 parameter input yang sensitif terhadap sedimen dianggap tetap dan hanya mengubah nilai USLE_P. Perubahan nilai USLE_P menunjukkan bahwa tindakan mengubah teknik konservasi agroteknologi pada lahan pertanian penting dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan erosi dengan mengurangi jumlah sedimen yang terbawa bersama aliran. Penurunan nilai sediment yield yang dihasilkan pada penerapan agroteknologi selain menunjukkan efektivitas faktor pengelolaan tanaman dalam menekan erosi, juga menunjukkan kelemahan model MWSWAT yang diduga kurang sensitif pada kondisi topografi ekstrim seperti pada daerah penelitian Gambar 12. DAS Keduang memiliki topografi datar sampai bergunung dan di dominasi oleh daerah-daerah yang memiliki kemiringan lereng lebih dari 40. Dilihat dari segi konservasi tanah dan air penerapan teras bangku pada daerah penelitian yang memiliki kemiringan lereng curam sampai sangat curam dianggap kurang efisien dikarenakan bentuk wilayahtopografi DAS Keduang yang sangat bervariasi. Akan tetapi apabila nilai parameter input untuk teras bangku 50 dimasukkan dalam analisis sedimen menggunakan model MWSWAT, model tetap memberikan nilai yang baik, yaitu berupa penurunan sediment yield yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model MWSWAT perlu diuji kembali keakuratannya untuk kondisi topografi DAS ekstrim seperti DAS Keduang. Gambar 12. Kondisi Topografi DAS Keduang

5.8 Sediment Delivery Ratio

Perkiraan hasil sedimen suatu DAS dapat didekati melalui perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen Sediment Delivery Ratio. Perhitungan besarnya SDR dianggap penting untuk menentukan perkiraan yang realistis besarnya hasil sedimen total berdasarkan perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air Asdak, 2004. SDR dipengaruhi oleh kondisi fisik DAS dan bervariasi antara DAS satu dengan DAS lainnya. Berdasarkan Tabel 15 erosi total hasil pengukuran adalah sebesar 73.580.248,11 tonhatahun, sedangkan erosi total hasil model adalah sebesar 15.898,46 tontahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa model memprediksi erosi total lebih rendah dibandingkan pengukuran di lapang. Perbedaan yang signifikan antara model dan hasil pengukuran diduga disebabkan karena parameter input