13
2.7 Model SWAT
Soil and Water Assessment Tool SWAT yang merupakan model prediksi
untuk skala DAS yang dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold untuk USDA ARS US Department of Agriculture-Agricultural Research Service. SWAT
dikembangkan untuk memprediksi dampak penggunaan lahan terhadap air, sedimen dan kandungan bahan kimia pertanian dalam kondisi DAS yang
kompleks dengan jenis tanah dan penggunaan lahan yang bervariasi dalam jangka waktu yang panjang.
Model SWAT merupakan gabungan dari beberapa model sebelumnya, diantaranya adalah model SWRRB Simulator for Water Resources in Rural
Basins , CREAMS Chemical Runoff and Erosion from Agricultural Management
System , GLEAMS Groundwater Loading Effects on Agricultural Management
Systems dan EPIC Erosion-Productivity Impact Calculator. SWAT merupakan
penggabungan model dengan Sistem Informasi Geografi SIG sehingga dampak praktek pengelolaan lahan yang dilakukan terhadap air, sedimen dan bahan kimia
pertanian yang masuk ke sungai atau badan air dapat dipetakan. SWAT merupakan model yang didasarkan pada proses fisik yang membutuhkan
informasi yang spesifik tentang iklim, tanah, vegetasi dan penggunaan lahan yang terjadi dalam suatu DAS. Proses fisik yang dimodelkan oleh SWAT berhubungan
dengan pergerakan air, pergerakan sedimen, pertumbuhan tanaman, siklus hara dan sebagainya.
Proses hidrologi dalam SWAT dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase lahan dan fase penelusuran pergerakan air. Dalam fase lahan product
function SWAT dapat digunakan untuk mengendalikan jumlah air, sedimen hara
dan pestisida yang masuk ke dalam saluran utama pada setiap sub DAS. Pada fase airpenelusuran pergerakan air transfer function SWAT dapat digunakan
untuk mensimulasikan pergerakan air, sedimen dan lainnya melalui jaringan saluran DAS menuju outlet.
SWAT dalam proses operasi modelnya mendeliniasi DAS menjadi beberapa Sub DAS yang saling dihubungkan oleh jaringan sungai dan masing-
masing Sub DAS dibagi menjadi beberapa HRU. Hydrologic Respons Unit HRU merupakan unit hidrologi lahan yang memiliki karakeristik tanah dan
14 penggunaan lahan yang spesifik. Untuk menghitung besarnya aliran permukaan
pada masing-masing HRU digunakan metode SCS Curve Number dengan memanfaatkan data curah hujan harian. Perhitungan kandungan sedimen dalam
SWAT dianalisis dengan menggunakan metode Modified Universal Soil Loss Equation
MUSLE. SWAT membutuhkan informasi data tanah, iklim dan penggunaan lahan
yang spesifik. Data iklim yang dibutuhkan oleh SWAT diantaranya adalah curah hujan harian, temperatur maksimum-minimum harian, kelembapan rata-rata,
kecepatan angin, titik embun dan radiasi matahari. Informasi data tanah yang dibutuhkan meliputi data fisik dan kimia tanah.
Sifat fisik tanah yang dibutuhkan diantaranya adalah kedalaman efektif mm, kedalaman profil tanah mm, Bulk Density gcm
3
, kandungan liat, pasir dan debu bobot, kandungan bahan kasar , moist soil albedo, Available
Water Capacity AWC, Hidroulic Conductivity mmjam, C-organik ,
infiltrasi mmjam dan permeabilitas mmjam. Data penggunaan lahan yang menjadi masukan dalam SWAT meliputi informasi mengenai penggunaan lahan
yang terjadi dan jenis tanaman yang diusahakan. Seperti halnya dengan model hidrologi lainnya, SWAT juga memiliki
beberapa keuntungan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi penggunan model hidrologi. Beberapa keuntungan yang dimiliki oleh model SWAT Neitsch et al.
2009 adalah : 1.
DAS yang memiliki keterbatasan data dapat dimodelkan. 2.
Dampak relatif dari data yang menjadi masukan dalam SWAT contoh : adanya perubahan dalam tindakan pengelolaan lahan, perubahan iklim dan
vegetasi terhadap kualitas air ataupun variabel lainnya dapat dikuantifikasi dengan baik.
3. Komputasi model yang dilakukan cukup efisien.
4. Model SWAT dapat digunakan untuk mengetahui dampak pengelolaan lahan
dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian menggunakan model SWAT telah dilakukan oleh Alibuyog et
al . 2009 di Sub DAS Manupali Filipina. Penelitian tersebut menggunakan model
ArcSWAT untuk memprediksi dampak penggunaan lahan terhadap runoff dan