2.2. Atribut Produk
Atribut produk merupakan sifat, simbol, atau tanda-tanda dari suatu produk yang meliputi pandangan luar produk, manfaat konsumen terhadap
produk yang berhubungan dengan merek produk tersebut. Atribut produk juga dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur produk yang dipandang penting
oleh konsumen dan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan pembelian. Trout 2004 memberikan definisi atribut sebagai karakteristik,
keunikan, atau fitur pembeda dari seseorang atau sesuatu. Atribut produk sangat berpengaruh terhadap reaksi konsumen akan
suatu produk. Konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi mengkombinasikan atribut produk karena suatu produk tidak dengan
sendirinya memberikan utilitas. Faktor yang membangkitkan utulitas adalah karakteristik produk yang dikenal sebagai atribut produk.
Yang membuat seseorang atau sebuah produk menjadi unik adalah keterkenalannya atas salah satu atribut yang dimilikinya. Misalnya, mobil
Toyota Kijang terkenal dengan luasnya tempat sehingga dipersepsikan bagus oleh konsumen yang sering bepergian dengan keluarga besar.
2.3. Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, atau usaha
untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat, harga, dan waktu yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat Assauri, 2007. Strategi pemasaran adalah himpunan azas yang secara tepat, konsisten
dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang dituju dalam jangka panjang dan tujuan perusahaan jangka panjang, dalam
situasi persaingan tertentu. Dalam strategi pemasaran ini, terdapat strategi acuan berupa bauran pemasaran marketing mix, yang menetapkan
komposisi terbaik dari empat komponen pemasaran untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan. Keempat komponen bauran pemasaran tersebut dikenal
8
sebagai konsep 4 P yang terdiri dari : strategi produk product, strategi harga price, strategi saluran distribusi place, dan strategi promosi
promotion Kotler, 2000.
2.3.1. Strategi Pengembangan Merk
Seringkali terjadi dilema dalam pemilihan merk ketika perusahaan akan meluncurkan produk baru. Dilema yang muncul adalah apakah
perusahaan akan menggunakan merk yang sudah ada atau menggunakan merk baru bagi produk yang akan diproduksinya. Dilema ini sering terjadi
karena pemasar menganggap merk lama akan lebih kuat dibanding dengan merk baru. Sementara itu ada yang berpendapat bahwa merk lama yang
gagal di pasar tidak dapat digunakan lagi bagi produk-produk perusahaan Royan, 2007.
Pemasar juga menginginkan merk baru agar produk yang diluncurkan berhasil di pasar. Pemilihan merk baru dan merk lama ini
seringkali menghambat kelangsungan hidup produk, oleh sebab itu dibutuhkan strategi dalam mengembangkan merk suatu produk. Terdapat
tiga strategi dalam mengembangkan merk, antara lain : line extension, brand leveraging
, dan flanker brand. Line extension
adalah penambahan varian lain pada nama merk yang sudah ada pada kategori produk yang sama. Brand leveraging adalah
penggunaan nama merk yang sama untuk masuk pada kategori produk yang baru. Flanker brand adalah penggunaan nama merk baru pada
kategori produk yang sudah ada Royan, 2007.
2.3.1.1. Line Extension
Produk yang dikembangkan dengan metode line extension akan mempertahankan merk yang sudah ada meskipun produk mungkin
dikembangkan baik kemasan, isi dan bentuknya, sedangkan produk tetap berada dalam kategori yang sama. Misalnya insektisida untuk hama
wereng yang tadinya dikemas dalam bentuk cairan diubah menjadi bentuk
9
serbuk, kemasan yang tadinya dalam botol diubah menjadi sachet, tetapi tetap dipasarkan dengan merk yang sama Royan, 2007.
Merk produk bisa menggunakan merk lama yang telah eksis. Bagi konsumen sebenarnya merk lama bukanlah merk yang sangat asing, oleh
sebab itu produk lama memiliki keunggulan yang sangat baik. Pertama, konsumen dapat mengenali secara langsung merk yang sudah ada sebab
merk lama akan menjadi acuan persepsi konsumen. Dengan demikian komunikasi produk dapat dilakukan dengan cepat. Kedua, perusahaan
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk meluncurkan produk baru. Ketiga, waktu yang digunakan perusahaan dalam membangun merk lebih
singkat dibanding dengan menggunakan merk baru. Keempat, adanya kemudahan bagi manajemen jika menggunakan merk lama dalam perijinan
maupun dalam peningkatan manajemen mutu . Namun juga terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan apabila
perusahaan memutuskan untuk menggunakan merk lama : pertama, merk produk tersebut sebelumnya ternyata tidak berhasil di pasar. Kedua, merk
produk lama tidak cocok dengan produk yang akan diproduksinya, misalnya merk insektisida tidak mungkin akan diberikan kepada produk
herbisida. Ketiga, merk lama ternyata hanya berhasil pada wilayah pemasaran tertentu saja sehingga untuk wilayah lain merk tersebut telah
gagal di pasar.
2.3.1.2. Brand Leveraging
Brand leveraging yaitu penggunaan merk yang sama untuk produk
yang berkategori baru. Namun juga perlu diingat kategori produk baru pun tidak akan sejalan dengan strategi ini jika menggunakan merk yang sama
pada kategori produk yang berbeda. Misalnya insektisida produk PT Agricon merk Spontan, tidak mungkin akan digunakan untuk produk
rodentisida dengan merk yang sama. Strategi brand leveraging sebenarnya memiliki tujuan untuk
mempermudah konsumen mengetahui dengan cepat produk tersebut diproduksi oleh perusahaan apa. Dengan demikian perusahaan tidak
10
membutuhkan waktu yang lama untuk mengedukasi konsumen agar sadar terhadap merk baru. Perusahaan juga dapat mengangkat produk ke pasar
melalui merk yang sudah eksis. Merk yang sudah eksis akan menjadi pemandu produk baru kepada konsumennya. Strategi di atas betujuan
untuk meminimalkan biaya dalam pembuatan merk.
2.3.1.3. Flanker Brand
Strategi flanker brand adalah menggunakan nama yang benar-benar baru pada suatu merk produk pada kategori produk yang sudah ada.
Syaratnya produk yang dikembangkan merupakan produk dalam kategori yang sama atau produk yang sudah ada sebelumnya Royan, 2007.
Memilih merk atau membangun merk tidak lepas dari keinginan para pemasar atau produsennya. Bagi produsen yang benar-benar
menginginkan produknya dapat dipasarkan dengan baik dan berhasil akan tidak segan-segan menggunakan jasa konsultan merk untuk menciptakan
produk barunya. Beberapa keunggulan menggunakan konsultan merk : pertama, konsultan merk telah berpengalaman mengenai penciptaan merk,
dimana merk akan menentukan keberhasilan suatu produk di pasar. Kedua, sebelum menciptakan merk konsultan merk melakukan riset terhadap
berbagai merk yang ada di pasar. Ketiga, konsultan merk memiliki pengalaman yang cukup baik dalam menangani merk yang cukup
komunikatif sehingga dapat menunjang keberhasilan produk di pasar. Dalam meluncurkan produk sekaligus merk baru, terdapat beberapa
faktor yang menjadi hambatan bagi perusahaan, antara lain : pertama, biaya konsultasi merk sangat mahal karena untuk mendapatkan merk yang
signifikan dan menjual harus dikonsultasikan dengan kosultan merk. Kedua, biaya edukasi merk sangat tinggi karena perusahaan harus banyak
mengeluarkan biaya iklan. Ketiga, perusahaan membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam mengelola merknya. Keempat, perusahaan akan
menerima resiko yang cukup besar jika produk baru ternyata tidak sukses di pasar. Kelima, perusahaan sulit mendapatkan saluran distribusi dan
11
mitra kerja sama. Keenam, produk akan kesulitan melakukan penetrasi awal di pasar karena bukan merupakan pemimpin pasar.
Jika menggunakan merk baru, tidak menutup kemungkinan penggunaan merk adalah bentuk asosiasi dengan sebutan yang ada
sebelumnya. Beberapa perusahaan memberikan merk pada produknya dengan cara mengambil nama-nama benda maupun nama-nama
sekelompok orang atau hal-hal lain yang sudah dikenal masyarakat. Sementara itu jika ingin menciptakan merk sesuai dengan ide atau
idealisme pemilik usaha merk produk dapat diciptakan dengan cara : merk pilihan sendiri yang mudah dieja, mudah diingat, mudah dihafal, dan lain
sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih nama merk, yaitu : 1 jangan menggambarkan produk tapi membedakan.
Kesalahan terbesar adalah memuat terlalu banyak deskripsi dalam nama merk. Sebuah merk seharusnya tidak menggambarkan tetapi memiliki
kemampuan untuk menunjukkan esensi karakter khas dari sebuah produk agar efektif. Nama yang terlalu singkat atau terlalu deskriptif tidak akan
memiliki kemampuan untuk menjadi merk yang efektif; 2 sebaiknya hindari kumpulan huruf. Nama dari huruf yang disingkat tidak akan
memiliki arti karena akan mudah dilupakan konsumen dan membutuhkan biaya promosi yang besar. Nama yang berupa kata-kata akan lebih mudah
diingat oleh konsumen; 3 jangan memilih merk melalui riset. Riset memang sangat penting dalam menguji nama-nama yang tidak boleh
digunakan, tetapi harus diingat bahwa tidak ada yang memahami produk dan positioning lebih baik dari produsen sendiri; 4 nama yang berhasil
pada awalnya adalah nama kontroversial. Ketika memilih nama, cari sesuatu yang unik dan mengejutkan konsumen; 5 nama merk harus jelas,
merk dengan satu kata adalah paling efektif. Nama yang terlalu panjang dan terdiri dari banyak kata hanya akan mengarah pada singkatan. Ketika
konsumen telah menyingkat nama merk, maka produsen telah kehilangan kontrol atas nama merknya Royan, 2007.
12
2.3.2. Segmentasi, Targeting dan Positioning
2.3.2.1. Segmentasi
Segmentasi pasar merupakan sebuah proses dimana produsen membagi pasar menjadi sejumlah kelompok konsumen yang
memerlukan kebutuhan serupa. Keseluruhan kelompok ini cenderung untuk merespon dengan cara yang sama terhadap tampilan fisik dan
fungsi dari sebuah produk. Tujuan segmentasi yaitu membuat produk dan perusahaan menjadi responsif terhadap segala kebutuhan dari sub
atau segmen pasar. Produsen sebaiknya sensitif terhadap perubahan kebutuhan, sikap dan nilai dari konsumen. Dalam sebuah pasar terdapat
banyak kelompok atau segmen masyarakat yang akan memperoleh lebih banyak manfaat dari suatu produk, dibanding produk dari perusahaan
lain yang sejenis. Dengan demikian produsen harus memilah produk baru mana yang akan diproduksinya untuk memenuhi kebutuhan
kelompok masyarakat tersebut. Konsumen potensial yang terdapat dalam pasar perlu dibagi
menjadi beberapa segmen. Produsen dapat membagi segmen pasarnya berdasarkan faktor geografis, usia, jumlah keluarga atau pekerjaan.
Pasar juga dapat dikelompokkan berdasarkan status sosial, gaya hidup, atau perbedaan manfaat dan kegunaan yang dicari oleh para konsumen
dari produk yang ditawarkan Kartajaya, 2003.
2.3.2.2. Targeting
Setelah melakukan segmentasi, yaitu membagi konsumen ke dalam kelompok yang lebih homogen, produsen harus menentukan
sasaran konsumen dalam kelompok yang homogen. Produsen atau pemasar memang tidak bisa melayani satu persatu konsumen yang
homogen karena dalam kelompok konsumen yang homogen tersebut masih perlu dikelompokkan dalam cluster, terutama pada produk yang
masih beragam. Produsen atau pemasar melakukan segmentasi dan targeting untuk
menetapkan secara pasti bahwa produknya dapat diterima sesuai dengan
13
karakteristik konsumen di masing-masing segmen. Kemudian segmen ini terbagi lagi ke dalam cluster yang lebih kecil, yang kemudian
dimasukkan dalam kelompok targeting. Jika pemasar salah dalam melakukan segmentasi dan targeting, maka strategi lain yang telah
ditetapkan akan terpengaruh dan berakibat fatal pada merk. Targeting
adalah salah satu upaya pemasar untuk memahami konsumen dengan melakukan pendekatan yang komprehensif.
Kesalahan dalam targeting dapat dilihat dari tiga indikator berikut : pertama, jumlah penjualan tidak sesuai dengan harapan; kedua, jumlah
retur pengembalian produk dan keluhan konsumen meningkat; ketiga, pembayaran saluran distribusi mengalami hambatan Kartajaya, 2003.
2.3.2.3. Positioning
Positioning yaitu menempatkan produk pada pasar yang agak
berbeda dengan produk pesaing. Tujuan dari positioning yaitu untuk menciptakan citra yang berbeda guna memperkenalkan produk di benak
konsumen. Positioning di pasar sebaiknya berdasarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan manfaat produk yang secara jelas
berbeda dengan yang diberikan oleh para pesaing Bloom dan Boone, 2006.
Terdapat beberapa cara memposisikan sebuah produk mengacu pada kemampuan perusahaan dalam memberikan manfaat terhadap
suatu produk. Pertama, positioning produk yang mengacu pada harga produk pesaing. Kedua, positioning produk berdasarkan isi produk.
Ketiga, positioning produk melalui nilai produk. Keempat, positioning produk berdasarkan kemasan produk.
Aacker 2004 menyebutkan beberapa cara dalam melakukan positioning
, yaitu : 1.
Penonjolan karakteristik produk, yaitu menonjolkan salah satu keistimewaan produk. Karakteristik produk dapat dibagi menjadi
tiga kriteria, yaitu : kriteria yang berhubungan dengan sifat fisik produk, karakteristik fisik semu berupa penonjolan karakter yang
14
tidak dapat diukur atau dilihat seperti halnya karakteristik fisik, dan keuntungan konsumen.
2. Penonjolan harga dan mutu, konsumen akan mempersepsikan harga
yang tinggi sebagai produk yang berkualitas bagus dan sebaliknya. 3.
Penonjolan penggunaannya, yaitu mengaitkan dengan penggunaan oleh konsumen, misalnya PT Agricon mempersepsikan insektisida
merk Spontan kepada konsumen untuk membasmi hama kumbang kelapa, padahal sebenarnya komposisinya sama dengan insektisida
untuk membasmi hama sundep dan beluk pada tanaman padi. 4.
Positioning menurut pemakainya, yaitu mengaitkan produk yang dipakai oleh seorang public figure.
5. Positioning menurut kelas produk, yaitu mengaitkan pada kelas
produk lainnya. 6.
Positioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya, yaitu menonjolkan simbol-simbol budaya untuk memberikan citra yang
berbeda terhadap produk pesaing. 7.
Positioning langsung terhadap pesaing dengan mengacu pada kedudukan produsen terhadap produk-produk pesaingnya.
2.3.3. Penetapan Harga Produk
Dalam konteks bisnis, harga diarikan sebagai jumlah uang tertentu yang diserahkan pembeli kepada penjual untuk memperoleh sejumlah
barang atau jasa tertentu. Harga juga merupakan sarana untuk mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan jangka pendek atau menengah
Kleinsteuber dan Sutojo, 2007. Menurut Bloom dan Boone 2006, tujuan penetapan harga yaitu :
1. memaksimalkan laba perusahaan, 2. Memperoleh pangsa pasar, dan 3.memperoleh keuntungan investasi dari usaha. Meskipun demikian
sebenarnya produsen menjumpai paradoks dalam aspek penetapan harga, yaitu menetapkan harga tinggi agar diperoleh laba maksimal,
atau menetapkan harga rendah agar dapat bersaing di pasar.
15
Produsen yang baik tidak bersaing dengan harga. Mereka bersaing pada kualitas produk, inovasi produk, diferensiasi pelayanan, kreativitas
iklan, tenaga penjualan, layanan teknis, lokasi toko, kemampuan menjual dan sikap pegawai. Produsen yang baik berjuang untuk
menyediakan nilai dan percaya pada penetapan harga berdasarkan nilai Fox, 2007. Beberapa metode penetapan harga yang sering digunakan
produsen yaitu : 1. penetapan harga plus laba, 2. price skimming, 3. harga penetrasi, dan 4. prestige pricing Royan, 2007.
Metode penetapan harga yang paling umum adalah harga plus laba. Harga ditentukan dengan cara menambahkan persentase tertentu untuk
memperoleh keuntungan terhadap biaya produksi rata-rata. Biaya produksi merupakan total biaya tetap ditambah dengan biaya variabel
dan dibagi dengan keseluruhan produk yang terjual. Biaya tetap merupakan biaya tambahan yang tidak berubah karena penambahan
volume produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan pengeluaran yang dapat berubah berdasarkan volume produksi Royan, 2007.
Price skimming berarti menetapkan harga tinggi guna
memaksimalkan pengembalian dana awal sebelum memenuhi segmen pasar yang lebih sensitif terhadap harga. Price skimming lebih tepat
dilaksanakan bila terdapat kondisi sebagai berikut : 1 Produsen memiliki produk yang berbeda dan unik serta hanya terdapat sedikit
pesaing, 2 Produsen belum merasa yakin terhadap harga yang harus ditetapkan, 3 Produsen memiliki kapasitas produksi yang terbatas, 4
Produsen memasuki segmen pasar yang secara relatif tidak sensitif terhadap harga, 5 Digunakan sebagai strategi promosi, 6 Terdapat
persaingan yang tidak berbahaya, 7 Produk memiliki kualitas tinggi, dan 8 Terdapat skala ekonomi dalam menghasilkan lebih banyak
produk Royan, 2007. Harga penetrasi memiliki tujuan agar konsumen membeli lebih
banyak produk dengan harga lebih murah dari produk pemimpin pasar atau agar produk dapat mencapai pasar dalam waktu singkat. Penetrasi
harga hanya mungkin dilakukan jika : 1 Konsumen sensitif terhadap
16
harga, 2 Biaya produksi per unit dapat diturunkan dengan memproduksi lebih banyak produk, dan 3 Produk dengan harga rendah
dapat memancing persaingan sebelum produsen memasuki pasar Royan, 2007.
Prestige pricing berarti menetapkan harga produk lebih tinggi
daripada harga pesaing guna menjual kualitas citra produk atau status produk Metode penetapan harga ini hanya sesuai untuk produk mewah
karena pertimbangan gengsi pemiliknya, dan kurang cocok diterapkan untuk produk consumer good karena konsumen jenis produk ini pada
umumnya sensitif dengan over pricing Royan, 2007.
2.3.4. Saluran Distribusi
Dalam membangun saluran distribusi channel of distribution terdapat dua kondisi yang harus diketahui. Pertama, perusahaan
memang baru memulai dalam memasarkan produknya. Kedua, perusahaan adalah perusahaan yang sudah eksis dan akan meluncurkan
produk baru. Infrastruktur yang paling penting dalam memasarkan produk baru adalah saluran distribusi, dimana di dalamnya terdiri dari
pilihan konsumen yang dibidik, luasan wilayah pemasaran, partner kerja sama dalam memasarkan produk, personal dalam memasarkan produk,
armada yang mengirim produk, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan membangun saluran distribusi Royan, 2007.
Luasnya wilayah pemasaran tergantung kepada visi dan misi perusahaan, apakah perusahaan memiliki visi ingin menjadi produsen
secara lokal, nasional, regional maupun internasional. Selain itu apakah misi perusahaan akan menyediakan produk tertentu dengan kualitas
prima bagi konsumennya, dimana hal ini juga menyangkut kuantitas produk yang dibuat.
Dalam membangun saluran distribusi, dikenal dua metode yaitu 1 membangun saluran distribusi milik sendiri, dan 2 membangun saluran
distribusi dengan cara melakukan kerja sama dengan distributor milik orang lain. Membangun saluran distribusi sendiri sering menjadi
17
pilihan konsumen karena : 1 produsen tidak yakin menyerahkan produknya kepada orang lain, 2 produsen tidak yakin dengan
kestabilan harga produk di pasar, dan 3 produsen merasa yakin dengan manajemennya sendiri terutama dalam membangun merk produk
Royan, 2007. Keunggulan membangun saluran distribusi sendiri yaitu : 1 dapat
menstabilkan harga, 2 secara manajemen setiap cabang dapat dikendalikan oleh manajemen sendiri sehingga proses pemasaran dan
penjualan perusahaan dapat berkesinambungan dan 3 terdapat sinergi yang cepat dan akurat ketika sedang melakukan launching produk baru.
Sedangkan kelemahannya yaitu : 1 biaya operasional akan sangat tinggi jika volume penjualan setiap cabang tidak memenuhi target
minimal agar perusahaan berada dalam kondisi titik impas break even pointBEP
. Metode kedua yaitu membangun saluran distribusi dengan cara
bekerja sama dengan distributor milik orang lain. Membangun saluran distribusi dengan metode ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti :
1 memberikan diskon kepada distributor partner kerja sama, 2 menempatkan personel pada distributor sebagai perwakilan, 3
membantu promosi dengan berbagai program promosi, 4 meminta garansi bank sebagai jaminan dan 5 menggunakan MoU memorandum
of understanding nota kesepahaman sebagai perangkat hukum dalam
bekerja sama. Distributor adalah perusahaan atau perorangan yang bertindak
sebagai perantara antara perusahaan manufaktur dan pengecer. Distributor mengadakan pergudangan untuk menyimpan barang
dagangan, yang seringkali dibeli dari banyak perusahaan manufaktur berbeda untuk didistribusikan kepada grosir maupun pengecer Toffler
dan Imber, 2002. Jika perusahaan menggunakan distributor sebagai mitra kerja
sama, maka yang harus dilakukan adalah mencari distributor yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan perusahaan. Kotler 2000
18
menyarankan untuk menggunakan konsep 3 C Competency, Capital dan Coverage. Competency merupakan kemampuan distributor yang
dinilai dari aspek kemampuan menjual produk. Capital adalah kemampuan finansial distributor, apakah selama bekerjasama dengan
berbagai prinsipal, distributor tersebut selalu tepat waktu dalam melakukan pembayaran. Coverage adalah seberapa luas wilayah kerja
distributor. Disamping itu faktor lain yang harus diperhatikan bagi produk baru dalam memilih distributor adalah 1 jumlah prinsipal yang
ia tangani, karena jika terlalu banyak maka kemungkinan kecil distributor tersebut akan fokus dalam mengelola produk baru, dan 2
produknya harus satu lini dengan produk baru.
2.3.5. Promosi
Promosi merupakan usaha produsen untuk mempengaruhi para konsumen dan menciptakan permintaan terhadap produk Assauri,
2007. Promosi sebagai salah satu unsur dari konsep bauran pemasaran, dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran secara keseluruhan, serta
direncanakan akan diarahkan dan dikendalikan dengan baik, diharapkan dapat berperan secara berarti dalam meningkatkan penjualan produk.
Kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan merupakan penggunaan kombinasi yang terdapat dari unsur-unsur atau peralatan
promosi, yang mencerminkan pelaksanaan kebijakan promosi dari perusahaan tersebut. Kombinasi dari unsur-unsur atau peralatan
promosi disebut sebagai bauran promosi promotional mix, yang terdiri dari advertensi, personal selling, promosi penjualan sales promotion,
dan publisitas publicity. Advertensi merupakan suatu bentuk penyajian dan promosi dari
gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang bersifat non personal. Media yang sering digunakan dalam advertensi
ini adalah radio, televisi, majalah, surat kabar dan papan reklame. Personal selling
merupakan penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan dengan seseorang atau lebih calon pembeli dengan tujuan
19
merealisasikan penjualan. Publisitas publicity merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara non personal dengan
membuat, baik yang berupa berita yang bersifat komersial tentang produk tersebut di dalam media cetak atau tidak, maupun hasil
wawancara yang disiarkan dalam berita tersebut. Promosi penjualan sales promotion merupakan segala kegiatan pemasaran selain personal
selling , advertensi dan publisitas, yang merangsang pembelian oleh
konsumen dan keefektifan agen seperti pameran, pertunjukan, demonstrasi dan segala usaha penjualan yang tidak dilakukan secara
teratur atau kontinyu Assauri, 2007.
2.4. Tanaman Kubis
Kubis atau kol Brassica oleracea merupakan tanaman semusim atau lebih berbentuk perdu yang berbatang pendek dan beruas-ruas, berakar
tunggang dengan akar sampingnya sedikit tetapi dangkal. Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak, dimana daun yang muncul terlebih dahulu
menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya sampai membentuk krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna putih.
Bunganya tersusun dalam tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning spesifik Sunarjono, 2007.
Pada umumnya kubis hanya baik jika ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m dpl. Akan tetapi terdapat varietas kubis yang
dapat ditanam di dataran rendah, misalnya kubis putih hybrid K-Y cross dan K-K cross. Buah kubis bulat panjang menyerupai polong, polong muda
berwarna hijau, setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah. Tanaman kubis sukar berbunga di Indonesia karena memerlukan suhu rendah antara 5
– 10
o
C selama satu bulan atau lebih. Bijinya kecil berbentuk bulat dan berwarna kecokelatan dan menempel pada dinding bilik tengah polong.
Kubis dikonsumsi dalam bentuk daun, umbi, bunga, dan krop daun yang menggulung terpusat ke dalam. Kubis berdaun hijau banyak
mengandung vitamin C, sedangkan kubis berwarna putih merupakan sumber vitamin A dan kubis bunga merupakan sumber vitamin B.
20
Jenis kubis yang bayak dibudidayakan di Indonesia yaitu kubis krop, kubis daun, kubis umbi, kubis tunas, dan kubis bunga. Kubis krop kubis
telur atau yang terkenal dengan istilah kubis putih Brassica oleracea L. var. capitata L.
berdaun membentuk krop, yang menutup satu sama lain hingga warna krop menjadi putih. Krop kubis putih tersebut besar dan padat
kompak sehingga tahan untuk pengiriman arak jauh. Varietas yang termasuk jenis kubis putih diantaranya yaitu K-K cross, K-Y cross, hybrid
21, R.v.E, yoshin, pujon, segon, kopenhagen market dan kubis merah. Varietas kubis telur yang dianjurkan untuk ditanam yaitu hybrid 21, hybrid
31, hybrid K-K cross, dan hybrid K-Y cross yang semuanya berasal dari Jepang. Varietas lainnya yang dianjurkan untuk ditanam yaitu hybrid 368
dari Australia. Varietas kubis putih lokal seperti pujon, segon, dan yoshin kurang populer karena kropnya keropos dan lunak.
Jenis kubis lainnya yaitu kubis tunas atau kubis babat. Kubis tunas Brassica oleracea L. var. Bullata DS biasanya membentuk krop, bahkan
tunas sampingnya pun dapat membentuk krop kecil, sehingga dalam satu pohon terdapat beberapa krop kecil. Varietas yang termasuk ke dalam jenis
kubis tunas diantaranya brusselsprout Brassica oleracea gemmifera DC, misalnya pearl, garmet, jasper, dan jade cross.
Kubis umbi Brassica oleracea L. var. gongylodes L. pada bagian dasar batang di bawah tanah atau di atas tanah membesar hingga merupakan umbi
besar. Kubis ini memiliki beberapa varietas, salah satunya kol rabi yang diperbanyak dengan biji, yaitu white vienna.
Jenis kubis yang terakhir yaitu kubis bunga Brassica oleracea L. var. botrytis. L.
. Jenis kubis ini bakal bunganya mengembang dan membentuk masa bunga. Bunga tersebut berbentuk kerucut terbalik berwarna putih
kekuning-kuningan. Beberapa contoh varietasnya yaitu snowball dan snowpeak Sunarjono, 2007.
Salah satu jenis penyakit menular melalui media tanah yang sangat penting pada tanaman kubis-kubisan di seluruh dunia yaitu penyakit akar
gada club root yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor.
21
Penyakit ini juga sering disebut sebagai penyakit akar pekuk atau penyakit akar bengkak Cicu, 2006.
P. brassicae dianggap sebagai pseudo fungi atau organisme yang
menyerupai fungi. Siklus penyakit diawali dengan perkecambahan satu zoospora primer dari satu spora rehat haploid di dalam tanah. Zoospora
primer ini mempenetrasi rambut akar dan selanjutnya masuk ke dalam sel inang. Akibatnya, protoplas yang berinti satu terbawa masuk ke dalam sel
inang. Kemudian terjadi pembelahan sel secara miosis dan pembentukan plasmodium primer oleh protoplas. Setelah mencapai ukuran tertentu yang
bergantung pada ukuran sel epidermis inang, plasmodium primer membelah menjadi beberapa bagian yang kemudian berkembang menjadi zoosporangia.
Setiap zoosporangia mengandung 4 atau 8 zoospora sekunder yang dapat terlepas melalui lubang atau pori-pori pada dinding sel inang. Zoospora
sekunder dapat menginfeksi kembali rambut akar, yang menyebabkan perkembangan aseksual patogen menjadi cepat. Setelah miosis akan
terbentuk inti diploid baru, yang kemudian berkembang menjadi spora rehat haploid dan terlepas masuk ke dalam tanah ketika akar yang sakit rusak.
Perkecambahan spora terjadi pada pH 5,50 - 7,50 dan tidak berkecambah pada pH 8. Kisaran suhu bagi perkembangan patogen yaitu
17,80 – 25,00
o
C dengan suhu minimum 12,20
o
C dan maksimum 27,20
o
C. Tingkat infeksi juga ditentukan oleh jumlah spora rehat patogen. Suspensi
yang mengandung paling sedikit 10
6
– 10
8
sel spora setiap ml sangat efektif untuk melakukan infeksi.
Gejala infeksi P. brassicae yang tampak di atas permukaan tanah yaitu daun-daun tanaman layu jika hari panas dan kering, kemudian pulih kembali
pada malam hari, serta kelihatan normal dan segar pada pagi hari. Jika penyakit berkembang terus, daun-daun menjadi kuning, tanaman menjadi
kerdil dan mungkin mati. Pembengkakan akar merupakan ciri khas penyakit akar gada. Bentuk dan letak penyakit akar gada bergantung pada spesies
inang dan tingkat infeksi. Akar yang membengkak akan semakin besar dan biasanya hancur sebelum musim tanam karena serangan bakteri dan serangan
22
cendawan lain. Apabila infeksi terjadi pada akhir musim tanam, ukuran akar gada biasanya kecil dan tanaman masih dapat bertahan hidup.
Menurut Cicu 2006, kerugian yang disebabkan oleh P. brassicae pada kubis di Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan mencapai
50 sampai 100 . Di Indonesia penyakit ini menyebabkan kerusakan pada lahan kubis rata-rata sebesar 88,60 dan pada tanaman caisin antara 5,42
sampai 64,81 . Tingkat produksi tanaman kubis seringkali dipengaruhi oleh serangan patogen P. brassicae yang menyebabkan bengkak pada akar.
Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Jika tanah sudah
terinfestasi oleh P. brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman famili Brassicaceae karena
patogen ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah.
Penyakit akar gada pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1950 di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Pada musim hujan tahun 1975-1976
penyakit tersebut juga ditemukan di Kebun Percobaan Balitsa Deptan di Lembang. P. brassicae telah menyebar di daerah Sumatera Utara, Jawa
Tengah dan terutama di Jawa Barat. Pada tahun 1988 P. brassicae bahkan telah ditemukan pada tanaman petsai di daerah Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Saat ini penyakit tersebut telah menyebar ke daerah-daerah penghasil kubis dan tanaman dari famili Brassicaceae lainnya.
Patogen dapat terpencar di alam melalui tanah dengan berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat
pemindahan dari persemaian ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin, dan melalui pupuk kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui
kontaminasi permukaan biji dengan tanah yang terinfeksi. Selain itu sejumlah tanaman cruciferae liar dan beberapa tanaman inang lain yang
rentan terhadap penyakit akar gada dapat menjadi tempat bertahan hidup patogen pada saat tanaman budi daya tidak ada.
Berbagai upaya penanggulangan penyakit akar gada telah dilakukan, antara lain perbaikan drainase, perlakuan tanah, perlakuan benih,
23
penggunaan varietas resisten, penggunaan bahan kimia dan pemanfaatan mikroorganisme antagonis.
2.5. Pestisida