Pembangunan Model Sistem Dinamik

5.5 Simulasi Model

Pada skenario-skenario yang dibuat, tinggi muka air yang digunakan adalah tinggi muka air maksimum tertinggi yang menyebabkan kejadian banjir di DAS Ciliwung Hilir. Perubahan penutupan lahan akan dicoba disimulasikan terhadap kemungkinan banjir tersebut. Sebagai acuan ketinggian muka air, maka ditetapkan nilai 850 cm sebagai indikator level aman sehingga banjir diharapkan tidak terjadi. Pada penelitian ini skenario akan dibagi menjadi tiga skenario. Untuk kondisi saat ini, berdasarkan data pembebasan lahan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diperoleh laju peningkatan ruang terbuka hijau rata-rata 0.04 per tahun. Data pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang didapat dari BPS Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk saat ini sebesar 1.41 per tahun. Kebijakan perbaikan sungai baik yang dilakukan oleh Kementria PU maupun Dinas PU Tata Air Provinsi DKI Jakarta telah dilakukan sejak tahun 2012 berupa pembuatan pancang beton di tepian kali untuk memperkuat struktur. Hingga tahun 2014, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas PU Tata Air besarnya laju perbaikan sungai adalah 0.1 . Berdasarkan informasi yang diperoleh, maka nilai atau besaran laju tersebut dapat dijadikan acuan dalam membuat skenario kebijakan, Pada penelitian ini skenario akan dibagi menjadi tiga skenario. yang disusun adalah sebagai berikut : a. Skenario 1 existing scenario, yaitu laju peningkatan area hijau sebesar 0.04, laju pertumbuhan penduduk 1.41 dan kebijakan perbaikan badan air 0.1. b. Skenario 2, yaitu penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 1, laju pertumbuhan penduduk 1.2 dan kebijakan perbaikan badan air 0.1. c. Skenario 3, yaitu penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 2, laju pertumbuhan penduduk 1 dan kebijakan perbaikan badan air sebesar 0.2.

5.6 Hasil Simulasi Sistem Dinamik

Hasil simulasi pada skenario 1 menunjukkan bahwa tutupan lahan terbuka terus mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi lahan terbangun. Sekitar 197.30 ha lahan terbuka dari 198.90 ha lahan terbuka di awal simulasi menjadi 1.6 ha di akhir simulasi terkonversi menjadi lahan terbangun. Selain lahan terbuka, area hijau juga terus mengalami pengurangan dan terkonversi menjadi lahan terbangun. Luasan yang terkonversi adalah 96.70 ha dengan luasan awal simulasi adalah 475.16 ha menjadi 325.26 ha di akhir simulasi. Konversi kedua penutupan lahan ini disebabkan oleh kondisi kondisi lereng yang datar dan pertumbuhan penduduk. Hasil penelitian Arkham 2014 menyatakan bahwa semakin datar lereng, maka semakin besar kemungkinan perubahan tutupan lahan. Lebih lanjut, salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dalam suatu kota adalah bentuk lereng di mana semakin datar maka peluang untuk berubah khususnya menjadi area pemukiman semakin besar. Pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi perubahan penutupan lahan di DAS Ciliwung. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan salah satunya adalah faktor kependudukan. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk tersebut maka dapat diindikasikan bahwa kegiatan sosial ekonomi berkembang yang 1500 3000 4500 6000 2010 2020 2030 2040 2050 Lu as Tu tp an L ah an h a Skenario 1 Lahan Terbuka Badan Air Lahan Terbangun Area Hijau 1500 3000 4500 6000 2010 2020 2030 2040 2050 Lu as Tu tu p an L ah an h a Skenario 2 Lahan Terbuka Badan Air Lahan Terbangun Area Hijau 1500 3000 4500 6000 2010 2020 2030 2040 2050 Lu as Tu tp an L ah an h a Skenario 3 Lahan Terbuka Badan Air Lahan Terbangun Area Hijau menuntut pemenuhan kebutuhan perumahan dan fasilitas pelayanan perkotaan lainnya. Pada skenario 1 ini, tinggi muka air hasil akhir simulasi sebesar 1273 cm yang berarti bahwa kondisi lapangan berada pada status siaga 1 950 cm sehingga menyebabkan banjir yang sangat besar. Hal ini dikarenakan ketika terjadi hujan, air tidak dapat meresap ke dalam tanah akibat penutupan lahan didominasi oleh area terbangun sebesar 5855.58 ha atau sekitar 90.61 dari total luasan DAS. Gambar 22 Grafik luasan area tutupan lahan pada berbagai skenario Pada skenario 2 menunjukkan bahwa lahan terbuka terkonversi menjadi badan air, lahan terbangun dan ruang terbuka hijau. Sekitar 195.03 ha lahan terbuka dari 198.90 ha di awal simulasi menjadi 3.87 ha di akhir simulasi terkonversi menjadi badan air, lahan terbangun dan ruang terbuka hijau. Besarnya luasan lahan terbuka terkonversi adalah 53.20 ha menjadi badan air, 97.32 ha menjadi lahan terbangun dan 44.52 ha menjadi area hijau. Konversi ini dikarenakan adanya kebijakan untuk tetap mempertahankan luasan badan air agar tidak terkonversi. Selain itu ditetapkan pula kebijakan untuk meningkatkan luasan ruang terbuka hijau yang semula 0.04 menjadi 1 sehingga usaha untuk mencapai RTH yang ideal bisa tercapai. Pada tutupan lahan terbangun, peningkatan luasan lebih rendah dibandingkan skenario 1 karena pada skenario ini ditetapkan juga kebijakan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang semula 1.41 menjadi 1.2. Tinggi muka air yang dicapai pada akhir simulasi sebesar 1025 cm dan pada kondisi ini ternyata belum mampu untuk menurunkan tinggi muka air pada level aman 850 cm. Pada skenario ini, luasan lahan terbangun adalah 5658.90 ha atau 87.57 dari total luasan DAS Ciliwung Hilir. Hasil simulasi pada skenario 3 menunjukkan bahwa lahan terbuka dan lahan terbangun terkonversi menjadi badan air dan ruang terbuka hijau. Sekitar 195.1 ha lahan terbuka dari 198.90 ha di awal simulasi menjadi 3.80 ha di akhir simulasi terkonversi menjadi badan air dan ruang terbuka hijau. Besarnya luasan lahan terbuka terkonversi adalah 53.20 ha menjadi badan air dan 141.90 ha menjadi ruang terbuka hijau. Sedangkan luasan lahan terbangun yang terkonversi menjadi ruang terbuka hijau adalah 90.73 ha dari 5561.58 ha menjadi 5470.85 ha di akhir simulasi. Konversi ini dikarenakan adanya kebijakan untuk tetap mempertahankan luasan badan air agar tidak terkonversi. Selain itu ditetapkan pula kebijakan untuk meningkatkan luasan ruang terbuka hijau yang semula 0.04 menjadi 2 sehingga usaha untuk mencapai RTH yang ideal bisa tercapai. Pada tutupan lahan terbangun, peningkatan luasan lebih rendah dibandingkan skenario 1 karena pada skenario ini ditetapkan juga kebijakan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang semula 1.41 menjadi 1. Tinggi muka air yang dicapai pada akhir simulasi sebesar 788 cm dan pada kondisi ini ternyata dengan komposisi luasan penutupan lahan hasil simulasi mampu untuk menurunkan tinggi muka air pada level aman 850 cm. Pada skenario ini, luasan area hijau adalah 707.79 ha atau 10.95 dari total luasan DAS Ciliwung Hilir. Artinya untuk memenuhi UU Penataan Ruang No. 272006 tentang komposisi Ruang Terbuka Hijau belum memenuhi standar yang diinginkan. Di satu sisi upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan tercapai dengan meminimalisir banjir di DAS Ciliwung Hilir. Gambar 23 Ketinggian muka air hasil simulasi 400 800 1200 1600 2010 2020 2030 2040 2050 Ti n n g i M u ka A ir c m Hasil Simulasi Ske. 1 Ske. 2 Ske. 3 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada ketiga skenario, skenario terbaik yang dapat digunakan adalah skenario 3. Pada skenario ini, tinggi muka air sebagai penanda bahaya banjir berada pada ketinggian 845 cm yang berarti daerah hilir masih berada pada status siaga 3 sesuai ketentuan yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov. DKI Jakarta. Perbedaan ketinggian muka air berbagai skenario dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah ini. Gambar 24 Grafik tinggi muka air pada berbagai skenario

5.7 Arahan Pengendalian Ruang

Berdasarkan hasil dari analisis sistem dinamik menunjukkan bahwa skenario 3 merupakan skenario yang optimal dalam menurunkan tinggi muka air. Pada skenario ini, untuk mencapa tinggi muka air berada pada level aman adalah 845 cm di tahun 2045. Komposisi luasan optimal masing-masing penutupan lahan adalah lahan terbuka 3.81 ha, badan air 275.73 ha, lahan terbangun 5515.81 ha dan ruang terbuka hijau 666.82 ha Gambar 18. Dengan menerapkan luasan optimal hasil simulasi diharapkan dalam jangka panjang tinggi muak air pada Sungai Ciliwung Hilir dapat dikendalikan untuk menghindari kejadian banjir. Arahan pengendalian ruang disusun guna tercapainya rencana ruang sesuai dengan penataan yang diharapkan yaitu alokasi ruang sesuai dengan skenario 3. Dalam studi ini konsep arahan kebijakan lebih ditekankan pada perlindungan banjir dan stabilisasi lereng sungai. Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 63 tahun 1993 dan Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 2011 maka ditentukan Garis Sempadan Sungai untuk daerah perkotaan yaitu 10-30 m Gambar 19. Untuk memperbaiki badan air, maka dilakukan pelebaran terhadap sungai sejauh 5 m di kiri dan kanan. Konsep yang digunakan dalam pelebaran ini adalah dengan membuat area yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk beraktivitas. Ketika air surut, maka area tersebut dapat digunakan. Namun ketika tinggi muka air meningkat, maka area tersebut menjadi tampungan sehingga diharapkan air tidak meluap ke area sekitar sungai. Kondisi tata guna lahan yang sudah padat karena bangunan menyebabkan kenaikan run-off yang signifikan dan pengurangan resapan air. Upaya perbaikan