Gambar 17 Pola penutupan lahan DAS Ciliwung Hilir tahun 2000 Citra Landsat 5 pathrow 12264
Gambar 18 Pola penutupan lahan DAS Ciliwung Hilir tahun 2010 Citra Landsat UTM 7+ pathrow 12264
Gambar 19 Pola penutupan lahan DAS Ciliwung Hilir tahun 2014 Citra Landsat 8 pathrow 12264
Tabel 10 Matriks Perubahan Tutupan Lahan tahun 2000-2010
Ke 2010 Total 2000
Da ri
2
Penutupan Lahan Badan Air
Lahan Terbangun
Area Hijau
Lahan Terbuka
Badan Air 216.15
0.00 0.00
0.00 216.15
Lahan Terbangun 0.00
5552.58 0.00
0.00 5552.58
Ruang Terbuka Hijau
10.38 9.00
475.16 17.10
511.64
Lahan Terbuka
0.00 0.00
0.00
181.80
181.80
Total ha
226.53 5561.58
475.16 181.80
6462.17
Tabel 11 Matriks Perubahan Tutupan Lahan tahun 2010-2014
Ke 2014 Total 2010
Da ri
2
10 Penutupan Lahan
Badan Air Lahan
Terbangun Area
Hijau Lahan
Terbuka
Badan Air 222.94
3.59 0.00
0.00 226.53
Lahan Terbangun 0.00
5561.58 0.00
0.00 5561.58
Ruang Terbuka Hijau
0.00 11.55
463.61 0.00
475.16
Lahan Terbuka
0.00 10.90
0.00
188.00
198.80
Total ha
222.94 5587.62
463.61 188.00
6462.17
Tabel 12 Matriks Perubahan Tutupan Lahan tahun 1990-2014
Ke 2014 Total 1990
Da ri
1
9 9
Penutupan Lahan Badan Air
Lahan Terbangun
Area Hijau
Lahan Terbuka
Badan Air 222.94
96.43 0.00
0.00 319.37
Lahan Terbangun 0.00
5485.71 0.00
0.00 5485.71
Ruang Terbuka Hijau
0.00 5.48
463.61 12.44
481.53
Lahan Terbuka
0.00 0.00
0.00
188.00
175.56
Total ha
222.94 5587.62
463.61 188.00
6462.17
Arah Perubahan Penutupan Lahan DAS Ciliwung Hilir
Selama periode 24 tahun yaitu tahun 1990 dan 2014 diperoleh arah perubahan penutupan lahan dari semua klasifikasi yang dihasilkan. Tutupan lahan
yang dianalisis adalah lahan yang sama pada periode waktu tahun yaitu 1990- 2000, 2000-2010 dan 2010-2014. Perubahan penutupan pada periode waktu
tersebut merepresentasikan arah proses pemanfaatan lahan di DAS Ciliwung Hilir dan pola perubahannya Tabel 13.
Tabel 13 Pola Dominan Perubahan Penutupan Lahan
No Perubahan Tutupan Lahan
Luas ha
1 Badan Air ke Lahan Terbangun
96.43 84.33
2 Ruang Terbuka Hijau ke Lahan
Terbangun 5.48
4.79 3
Ruang Terbuka Hijau ke Lahan Terbuka 12.44
10.88
Jumlah 114.35
100.00
Pola perubahan terbesar selama periode 24 tahun di DAS Ciliwung Hilir adalah perubahan dari badan air menjadi lahan terbangun yaitu sebesar 96.43 ha
atau sekitar 14.92 dari total luasan DAS Ciliwung Hilir. Pola perubahan badan air menjadi lahan terbangun terutama pemukiman merupakan masalah terbesar
yang terjadi di DAS Ciliwug Hilir. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi setiap tahunnya sehingga kebutuhan akan rumah tinggal atau
pemukiman semakin besar dan pada akhirnya badan air terkonversi menjadi area pemukiman. Berdasarkan penelitian Yusran 2006 dalam Arkham 2014,
beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan salah satunya faktor kependudukan. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk, dapat diindikasikan
bahwa kegiatan sosial ekonomi berkembang yang menuntut pemenuhan kebutuhan perumahan dan fasilitas pelayanan perkotaan lainnya.
Selain faktor kependudukan, hasil penelitian Arkham 2014 menyebutkan bahwa nilai variabel lereng yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin
datar lereng, maka semakin besar kemungkinan terjadi perubahan penutupan lahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dalam
suatu kota adalah bentuk lereng di mana semakin datar maka peluang untuk berubah khususnya menjadi area pemukiman semakin besar.
5.3 Hubungan Penutupan Lahan dan Curah Hujan terhadap Tinggi Muka Air
Hubungan antara curah hujan, pola penutupan lahan terhadap tinggi muka air menunjukkan bahwa semakin tinggi curah hujan dan semakin luas lahan
terbangun maka tinggi air sungai juga semakin tinggi. Berdasarkan koefisein persamaan regresi dapat diketahui bahwa di Kawasan DAS Ciliwung Hilir
keberadaan area hijau dan lahan terbuka memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam menurunkan tinggi permukaan air dibandingkan pola penutupan lainnya.
Hubungan antara curah hujan, pola penutupan lahan terhadap tinggi permukaan air dengan menggunakan analisis regresi diperoleh :
y = 0.026x
1
+ 0.025x
2
– 0.256x
3
– 0.127x
4
– 0.136x
5
dimana ; y
= tinggi permukaan air sungai cm x1
= curah hujan mm x2
= badan air ha x3
= area hijau ha
x4 = area terbangun ha
x5 = lahan terbuka ha
Nilai R
2
dari model tersebut adalah 59.6 R-sq=59.6 yang menunjukkan bahwa 59.6 ketinggian air sungai dapat dijelaskan oleh model dan
sisanya adalah faktor lain di luar model seperti topografi, jenis tanah dll. Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel curah hujan merupakan variabel yang
paling berpengaruh dibandingkan dengan variabel penutupan lahan.
5.4 Pembangunan Model Sistem Dinamik
Ekosistem DAS, sebagaimana sistem ekologi, terdiri dari beberapa komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan
yang teratur. Sebagai sebuah ekosistem tentunya DAS terdiri komponen yang saling terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan komponen
yang saling terkait ini jika berjalan seimbang maka akan menghasilkan kondisi ekosistem yang stabil. Sebaliknya jika hubungan ini mengalami gangguan maka
terjadi gangguan ekologis. Perubahan dari salah satu penutupan lahan akan merubah menjadi bentuk lain. Perubahan penutupan lahan tersebut banyak
didorong oleh kepentingan pribadi, institusi ataupun kelompok untuk mencapai tujuannya masing-masing conflict of interest.
Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung baik hulu hingga hilir berlangsung dengan sangat cepat. Daerah hulu yang menjadi tujuan wisata
mengakibatkan pembangunan sarana rekreasi yang sangat cepat. Pembangunan fisik di daerah tengah yang dekat dengan ibukota berkembang dengan sangat
pesat, karena pengaruh ibukota. Demikian pula dengan daerah hilir yang seluruhnya berada di ibukota negara, menjadi wilayah yang sangat padat oleh
pemukiman, fasilitas publik dan lahan terbangun lainnya. Perkembangan dan kemajuan yang demikian cepat menyebabkan DAS Ciliwung saat ini mengalami
banyak permasalahan, diantaranya dampak banjir yang semakin tinggi dan parah akibat pembangunan yang tidak terencana dan masalah kualitas sungai yang
semakin menurun. Dampak yang akan timbul ini harus dijadikan pertimbangan dalam menetapkan proporsi peruntukan ruang sehingga pemanfaatan ruang yang
ada dan yang direncanakan masih dalam batas-batas daya dukungnya.
Struktur model yang dibangun pada penelitian ini terbagi menjadi 3 submodel, yaitu submodel perubahan tutupan lahan, submodel hidrologi dan
submodel sosial. Submodel perubahan tutupan lahan terdiri dari tutupan lahan pada wilayah penelitian dan pola perubahannya. Pola perubahan tutupan lahan
dihasilkan dari analisis tumpang tindih antara penggunaan lahan tahun 1990 dan tahun 2014 yang telah dianalisis pada analisis penggunaan lahan. Data yang
digunakan merupakan luasan area masing-masing area tutupan lahan. Input masing-masing tipe penutupan lahan dipengaruhi oleh tipe penutupan lainnya.
Pengurangan ataupun penambahan luasan tipe penutupan lahan sebagai output terjadi akibat aktivitas pembangunan yang ada pada model.
Tata Guna Lahan
Banjir Hilir
Penduduk Kondisi Biofisik
Kelahiran Kematian
Imigrasi Emigrasi
Ketinggian Sungai
Slope Jenis
tnh CH
+ +
+ +
+ -
-
- -
TMA +
RTH Lahan
Terbuka Badan Air
Lahan Terbangun
+
+ -
+ -
- +
+
Gambar 20 Hubungan sebab akibat penutupan lahan pada DAS Ciliwung Hilir Secara garis besar hubungan antara satu penutupan terhadap penutupan
lahan lainnya dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21. Garis panah menjelaskan perubahan dari satu penutupan ke penutupan lainnya. Garis panah yang bolak
balik menjelaskan kalau perubahan dari satu penutupan dapat kembali lagi ke penutupan lahan semula. Pada submodel tutupan lahan, data yang digunakan
adalah data luasan tipe tutupan lahan. Dari data ini diperoleh nilai regresi atau persamaan matematika yang akan menjadi dasar simulasi.
Pada submodel hidrologi, pola perubahan tutupan lahan akan berinteraksi dengan curah hujan sehingga menghasilkan ketinggian muka air. Data koefiseien
run-off pada masing-masing penggunaan lahan digunakan sebagai input untuk menghitung limpasan total yang dihasilkan. Limpasan total sebagai hasil interaksi
antara tipe penutupan lahan dan curah hujan akan memiliki implikasi terhadap ketinggian muka air maksimumnya.
Pada sub model sosial, penduduk merupakan salah satu sector yang menggambarkan populasi penduduk. Sub model ini terdiri dari komponen yang
menyebabkan pertambahan penduduk yaitu kelahiran dan imigrasi, sedangkan komponen lainnya yang menyebabkan pengurangan penduduk yaitu mortalitas
dan emigrasi penduduk. Sub model ini mempengaruhi sub model penggunaan lahan. Data yang digunakan adalah pertumbuhan penduduk di sepanjang DAS
Ciliwung Hilir. Pertambahan penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap lahan, terutama di bagian hilir. Di samping itu harga lahan yang semakin
tinggi dan semakin berkurangnya lahan kosong menyebabkan meningkatnya pemukiman liar dan kumuh di sepanjang bantaran sungai Ciliwung. Data
menunjukkan bahwa bagian hilir memiliki jumlah pemukiman kumuh paling banyak.
Ga mbar
21 S ubm
ode l pe
ng emb
an g
an si stem