Tujuan Penelitian Kajian Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Kejadian Banjir Pada Lanskap Das Ciliwung Hilir Dengan Pendekatan Sistem Dinamik

pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakaugambut. DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas. Pilhan yang harus diambil dalam konservasi DAS harus memperhatikan dampak yang akan diterima bagian hilir. Menurut Indarto 2014 ukuran dan besar kecilnya daerah tangkapan hujan yang memberi kontribusi terhadap aliran sungai contributing area di dalam DAS berpengaruh langsung terhadap total volume aliran yang keluar dari DAS. Umumnya jika hujan jatuh merata di dalam dua DAS, yang satu berukuran besar dan daerah tangkapan hujannya relatif luas DAS besar dan yang lain memiliki daerah tangkapan hujan lebih sempit DAS kecil, maka total volume aliran yang dihasilkan oleh DAS besar akan relatif lebih banyak dari DAS yang berukuran kecil dan volume air tersebut proporsional terhadap luas daerah tangkapannya. Kebanyakan kejadian hujan hanya meliputi luasan tertentu di dalam DAS. Oleh karna itu, untuk berbagai situasi volume aliran hanya akan ditentukan oleh luasan kontribusi contributing area. Luasan ini menyatakan luas bagian DAS yang terkena hujan, bukan luas total DAS. Berdasarkan toposekuen, ekosistem DAS dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar lebih besar dari 15, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi pada umumnya merupakan tegakan hutan. Daerah hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, memiliki kemiringan lereng kecil, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir genangan, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria didominasi oleh hutan bakaugambut. Bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik tersebut Asdak 2010. DAS merupakan salah satu konsep sistem wilayah. Batasan dari luasan wilayah lebih bersifat “meaningful” untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian maupun evaluasi. Dengan demikian, batasan wilayah tidak selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis dengan penekanan pada interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu Rustiadi et al. 2009. Kawasan otoritas DAS merupakan suatu wilayah perencanaan yang dibentuk berdasarkan asumsi konsep wilayah sistem ekologi. Sebagai wilayah perencanaan, batasan DAS didasarkan pada sifat-sifat tertentu pada wilayah, baik sifat alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaanpengelolaan. Berdasarkan konsep wilayah, manfaat klasifikasi DAS sebagai wilayah sistem ekologi adalah pengeloaan sumberdaya wilayah berkelanjutan, identifikasi carrying capacity kawasan dan siklus alam aliran sumberdaya, biomasa, energi dan sebagainya Rustiadi et al. 2009. Konservasi DAS dalam kaitan dengan perencanaan dan pengelolaannya meurpakan proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. Ada 5 lima indikator biofisik yang dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa DAS dikatakan masih baik dan dapat berfungsi secara optimal, yaitu; 1 debit sungai konstan dari tahun ke tahun; 2 kualitas air baik dari tahun ke tahun; 3 fluktuasi antara debit maksimum dan minimum kecil; 4 ketinggian muka air tanah dari tahun ke tahun konstan: dan 5 kondisi curah hujan tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu tertentu.

2.2. Aliran Permukaan dan Tata Guna Lahan

Indarto 2010, menjelaskan bahwa aliran run-off sering didefinisikan sebagai hujan rainfall, salju danatau air irigasi yang mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai. Kadang-kadang juga disebut sebagai aliran permukaan surface run-off. Lebih lanjut Asdak 2010 mendefiniskan aliran permukaan run-off sebagai air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi, bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Menurut Indarto 2010 ada dua jenis aliran permukaan yang terjadi selama hujan atau pelelehan es, yaitu : 1 aliran permukaan yang berasal dari kelebihan infiltrasi infiltration excess overland flow; dan 2 aliran permukaan yang berasal dari kejenuhan tanah saturation excess overland flow. Aliran permukaan karena kelebihan infiltrasi terjadi jika besarnya hujan intensitas hujan yang jatuh atau salju yang meleleh lebih besar dari kapasitas infiltrasi. Air yang tidak terinfiltrasi selanjutnya menjadi aliran permukaan. Aliran ini umumnya teramati pada kejadian hujan deras dengan durasi pendek. Umumnya juga terjadi pada wilayah dimana tanahnya banyak mengandung lempung atau pada kasus permukaan tanah yang telah termodifikasi karena pemadatan tanah soil compaction, urbanisasi, atau kebakaran hutan. Aliran permukaan jenis ini sering disebut sebagai aliran Horton Hortonian flow. Aliran permukaan karena kejenuhan terjadi jika tanah menjadi jenuh dan air tidak dapat lagi terinfiltrasi. Umumnya terjadi pada hujan kecil hingga sedang dengan durasi panjang atau kejadian hujan atau pelelehan salju yang beruntun. Tanah mungkin sudah jenuh oleh kejadian hujan sebelumya, sehingga tidak lagi dapat menampung air infiltrasi. Aliran jenis ini dapat terjadi dimana saja selama tanah dalam keadaan basah. Lebih khusus lagi pada daerah beriklim humid dengan topografi datar atau kemiringan kecil. Aliran permukaan berlangsung ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air pada cekungan itu selesai, air dapat mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas. Ada bagian air yang berlangsung cepat dan selanjutnya membentuk aliran debit debit sungai. Bagian aliran permukaan lain, karena melewati cekungan-cekungan permukaan tanah sehingga memerlukan waktu beberapa hari bahkan beberapa minggu sebelum akhirnya menjadi aliran debit. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan secara umum dapat dibagi dua yaitu karakteristik hujan dan karakteristik DAS. Karakteristik hujan mencakup lama waktu hujan, intensitas dan penyebaran hujan. Pengaruh karakteristik DAS terhadap terhadap aliran permukaan adalah melalui bentuk dan ukuran morfometri DAS, topografi, geologi dan tata guna lahan. Intensitas hujan