Fenomena Banjir di DAS

itupun apabila proses pelebaran sebesar dua kali lipatnya bisa berjalan lancar. Perlu diperhatikan pelebaran sungaidrainase harus dipertahankan secara menyeluruh sampai ke hilir. Bilamana dilakukan pelebaran hanya dilakukan pada daerah hulu tetapi daerah hilir tidak dilebarkan maka akan terjadi penyempitan alur sungai, dan akhirnya daerah hulu kembali ke posisi semula. Selain itu potensi kembali pada lebar sungai semula cukup besar akibat sedimentasi dan morfologi sungai yang belum stabil. Demikian pula kedalaman sungai yang dikeruk menjadi dua kali akan kembali ke kedalaman semula akibat besarnya sedimentasi. Oleh karena itu metode non-struktural harus dikedepankan lebih dahulu Kodoatie dan Sjarief 2010. Van den Hurk et al. 2014 menyimpulkan bahwa pendekatan non- struktural memberikan hasil yang lebih serius dan konsisten dibandingkan pendekatan struktural. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan kelembagaan penyelamatan air dan pengembangan spasial antara Belanda dan Kerajaan Inggris menggunakan kerangka Ostrom’s Institutional Analysis and Development IAD. Belanda menyelesaikan permasalahan banjir melalui pembangunan fisik tanggul dan bendungan dan minimalisasi resiko banjir, dengan standar keselamatan yang tinggi dan diakui mempunyai reputasi yang baik sebagai pengelola air selama berabad-abad. Pemerintah Inggris mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan Belanda dalam menyelesaikan banjir. Inggris telah memiliki kelembagaan yang kuat dalam penyusunan tata ruang. Oleh karena itu meskipun standar keselamatannya rendah tetapi pendekatan resiko dapat diadaptasikan dalam perencanaan tata ruang melalui modifikasi pilihan lokasi. Inggris memiliki kebijakan pemanfaatan air yang baik, terutama pada saat terjadinya fenomena perubahan iklim seperti peningkatan curah hujan, variabilitas debit sungai dan naik turunnya permukaan air laut.

2.5. Penataan Ruang

Penataan ruang merupakan salah satu pendekatan non-struktural dalam pengelolaan banjir. Penataan ruang adalah upaya aktif manusia untuk mengubah pola dan struktur pemanfaatan ruang dari satu keseimbangan menuju kepada keseimbangan baru yang lebih baik. Sebagai proses perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, maka penataan ruang secara formal adalah bagian dari proses pembangunan, khususnya menyangkut aspek-aspek spasial dari proses pembangunan. Tujuan penataan ruang adalah untuk 1 memenuhi efisiensi dan produktivitas, 2 mewujudkan distribusi sumberdaya guna terpenuhi prinsip pemerataan, keseimbangan dan keadilan dan 3 menjaga keberlanjutan Rustiadi et al. 2009. Unsur penataan ruang menyangkut dua hal, yaitu unsur fisik ruang dan unsur non fisik kelembagaan. Unsur fisik penataan ruang menyangkut pengaturan-pengaturan fisik physical arrangement dan sekaligus produk fisik dari suatu penataan ruang itu sendiri. Unsur fisik meliputi pengaturan pemanfaatan ruang fisik, penataan strukturhierarki pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi, penataan jaringan keterkaitan pusat-pusat aktivitas dan pengembangan sistem sarana prasarana. Unsur non fisikkelembagaan institutional arrangement dalam penataan ruang mencakup aspek-aspek mengenai penyusunan aturan-aturan rule dan aspek pengorganisasian atas pembagian peran role dalam rangka mengimplementasikan aturan-aturan penataan ruang. Unsur pengaturan atau tata pengaturan kelembagaan adalah pengaturan yang tidak bersifat fisik tidak terlihat, akan tetapi sering dianggap sebagai hal yang terpenting dalam pengaturan ruang. Cui et al. 2009 menyatakan bahwa salah satu strategi untuk mengurangi resiko banjir di perkotaan yang disebabkan oleh urbanisasi dan perubahan iklim menggunakan fluktuasi curah hujan sebagai dasar perbaikan, yaitu perbaikan saluran air, membangun bendungan dan membangun waduk, dan membuat saluran penyimpanan arus sungai dan sedimen yang terbentuk. Namun, langkah tersebut dianggap tidak efisien dan tidak hemat biaya untuk perbaikan ekologi. Strategi lain yang lebih baik berdasarkan jaringan sungai yang mencakup saluran dan muara sungai sehingga memungkinkan adanya pengembangan jaringan alur sungai untuk mengatur distribusi spasial sumber daya air. Dengan mengembangkan strategi ini maka perbaikan sungai yang harus dilakukan mencakup seluruh wilayah DAS. Pembangunan perkotaan memberikan gambaran yang jelas tentang dampak perubahan penggunaan lahan terhadap pengelolaan air Weather dan Evans 2009. Tanah bervegetasi diganti dengan permukaan kedap air sehingga meningkatkan aliran permukaan dan mengurangi infiltrasi, melewati penyimpanan alami dan memenuhi sub permukaan. Selain itu modifikasi aliran run-off ke sungai melalui jalur terpendek menyebabkan volume run-off yang lebih besar berpotensi meningkatkan puncak banjir secara cepat tetapi menurunkan resapan air tanah. Besarnya pengaruh pembangunan perkotaan pada debit sungai akan bergantung pada respon alami tangkapan air. Fragmentasi lanskap merupakan ancaman terhadap keberlanjutan DAS karena fragmentasi tersebut mengubah karakteristik lanskap yang dapat mengganggu keseimbangan ekologi Molle et al. 2010. Oleh karena itu, dalam pengelolaan DAS, perencanaan sumber daya air dan pengelolaan banjir untuk pembangunan berkelanjutan, harus mengintegrasikan model perubahan distribusi penggunaan lahan dan model distribusi hidrologi Du et al. 2012. Selain itu, pemahaman hidrologi dan hubungan ekologis dalam ekosistem DAS sangat diperlukan. Pilihan yang harus diambil dalam pengelolaan DAS harus memperhatikan dampak yang akan diterima bagian hilir Hipple et al. 2005; Molle dan Mamanpoush 2012. Dengan demikian, maka akan diperoleh manfaat dari pengelolaan DAS secara terpadu, meliputi 1 penyediaan suplai air yang memadai untuk keperluan alam dan manusia, 2 pemeliharaan dan peningkatan kualitas air, 3 pemulihan keanekaragaman hayati, dan 4 mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan regional Cui et al. 2009.

2.6. Pemodelan Sistem Dinamik

Model adalah replikasi sistem dengan perbandingan tertentu, suatu konsep, sesuatu yang mengandung hubungan empiris, atau suatu seri persamaan matematis atau statistik yang menggambarkan sistem Indarto 2010. Marpaung 2012 mendefinisikan model sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena suatu model adalah abstraksi dari realistis, pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model bukanlah suatu representasi yang sempurna dari yang dimodelkan, tetapi dapat sebagai alat yang sangat berguna untuk mempelajari dan memahami karakteristik sistem dan memprediksi perilaku sistem atau DAS terhadap masukan atau faktor eksternal. Perilaku sistem tersebut biasanya sulit diprediksi dengan hanya mengandalkan data pengukuran dan observasi lapangan. Sistem adalah gugus elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan Hartrisari 2007. Pengertian sistem ini mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antara bagian dan menunjukan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerjasama antara bagian yang interdependen satu sama lain. Pendekatan sistem adalah pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang kompleks dan bersifat antar disiplin sebagai bagian dari sistem. Pendekatan sistem menggali elemen- elemen terpenting yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tujuan sistem. Pendekatan sistem ini merupakan suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisa. Sistem dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu sistem terbuka open system dan sistem tertutup closed system. Sistem terbuka merupakan sistem yang outputnya merupakan tanggapan dari input, namun output yang dihasilkan tidak memberikan umpan balik terhadap input. Sebaliknya pada sistem tertutup, output memberikan umpan balik terhadap input. Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem system approach. Pada dasarnya pendekatan tersebut merupakan penerapan metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah. Atau merupakan “kebiasaan berpikir atau beranggapan bahwa ada banyak se bab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghasilkan kesalingterhubungkannya sesuatu benda, masalah, atau peristiwa. Jadi, pedekatan sistem berusaha menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan benda, sehingga terhindar dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru. Sistem dinamik sebagai suatu metodologi yang dipahami melalui interaksi antar struktur. Konsep dasar sistem dinamik mengenalkan secara sederhana elemen-elemen dasar yang menyusun sebuah sistem yang bersifat dinamis, yang dilengkapi dengan langkah-langkah berpikir membangun model umum generic model mulai dari identifikasi gejala sampai menghasilkan struktur permasalahan untuk analisis kebijakan. Struktur model dibangun melalui analisis struktural berdasarkan pendekatan system thinking dan dimungkinkan mempunyai titik kontak yang banyak dan saling interdependen. Hubungan unsur-unsur yang saling interdependen itu merupakan hubungan sebab akibat yang bersifat umpan balik dan bukan hubungan sebab akibat bersifat searah Hasan 2011. Ide utama dalam pemodelan sistem dinamik adalah untuk mengerti perilaku suatu sistem dengan menggunakan struktur matematika yang sederhana. Dengan demikian sistem dinamik dapat membantu perencana dalam hal-hal sebagai berikut: a menggambarkan suatu sistem, b mengerti suatu sistem, c mengembangkan model secara kualitatif dan kuantitatif, d mengidentifikasi perilaku umpan balik