Pemodelan Sistem Dinamik Kajian Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Kejadian Banjir Pada Lanskap Das Ciliwung Hilir Dengan Pendekatan Sistem Dinamik

Gambar 3 Tahapan pemodelan sistem dinamik sumber: Hartrisari 2007 dan Djakapermana 2010 Formulasi Permasalahan Mulai Analisis Kebutuhan Identifikasi Permasalahan Identifikasi Sistem 1. Diagram lingkar sebab- akibat causal loop 2. Diagram input-output black box Identifikasi Sistem 1. Operasi matematik 2. Program komputer Validasi Implementasi Evaluasi Layak Persiapan Pemodelan Eksekusi model atas data lapangan Tindak lanjut Ya Penginderaan jauh remote sensing merupakan ilmu pengetahuan dalam memperoleh informasi tentang suatu objek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tertentu tanpa ada kontak dan investigasi dengan objek tersebut Lillesand dan Kiefer 2000. Informasi remote sensing yang dihasilkan dari satekit image untuk analisis lebih lanjut menggunakan SIG. Secara umum data dari penginderaan jauh agar dapat digunakan di SIG harus diinterpretasi dan dikoreksi geometrik terlebih dahulu Farina 1998. Paling sedikit ada tiga alasan menggabungkan penggunaan SIG dan remote sensing De Bruin dan Molenaar 1999, yaitu : 1. Analisis image dalam penginderaan jauh lebih menguntungkan dari GIS-stored data. 2. Penginderaan jauh dapat menjadi dasar untuk memperbaharui informasi geografi. 3. Penggabungan dari informasi yang diperoleh dari proses-proses dalam SIG dapat membantu untuk menjaga dari kesalahan dan ketidaktentuan dalam menangkap dan memanipulasi data.

2.8. Daya Dukung Lingkungan

Salah satu pendekatan untuk mengkaji batas-batas keberlanjutan suatu ekosistem adalah ecological footprint tapak ekologi. Ecological footprint mengukur permintaan penduduk atas alam dalam satuan metrik, yaitu area global biokapasitas. Dengan mengemukakan mengenai bagaimana mengurangi dampak penduduk terhadap alam, konsep ecological footprint menjadi isu dunia yang penting, setidaknya dalam dua cara pandang Mc Donald dan Patterson 2003 dalam Rustiadi et al. 2010. Pertama, ecological footprint mengukur total biaya ekologis dalam area lahan dari suplai seluruh barang dan jasa kepada penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk tidak hanya secara langsung memerlukan lahan untuk produksi pertanian, jalan, bangunan dan lainnya, akan tetapi secara tidak langsung lahan pun turut mewujudkan barang dan jasa yang dikonsumsi penduduk. Dalam cara pandang ini, ecological footprint dapat digunakan untuk membuat nyata biaya ekologis dari aktivitas penduduk. Kedua, ecological footprint sebagai indikator keberlanjutan, yaitu carrying capacity. Carrying capacity dalam ekologi adalah jumlah populasi maksimum yang dapat didukung oleh area lahan tertentu. Konsep ini merujuk untuk semua anggota ekosistem. Menjadi sangat menarik apabila populasi di sini adalah populasi manusia atau penduduk. Ecological footprint digunakan salah satunya untuk menghitung daya dukung lingkungan. Konsep daya dukung lingkungan carrying capacity dapat dipandang sebagai perkembangan lebih lanjut dari konsep kepadatan penduduk population density. Kepadatan penduduk menunjukkan hubungan kuantitatif antara jumlah penduduk dan unit luas lahan. Konsep daya dukung menekankan pada kemampuan suatu daerah wilayah untuk mendukung jumlah maksimum populasi suatu spesies secara berkelanjutan pada suatu tingkat kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian kemampuan ini sangat bergantung pada kekayaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah dan tingkat kebutuhan sumber daya oleh suatu organisme. Di Indonesia, secara legal konsep daya dukung sudah diperkenalkan dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Undang-Undang ini membedakan konsep daya dukung lingkungan atas daya dukung alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tampung lingkungan sosial, dimana pengertian dari masing- masing konsep tersebut adalah sebagai berikut : 1. Daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan. 2. Daya tampung lingkungan binaan adalah kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi perikehidupan penduduk. 3. Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda untuk hidup bersama-sama sebagai satu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib, dan aman. 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Secara geografis DAS Ciliwung Hilir terletak pada 6°7 ’12.55” - 6°15 ’27.33” LS dan 106°49’42.17” - 106°51’36.10” BT. DAS Ciliwung Hilir berbatasan dengan DAS Krukut dan Grogol di sebelah Barat yang terhubung dengan Banjir Kanal Barat BKB. Sementara di sebelah Timur berbatasan dengan DAS Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, dan Cakung yang terhubung dengan Banjir Kanal timur BKT. Berdasarkan pewilayahan administratif, DAS Ciliwung Hilir berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta Gambar 4. Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wilayah administrasi pemerintahan Kota Madya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2014 – Mei 2015 di kawasan DAS Ciliwung Hilir.

3.2 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan survei lapang sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, hasil penelitian, laporan, peta dan data statistik yang diperoleh dari instansi pemerintah, yaitu IPB, BPDAS Citarum Ciliwung, BBWS Ciliwung Cisadane, LAPAN, BMG, BPS dan SKPD terkait. Gambar 4 Peta lokasi penelitian Tabel 1 Jenis, satuan, sumber dan kegunaan data No. Jenis Data Satuan Sumber Kegunaan A. Peta Dasar DAS Ciliwung Hilir 1 Citra Landsat Path : 122, Row : 64  Landsat 5 Image LAPAN Deliniasi tutupan  Landsat 7 ETM+ Image www.usgs.co.us Lahan  Landsat 8 Image 2 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Hilir Peta Tematik BAPPEDA DKI 3 Peta Topografi BALITTANAH Peta Kesesuaian Tabel 1 Lanjutan

3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan beberapa bagian atau tahapan, yaitu analisis penutupan lahan, analisis periode ulang curah hujan, analisis hubungan antara penutupan lahan dan curah hujan terhadap debit air, analisis sistem dinamik dan analisis distribusi spasial.

1. Analisis Penutupan Lahan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap penutupan lahan pada daerah penelitian. Data yang digunakan dalam tahap ini adalah Citra Landsat tahun 1990, 2000, 2010 dan 2014. Pengolahan citra merupakan suatu cara memanipulasi data citra menjadi suatu keluaran output sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum data dari penginderaan jauh agar dapat digunakan SIG harus diinterpretasikan terlebih dahulu. Tahapan identifikasi interpretasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Import data Langkah awal yang dilakukan adalah import data file ke dalam format data yang diinginkan sesuai jenis data yang dipakai dalam software ERDAS IMAGINE, yaitu format .img. Data yang disimpan biasanya dalam bentuk data raster. 4 Peta Jenis Tanah

B. Bio-fisik

1 DebitTinggi Muka Air Sungai ltrdtk; cm BP DAS Citarum- Ciliwung, BBWSCC, Dinas PU Tata Air 2 Curah Hujan mmthn BMKG Peubah 3 Data Sungai Dinas PU Tata Air

C. Sosial

1 Populasi jiwa BPS Kondisi umum 2 Sosial ekonomi BPS Kondisi umum