Analisis Kadar Malonaldehida MDA Conti et al., 1991

25 Tabel 9. Rataan Jumlah Sel Limfosit Tikus Percobaan x10 6 ml pada Hari ke-7, 14, dan 21 Kelompok Tikus Hari ke-7 n=3 Hari ke-14 n=3 Hari ke-21 n=3 Kontrol negatif 1.43±0.57 a 45.84±4.73 a 108.04±7.48 bc L. plantarum 2C12 12.32±0.47 b 38.54±6.72 a 162.83±50.35 c L. fermentum 2B4 12.96±0.13 b 48.33±5.02 a 162.55±14.93 c L. plantarum 2C12 + EPEC 12.38±0.70 b 94.66±3.29 b 89.09±6.01 ab L. fermentum 2B4 + EPEC 27.76±10.34 c 150.76±27.88 c 113.17±26.56 bc Kontrol positif 3.11±1.30 a 23.91±5.26 a 38.32±11.66 a Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata p0.05 Hal di atas menunjukkan bahwa dalam keadaan sehat kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC dan L. fermentum 2B4 + EPEC belum diberi EPEC, pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dapat memicu proliferasi sel limfosit atau meningkatkan jumlah sel limfosit limpa hingga sembilan kali lipat jumlah sel limfosit kelompok yang tidak diberi BAL. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BAL yang digunakan pada penelitian ini, yaitu L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4, mempunyai sifat sebagai imunomodulator. Pemberian EPEC pada kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC, L. fermentum 2B4 + EPEC dan kontrol positif mulai dilakukan dari hari ke-8 hingga ke-14. Uji lanjut Duncan pada hari ke- 14 Lampiran 9 menunjukkan bahwa jumlah sel limfosit kelompok kontrol positif berbeda nyata dan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah sel limfosit kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC dan L. fermentum 2B4 + EPEC. Jumlah sel limfosit kelompok L. fermentum 2B4 + EPEC berbeda nyata dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah sel limfosit kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 selama pemberian EPEC dapat memicu terjadinya proliferasi sel limfosit yang ditandai dengan meningkatnya jumlah sel limfosit pada limpa tikus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dapat meningkatkan status imun atau bersifat sebagai imunomodulator, namun L. fermentum 2B4 memiliki sifat imunomodulator yang lebih baik dibandingkan L. plantarum 2C12. Pada hari ke-15 hingga ke-21, pemberian EPEC pada kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC, L. fermentum 2B4 + EPEC, dan kontrol positif dihentikan. Pada hari ke-21 kelompok tikus kontrol positif memiliki jumlah sel limfosit paling rendah. Uji lanjut Duncan pada hari ke-21 Lampiran 10 menunjukkan bahwa jumlah sel limfosit tikus kelompok kontrol positif berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif, L. plantarum 2C12, L. fermentum 2B4, dan L. fermentum 2B4 + EPEC, namun tidak berbeda nyata dengan kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC. Jumlah sel limfosit tikus kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC berbeda nyata dengan kelompok L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4, namun jumlah sel limfosit kelompok L. fermentum 2B4 + EPEC tidak berbeda nyata dengan jumlah sel limfosit kelompok L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sel limfosit kelompok yang diberi L. fermentum 2B4 dan EPEC tidak berbeda dengan jumlah sel limfosit kelompok yang hanya diberi BAL. Penghitungan jumlah proliferasi sel limfosit dilakukan secara in vivo, di mana sel limfosit dihitung melalui organ limpa. Organ limpa merupakan organ limfoid sekunder sehingga sel-sel sistem imun ditemukan dalam jaringan dan organ yang disebut sistem limfoid tersebut. Organ limfoid terdiri atas organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder. Organ limfoid primer