18
H-3 H0
H7 H14
H21
Keterangan: T0 = terminasi awal; T1 = terminasi hari ke-7; T2 = terminasi hari ke-14; T3 = terminasi hari ke-21, masing-masing 4 tikus setiap kelompok
Gambar 6. Bagan Perlakuan Terminasi dan Cekok pada Tikus Percobaan
C. METODE ANALISIS 1. Pengukuran Bobot Badan dan Nilai PER Muchtadi, 1993
Bobot badan tikus ditimbang setiap dua hari sekali untuk mengetahui perubahan bobot badan tikus selama perlakuan. Selain itu, pakan yang diberikan serta sisa pakan ditimbang
setiap hari untuk menentukan konsumsi pakan setiap hari. Data tersebut digunakan untuk menentukan nilai PER Protein Efficiency Ratio dengan persamaan:
PER = kenaikan berat badan
Jumlah protein yang dikonsumsi
2. Kejadian Diare pada Tikus Terinfeksi EPEC AOAC, 1995
Kejadian diare tikus percobaan dapat diamati dengan cara mengukur kadar air feses yang dikoleksi pada hari ke-14 dan ke-21. Penentuan kadar air feses mengikuti prosedur
analisis kadar air menurut AOAC 1995 analisis kadar air metode oven biasa. Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 100
o
C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Ditimbang cawan dengan neraca analitik a gram.
Ditimbang sampel dengan neraca analitik sebanyak 4-5 gram b gram. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105
o
C selama kurang lebih 6 jam, didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang c gram. pengeringan diulangi hingga diperoleh berat sampel yang
relative konstan berat dianggap konstan jika selisih berat sampel kering yang ditimbang ≤0.0003 gram.
Kadar air basis basah = x – y X 100
x – a Keterangan:
x = berat cawan dan sampel sebelum dikeringkan g y = berat cawan dan sampel setelah dikeringkan g
a = berat cawan kosong g
A
daptasi T0
T1 T2
T3 Cekok BAL
Cekok
EPEC
19
3. Analisis Kadar Malonaldehida MDA Conti et al., 1991
Kadar MDA organ hati dan ginjal tikus percobaan diukur secara kuantitatif dengan metode Thiobarbituric Acid Reactivity Test. Metode ini didasarkan pada reaksi antara MDA
dan TBA Thiobarbituric acid dalam suasana asam. Kompleks MDA-TBA yang terbentuk memiliki warna merah jambu dan absorbansinya dapat diukur pada panjang gelombang 532
nm Conti et al., 1991. Organ hati atau ginjal yang telah ditimbang, ditambahkan larutan PBS dingin
sebanyak 2.5 ml, kemudian digerus, dan divorteks selama 10 detik. Campuran organ dan larutan PBS kemudian disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Apabila
campuran masih terlihat keruh belum terpisah dengan baik, maka disentrifus ulang. Setelah disentrifus, campuran akan terpisah menjadi supernatan dan padatan. 1 ml supernatan
ditambahkan 4 ml reagen larutan TCA 15, TBA 0.38, dan BHT 0.5 dalam HCl 0.25 N. Larutan kemudian divorteks selama 10 detik, dan diinkubasi dalam water bath bersuhu
80
o
C selama 60 menit. Setelah 60 menit inkubasi, larutan didinginkan sampai suhu ruang. Larutan yang telah dingin disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang dihasilkan kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm.
Sebagai standar MDA digunakan 1,1,3,3-tetraetoksipropana TEP. pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol. Hemiasetal yang terbentuk
kemudian terdekomposisi menjadi etanol dan malonaldehida. Penentuan kurva standar dilakukan sama dengan penentuan sampel. Perhitungan kadar MDA sampel berdasarkan
hasil ploting nilai absorbansi pada kurva standar.
4. Analisis Proliferasi Sel Limfosit Tejasari, 2000