KADAR MALONALDEHIDA HATI DAN GINJAL

30 Tingginya stres oksidatif merupakakan salah satu faktor yang berperan dalam patogenesis berbagai macam gangguan atau penyakit di saluran pencernaan. Dalam mengontrol stres oksidatif, tubuh manusia memiliki sistem pertahanan antioksidan. Sistem pertahanan antioksidan tersebut terdiri atas antioksidan non-enzimatis dan antioksidan enzimatis. Antioksidan non- enzimatis di antaranya adalah reduced glutathione GSH, vitamin E, vitamin C dan Q10, albumin darah, asam urat, serta bilirubin. Antioksidan enzimatis terdiri atas superoksida dismutase Cu,Zn-SOD, Mn-SOD, glutation peroksidase GSHPx, katalase, dan oksigenase Halliwell, 1999. Beberapa komponen antioksidan yang terintegrasi di dalam sistem pertahanan antioksidan manusia diperoleh dari bahan pangan dan atau disediakan oleh mikrobiota yang hidup di saluran pencernaan. Lebih jauh lagi, telah diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara sistem pertahanan antioksidan terintegrasi dengan mikrobiota saluran pencernaan pada tubuh manusia Mikelsaar, 2009. Berdasarkan data kadar MDA hati maupun ginjal yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa profil MDA tikus yang diberi L. fermentum 2B4 lebih rendah dibandingkan profil MDA tikus yang diberi L. plantarum 2C12. Hal ini menunjukkan bahwa L. fermentum 2B4 lebih mampu menekan terjadinya stres oksidatif akibat pemberian EPEC dibandingkan dengan L. plantarum 2C12. Pada tahun 1996, Marika Mikelsaar dan Mihkel Zilmer Departemen Mikrobiologi dan Departemen Biokimia Universitas Tartu, Estonia mulai meneliti karakteristik antioksidatif dari sejumlah bakteri strain Lactobacillus spp. Mereka menemukan bahwa dua strain L. fermentum memiliki pengaruh yang kuat sebagai probiotik baru dengan sifat fungsional antimikrobial dan antioksidatif. Berdasarkan eksperimen hewan percobaan maupun studi pada manusia, antimikrobial yang dimiliki di antaranya asam asetat, asam laktat, dan asam suksinat, putrescine, NO, CO 2 , dan H 2 O 2 , memproduksi peptida kationik, memiliki profil lektin yang sesuai untuk berkompetisi melakukan adeshi pada epithelium, dan memiliki beberapa sifat imunogenik Mikelsaar, 2009. Bakteri probiotik terbukti efektif dalam menangani berbagai penyakit seperti tukak lambung, diare, intoleransi terhadap laktosa, alergi makanan, dan juga kanker saluran pencernaan Zubillaga et al., 2001. L. plantarum dan L. fermentum merupakan BAL yang tergolong strain probiotik. Manfaat kesehatan BAL di antaranya adalah mengendalikan bakteri patogen dalam saluran pencernaan dan menstimulir sistem imun Surono, 2004. BAL yang tergolong strain probiotik membantu sistem imun dengan cara: 1 modulasi sistem imun, meningkatkan produksi antibiotik dan mengaktifkan makrofag, limfosit, dan sel-sel imun lainnya, 2 meningkatkan produksi musin dalam usus, sehingga meningkatkan respon imun alami, 3 menghambat patogen dalam saluran seni dan usus karena persaingan dalam mendapatkan nutrisi dan membentuk biosurfaktan dan molekul koagregasi yang mencegah pelekatan pada sel epithelial, 4 menghasilkan senyawa antibakteri, seperti bakteriosin, 5 menurunkan pH dengan dihasilkannya asam laktat, sehingga tidak nyaman bagi patogen untuk tumbuh, dan 6 menekan aktivitas enzim penghasil amin yang toksik dan karsinogenik. Efek antagonisme atau antibakteri BAL terdiri atas dua mekanisme, yaitu dengan menghasilkan senyawa metabolit primer seperti asam laktat, CO 2 , diasetil, asetaldehida, dan hidrogen peroksida H 2 O 2 ; dan dengan menghasilkan bakteriosin yang merupakan senyawa protein yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri sejenis. Menurut Kaur et. al. 2002, bakteri asam laktat menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan dan meningkatkan respon imun dengan beberapa cara seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11. Cara BAL Men Me mikrof sela an Mem ba AL Menjaga Keseimbangan Mikroflora Saluran Pencernaan d eningkatkan Respon Imun Kaur et. al., 2002 PROBIOTIK Kompetisi dengan patogen enterik Memicu sintesis sitokin dari enterosit Memproduksi metabolit bersifat toksik H 2 O 2 Memproduksi asam butirat meningkatkan turnover enterosit emulihkan roflora normal lama terapi antibiotik emproduksi bakteriosin 31 n dan 32

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian EPEC dengan dosis 10 6 cfuml selama tujuh hari hari ke-8 sampai hari ke-14 pada tikus percobaan dapat menyebabkan diare, penurunan berat badan, dan penurunan nilai PER. Kejadian diare ditandai oleh tingginya kadar air feses tikus kelompok kontrol positif diberi EPEC saja pada hari ke-14 dan ke-21 dibandingkan kelompok tikus lainnya. Pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dengan dosis 10 8 cfuml pada tikus yang diberi EPEC dapat mencegah kejadian diare. Tikus yang diberi EPEC, yaitu tikus kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC, L. fermentum 2B4 + EPEC, dan kontrol positif diberi EPEC saja, mengalami penurunan bobot badan sejak hari ke-12 hingga ke-21. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai PER tikus kelompok L. fermentum 2B4 + EPEC tidak berbeda nyata dengan nilai PER tikus kelompok L. plantarum 2C12 + EPEC dan dengan kontrol positif, namun berbeda nyata dan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus lainnya. Pemberian EPEC menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan tikus, sehingga penyerapan zat-zat gizi, termasuk protein, menjadi terganggu dan menyebabkan bobot badan tikus menurun. Perlakuan yang diberikan kepada tikus percobaan berpengaruh nyata terhadap jumlah sel limfosit pada limpa tikus. Pada hari ke-7, pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dapat meningkatkan jumlah sel limfosit limpa sekitar enam kali lipat jumlah sel limfosit kelompok yang tidak diberi BAL. Pada hari ke-14, pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 selama pemberian EPEC dapat memicu terjadinya proliferasi sel limfosit, namun pemberian L. fermentum 2B4 memicu proliferai sel limfosit lebih banyak dibandingkan L. plantarum 2C12. Jumlah sel limfosit limpa pada hari ke-21 menunjukkan bahwa jumlah sel limfosit kelompok yang diberi L. fermentum 2B4 dan EPEC tidak berbeda dengan jumlah sel limfosit kelompok yang hanya diberi BAL. Perlakuan yang diberikan kepada tikus percobaan berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus. Pada hari ke-7, pemberian L. fermentum 2B4 pada tikus sehat lebih mampu menekan pembentukan MDA hati dibandingkan dengan pemberian L. plantarum 2C12, sedangkan pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 tidak berpengaruh nyata terhadap kadar MDA ginjal tikus. Pada hari ke-14, kadar MDA hati kelompok yang diberi EPEC berbeda nyata dan lebih besar dibandingkan dengan kadar MDA hati kelompok yang hanya diberi BAL dan kelompok kontrol negatif, sedangkan pemberian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dapat menekan terbentuknya MDA ginjal akibat infeksi EPEC. Pada hari ke-21, L. fermentum 2B4 lebih efektif dalam menekan terbentuknya MDA organ hati akibat pengaruh infeksi EPEC dibandingkan L. plantarum 2C12, sedangkan ginjal tikus kelompok L. fermentum 2B4 memiliki kadar MDA paling rendah dan berbeda nyata dengan kelompok lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok L. plantarum 2C12. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari profil kejadian diare pada tikus percobaan, L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 memiliki potensi untuk mencega diare atau bersifat sebagai antidiare. Jika dilihat dari profil jumlah sel limfosit dan kadar MDA hati dan ginjal tikus percobaan, L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 berpotensi dalam meningkatkan respon imun atau bersifat sebagai imunomodulator. Namun, L. fermentum 2B4 memiliki sifat imunomodulator yang lebih baik dibandingkan L. plantarum 2C12. 33

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat imunomodulator dan antidiare L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4, yaitu dengan memperhatikan indikator-indikator lain yang dapat mempengaruhi sifat fungsional tersebut. 2. Agar dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat, perlu dilakukan studi tentang pengaplikasian L. plantarum 2C12 dan L. fermentum 2B4 dalam pengembangan pangan fungsional berbasis fermentasi. 34 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Sistem Kekebalan Tubuh. Mikrobiologi Farmasi Indonesia. http:mikrobia.wordpress.com20070308sistem-kekebalan-tubuh- 068114009068114048068114055 . 06 Februari 2010. Anonim, 2010. Diare, Penyebab Kematian Balita Kedua di Dunia. http:carasehat.infodiare- penyebab-kematian-kedua-balita-di-dunia . 13 Januari 2011. AOAC Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Method of The association of Official Agriculture Chemist, Washington D.C. Arief, I. I, R.A.A. Maheswari, dan H. Nuraini. 2008. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Daging Sapi. Makalah Seminar Hasil Penelitian Departemen IPTP Fakultas Peternakan. IPB, Bogor. Attouri, N., Bouras D. Tome, A. Marcos, dan D. Lemonnier. 2002. Oral ingestion of lactic acid bacteria by rats increasea lymphocyte proliferation and interferon-γ production. Br. J. Nutr. 87: 367-373. Baratawidjaja, KG. 2002. Imunologi Dasar Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Di dalam: HTA Indonesia. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal. www.yanmedik- depkes.net...Pemberian20Terapi20Imonomodulator20Herbal.doc . 06 Februari 2010. Bell, Chris dan Alec Kyriakides. 2002. Foodborne Pathogens. Hazard, risk analysis and control. Ed Blackburn, Clive de W., dan Peter J. McClure. Woodhead Publishing Limited. Cambridge England. Bellanti, J.A. 1993. Imunologi III. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Bird, R.P. dan H.H. Draper. 1984. Comparative studies on different methods of malonaldehyde determination. Di dalam Methods in Enzymologi. 105: 299-304. Bourlioux, P., B. Koletzko, F. Guarner, dan V. Braesco. 2003. The intestine and its microflora are partners for the protection of the host: report on the Danone Symposium ‘The Intelligent Intestine’, held in Paris, June 14 th 2002. Am. J. Clin. Nutr. 78: 675-683. Coconnier, M.H., M. F. Bernet, G. Chauviere, dan A. L. Servin. 1993. Adhering heat killed human Lactobacillus acidophilus, strain LB, inhibit the process of pathogenicity of diarrheagenic bacteria in cultured human intestinal cells. J. Diarrhoeal Dis. Res. 11:235-242 Collier, L. 1998. Microbiology and Microbial Infections. 9 th Edition. 935-939, Oxford University Press, Inc., New York. Conti, M., P. C. Moramd, P. Levillaind dan A. Lemonnier. 1991. Improve fluorometric Determination of Malonaldehyde. J. Clin. Chem. Soc. 103:6472-6477. Flachsmann. 2001. Echinacea Purpurea Nonclonal Immuno Strategies and Its Modulations. Phyto Novum. Di dalam: HTA Indonesia. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal. www.yanmedik-depkes.net...Pemberian20Terapi20Imonomodulator20Herbal.doc . 06 Februari 2010. Frankel, M. 1985. Lectures in Internal Medicine. Ilmu Penyakit Dalam. Di dalam: Eka Kurnia Sari . 2008. Mempelajari Khasiat Buah Merah Pandanus conoideus Lam Terhadap Kualitas Pertumbuhan dan Fungsi Hati Secara in vivo. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor. Fuller, R. 1989. Probiotics in Man and Animals. J. Appl. Bacteriol. 66: 365-378. Gackowska, L., J. Michalkiewicz, M. Krotkiewski, A. Helmin Basa, I. Kubiszewska, dan D. Dzierzanowska. 2006. Combiner effect of different lactic acid bacteria strain on the mode of 35 cytokines pattern expression in human peripheral blood mononuclear cells. J. Physiol and Pharmacol. 57 9: 13-21. Gajahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. PAU Hayati. IPB, Bogor. Gayton, A.C. 1987. Human Physiology and Mechanism of Disease 4 th ed. W.B. Sounders Co., Philadelphia. Hakli, Munif A. 2009. Eschericia coli di Sekitar Air Minum Kita. Enviromental Sanitation’s Journal. Artikel 6 Mei 2009, http:environmentalsanitation.wordpress.comcategorye-coli . 06 Februari 2010. Halliwell, B. dan Gutteridge J.M.C. 1999. Free Radicals in Biology and Medicine. New York: Oxford University Press. Hariyadi, R. T., N. anjaya, Suliatari, L. Nuraida, dan B. Satiawiharja. 2001. Penuntun Praktium Teknologi Fermentasi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA, IPB, Bogor. Hoier, E. 1992. Use Probiotic Starter Culture in Dairy Products. J. Food Australia 44 9: 418-420. Ishibasi, N. dan S. Yamazaki. 2001. Probiotics and safety. Am. J. Clin. Nutr. 73 suppl: 465S-470S. James, A., J.M. Davis dan McCarteer. 1994. Basic cell culture teqnique and the maintenance of cell lines: phases of the cell cycle. Di dalam: J.M. Davis eds. Basic Cell Culture, A Practical Approach. Oxford University Press. New York. Kaur, I.P., K. Chopra, dan A. Saini. 2002. Probiotics: potential pharmaceutical applications. Eur. J. Pharm. Sci. 15, 1-9. Kesenja, R. 2005. Pemanfaatan Tepung Buah Pare Momordica charantia L. untuk Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Diabetes Mellitus. Skripsi. Deppartemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor. Kim, D. 1990. Why do we need lactis acid bacteria or probiotic? Technical data book of lactic acid bacteria. Ceel Biotech Co., Ltd. Klein, G. Pack, Bonaparte A., dan G. Reuter. 1998. Taxonomy and Physiology of Probiotic Lactic Acid Bacteria. Int. J. Food. Microbiol. 41: 103-125. Knutton, S., T. Baldwin, P.H. Williams, dan A.S. McNeish. 1989. Actin Accumulation at Sites of Bacterial Adhesion to Tissue Culture Cells: Basis of A New Diagnostic Test for Enterophatogenic and Enterohaemorrhagic Escherichia coli. Infect Imun 57: 1290-1298. Koltas, I.S., Yucebilgic G., Bilgin R., Parsak C.K., dan Sakman G. 2006. Serum Malondialdehyde Level in Patients with Cystic Echinococcosis. J. Saudi. Med. 2006. 27: 1703-1705. Kresno, S.B. 1996. The Role of Immunity in Cancer Patient. Di dalam: Prosiding Seminar Update On Multidisiplinary Management of Cancer. Deutsch-Indonesische Gesellschaft fuer Medizin DIGM. Jakarta. 9-11 Agustus. P 23-24. Lampe, Johanna W. dan Cheryl L. Rock. 2008. Biomarkers and their use in nutrition intervention. Di dalam: Coulston, Ann M. dan Carol Boushey. Nutrition in The Prevention and Treatment of Disease. Second Edition. Elsevier Academic Press. London. Lestari, Lily Arsanti. 2009. Potensi Probiotik Lokal sebagai Makanan Fungsional Pencegah Diare. Artikel 04 Juni 2009. http:www.gizikesehatan.ugm.ac.idcontentview12777 . 06 Februari 2010. Lewis, G. P. 1986. Mediators of Inflamation. Wright, Bristol. Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar Edisi Kedua. Di dalam: Evi Nurdin. 2006. Pengaruh Bahan Alami Penyembuh Diabetes Terhadap Jaringan Hati dan Ginjal Tikus Diabetes Melitus Tipe I. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.