Analisis Propaganda Pada Adegan Penganiayaan di Lubang Buaya

menyampaikan berita palsu kepada seluruh rakyat yang semakin mempertegas watak negatif para anggota Partai Komunis Indonesia PKI dalam melancarkan aksi kudeta yang dilakukannya. Dalam adegan ini terdapat kekerasan terbuka yaitu ketika melakukan penyerbuan terhadap Radio Republik Indonesia RRI, para anggota Partai Komunis Indonesia PKI menggunakan senjata tajam dan senjata api demi menaklukan tempat yang sangat strategis pada wakti itu. kemudian ditambah dengan adanya adegan penodongan senjata di kepala penyiar yang sedang melakukan penyiaran agar mau memberitakan berita yang dipesan oleh Partai Komunis Indonesia PKI ini membuat aksi ini semakin menakutkan, karena jika tidak mau mengikuti arahan dari para anggota Partai Komunis Indonesia PKI maka si penyiar tidak segan akan dibunuh. Analisis propaganda yang kedua adalah pada adegan-adegan dengan tema yang memperlihatkan kekuatan orde baru atau seoharto yang menjadi pahlawan dalam mengatasi kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI. Dalam adegan ini ditampilkan peran Soeharto dalam menumpas kejahatan seperti seorang pahlawan yang membuat gerakan kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI ini berakhir dan dimusnahkan.

1. Analisis Propaganda Pada Adegan Soeharto Memberitahukan Bahwa

Tidak Ada Gerakan Dewan Jenderal Dalam adegan ini teknik propaganda yang dilakukan adalah teknik Glittering Generality kemilau generalitas, yaitu berupaya untuk membangkitkan emosi, semangat, dan gairah khalayak atau massa dengan kata- kata yang mengandung spirit. Dalam adegan ini Soeharto dengan tegas dan lantang layaknya seorang pemimpin menjelaskan bahwa tidak ada gerakan Dewan Jenderal yang selama ini diisukan oleh para anggota Partai Komunis Indonesia PKI sebagai alasan melakukan setiap aksinya, hal ini membuat nama angkatan darat menjadi bersih dari tuduhan tersebut. Selain itu dalam adegan ini menampilkan citra baik bahwa Soeharto sebagai sosok tegas dan berjiwa pemimpin yang akan memerangi kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI. Dengan adanya adegan ini membuat para masyarakat yang menjadi penonton menganggap bahwa sosok Soeharto lah yang menjadi pahlawan di dalam gerakan ini untuk menumpas para anggota Partai Komunis Indonesia PKI yang menggila. Sosok kepemimpinannya dalam adegan ini membuat masyarakat yakin bahwa Soeharto lah pemimpin sebenarya bukan seorang