11 Saron Barung metalofon, yaitu seperngkat bilahan yang terbuat dari
tembaga diletakkan diatas kotak resonator. Mempunyai nada yang lebih rendah dari saron peking. Cara memainkannya dengan cara didamping.
Fungsinya sebagai penghias lagu. 12
Bonang Barung metalofon, yaitu seperangkat gong berpencu yang diletakkan didalam bingkai kayu. Cara memainkannya dengan memakai
dua buah tabuh pemukul yang dilapisi kain. Mempunyai nada yang lebih rendah dari boning penerus. Fungsinya sebgai penghias lagu.
13 Slentem metalofon, yaitu seperangkat bilahan yang terbuat dari
tembaga, digantung dengan tali diatas kotak resonator. Bentuknya lebih besar dan mempunyai nada yang lebih rendah dari gender barung dan
gender penerus. Memainkannya dengan memakai satu buah tabuh pemukul yang terbuat dari kayu dilapisi cakram. Fungsinya sebagai
penghias lagu. 14
Gender Barung metalofo, yaitu seperangkat bilahan yang terbuat dari tembaga, digantung dengan tali diatas kotak resonator. Memainkannya
dengan memakai dua buah tabuh pemukul yang terbuat dari kayu dan mempunyai nada yang lebih rendah dari gender penerus. Fungsinya
sebagai penghias lagu.
4.2 Analisis Musik
Menurut Nettl, 1964:98 ada dua pendekatan berkenaan dengan pendeskripsian musik yaitu: 1 kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa
Universitas Sumatera Utara
yang kita dengar; 2 kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.
Sebelum penulis melakukan deskripsi musical, maka yang paling penting adalah adanya transkripsi. Nettl 1964:98 mengatakan bahwa transkripsi adalah
proses menotasikan bunyi menjadi symbol visual. Selain tiu, transkripsi juga dikenal sebagai cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek mendetail dari
suatu gaya musik Nettl, 1964:103 Walaupun transkripsi merupakan hal yang penting dalam penulisan ilmiah
terutama dalam bidang studi Etnomusikologi, sejauh ini tidak ada satu pun metode yang dapat dijadikan dasar sebagai bahan acuan. Problem ini telah dikemukakan
oleh Nettl 1964:131, bahwa sedikit sekali metode yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan setiap bagian dari musik. Masing-masing problem dari
pendeskripsian musik tergantung pada karakter bunyi yang ditranskripsikan. Lebih lanjut Seeger dalam Bruno Nettl 1964:99-100 mengatakan bahwa
ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut. Kedua notasi tersebut adalah notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi preskriptif adalah
notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji, bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik. Notasi deskriptif adalah notasi yang bertujuan untuk
menyampaikan kepada pembaca cirri-dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa transkripsi mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mendeskripsikan musik. Sehubungan dengan hal
ini, dalam melakukan pentranskripsian terdahap empat komposisi gendhing, penulis mengacu kepada pendekatan metode notasi deskriptif, karena menurut
Universitas Sumatera Utara
pengamatan penulis notasi deskriptif inilah yang paling tepat diguanakan untuk kepentingan pendeskripsian komposisi gendhing.
Dalam hal ini pentranskripsian komposisi gendhing, penulis menggunakan notasi Kepatihan dan notasi barat. Notasi Kepatihan adalah notasi yang
digunakan didalam kegiatan gemalan Jawa yang berlaku dewasa ini Soeroso, 1082:19. Selanjutnya Malm 1977:16 menyebutkan bahwa notasi Kepatihan
adalah notasi angka modern Jawa. Tujuan transkripsi dan analisis dalam penulisan ini adalah untuk
mendeskripsikan struktur musik yang terjadi dalam keempat komposisi gendhing gamelan pada praktek kegiatan musik gamelan Jawa. Untuk keperluan ini
keempat gendhing gamelan yang diputar secara rekaman melaui tape recorder dan atau VCD Player penulis mengambil sampel gendhing dalam kegiatan musik
gamelan Jawa pada upacara perkawinan adat suku Jawa pada prosesi Panggih temanten, yaitu:
1 Gendhing Monggang
Gendhing Monggang yang digunakan untuk menyambut pengantin pria dalam melaksanakan upacara panggih.
2 Gendhing Ladrang Wilujeng
Gendhing Ladrang Wilujeng ini biasa dimainkan atau diputar untuk mengiringi pengantin pria datang ke menuju rumah pengantin
perempuan untuk siap dipertemukan dengan pengantin perempuan. 3
Gendhing Kodok Ngorek
Universitas Sumatera Utara
Gendhing kodok ngorek adalah gendhing yang dimainkan atau diputar yang digunakan untuk mengiring upacara panggih mulai dari upacara
ngidhak endhok sampai pada prosesi sindur binayang. 4
Ketawang Larasmaya. Gendhing Ketawang Larasmaya merupakan lanjutan dari gendhing
kodok ngorek yang dimainkan atau diputar pada saat kedua mempelai pengantin berada pada prosesi timbangan sampai pada dhahar klimah.
Berdasarkan topik yang dibahas, maka pemilihan ke empat komposisi gendhing ini menurut penulis telah mewakili pelaksanaan upacara panggih secara
sempurna, walaupun pelaksanaanya hanya berupa rekaman yang diputar melalui tape recorder maupun VCDMP3 Player yang di teruskan melalui pengeras suara
berupa loudspeaker yang telah disediakan pada saat upacara panggih. Untuk pentrankripsian komposisi gendhing, penulis menggunakan notasi
Kepatihan dan notasi barat. Adapun hal-hal yang dibahas untuk mendeskripsikan melodi dalam notasi Kepatihan, ada beberapa hal yang ditawarkan Becker
1980:11-105. Dari beberapa point tersebut, penulis akan membahas mengenai 1 sistem pelarasan laras; 2 pathet; 3 gatra; dan 4 gongan. Pemilihan
notasi Kepatihan ini adalah disebabkan karena notasi ini selalu digunakan dalam praktek kegiata musik Jawa. Selanjutnya untuk mendeskripsikan melodi dalam
notasi barat, juga ada beberapa point yang ditawarkan oleh Malm 1977:15. Dari beberapa point tersebut, penulis akan membahas mengenai 1 tangga nada; 2
nada dasar; 3 jumlah pemakaian nada; 4 jumlah interval; 5 formula melodi.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Proses Transkripsi