Tempat Upacara Saat Upacara

istiadat juga ingin menunjukkan kepada masyarakat awam, bagaimana pelaksanaan upacara perkawinan adat Jawa yang sebenarnya yang terdapat di kraton Surakarta, Sehingga dapat menimbulkan kebanggan pada keluarga mereka. Namun alasan yang paling mendasar tujuan pelaksanaan upacara perkawinan adat Jawa tersebut adalah untuk menjalankan adat-istiadat yang ada dalam lingkaran kehidupan suku Jawa serta untuk mengetahui bagaimana tanggung-jawab seorang suami dan seorang istri dalam hidup berumah tangga. Hal ini terlihat dalam rangkaian upacara panggih dimana di dalamnya tersirat simbol-simbol bagaimana seorang suami atau seorang istri harus bertindak demi keutuhan rumah tangga mereka.

3.3 Pelaksanaan Upacara Perkawinan Adat

Dalam mendeskripsikan upacara perkawinan adat Jawa, penulis akan menguraikan menurut empat komponen, seperti apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1986:241, bahwa setiap upacara dapat di kelompokkan kedalam empat komponen, yaitu 1 tempat upacara, 2 saat upacara, 3 benda- benda dan alat-alat upacara, 4 orang yang melakukan dan pemimpin upacara. Keempat komponen upacara tersebut, akan penulis uraikan masing-masing sebagai berikut.

3.3.1 Tempat Upacara

Tempat untuk pelaksanaan upacara perkawinan adat Jawa dapat dilakukan di rumah ataupun di gedung-gedung pertemuan. Jika upacara panggih selalu di laksanakan dirumah, maka harus utama di laksanakan di rumah pengantin Universitas Sumatera Utara perempuan, karena di rumah pengantin pria tidak pernah di adakan, upacara panggih ini di lakukan secara turun temurun di dalam adat suku Jawa dan di laksanakan sesuai ketentuan adat yang sudah semestinya, kalau di adakan di rumah pengantin pria itu hanya berupa upacara ngunduh mantu yang memiliki arti bahwa keluarga pengantin pria menyambut dengan baik kedatangan pengantin perempuan di dalam keluarga mereka. Dalam penelitian ini tempat upacara terbagi dua, yakni yang pertama sekali tempat untuk prosesi sebelum upacara panggih, dimana di antaranya adalah upacara Siraman sampai pada upacara Ijab Kabul di laksanakan di kediaman orang tua mempelai perempuan yang terletak di Jalan Sei Batu Gingging No 80, Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan. Sedangkan pada Upacara Panggih di laksanakan di dalam gedung pertemuan Hotel Danau Toba Internasional Medan yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 17 Medan.

3.3.2 Saat Upacara

Dalam melakasanakan upacara suku Jawa pada umumnya masih mempercayai adanya perhitungan hari baik dan hari tidak baik. Dimana orang yang dapat mencari hari baik dan hari tidak baik tersebut biasanya di lakukan oleh seorang dukun petangan Koentjaraningrat, 1984:130. Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan dan terdapat pada tarikh Jawa. Nama-nama bulan yang terdapat dalam tarikh Jawa tersebut adalah Suro, Sapar, Mulud, Rabiul awal, Jumadil awal, Jumadil akhir, Rajab, Ruwah, Puasa, Syawal, Selo, Besar Subanindro, n.d:4. Menurut adat Jawa bulan yang di anggap baik untuk melakasanakan suatu upacara panggih adalah Ruwah, Besar, Rabiul Awal, Jumadil Akhir, Mulud, dan Universitas Sumatera Utara Syawal. Sementara bulan yang di anggap kurang baik dalam adat Jawa untuk melakasanakan suatu upacara adalah Syuro Dan Sapar yang di anggap suku Jawa merupakan bulan panas. Karena jika melakasanakan suatu upacara pada bulan yang kurang baik tersebut di percayai akan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan misalnya, menimbulkan malapetaka. Dalam menentukan hari baik untuk melakukan suatu upacara biasanya suku Jawa meminta bantuan seorang dukun Petangan dan menentukan hari yang baik tersebut berdasarkan hari kelahiran weton seseorang, jumlah antara hari kelahiran dan pasaran hari kelahiran seseorang neptu, serta dapat juga di lihat dari bulan yang terdapat dalam tarikh Jawa. Koentjaraningrat 1984:130 menjelaskan bahwa untuk membuat perhitunga hari baik harus di cocok kan dengan tiga macam tanggalan yaitu 1 Tanggalan Jawa pra-Islam, 2 Tanggalan Islam, 3 Tanggalan Nasrani. Dalam hubungan ini upacara panggi yang menjadi objek penelitian penulis di laksanakan pada tanggal 5 Mei 2013 untuk pelaksanaan Upacara Panggih, pada tanggal 4 Mei 2013 pelaksanaan upacara ijab kabul, sedangkan pada tanggal 3 Mei 2013 pelaksanaan upacara siraman. Maka dari semua tanggal yang di pilih oleh ahli bait merupakan hasil dari perhitungan penanggalan Jawa sesuai dengan hari lahir kedua pasangan mempelai. Dengan demikian agar upacara menjadi sangat khidmat dan penuh dengan makna yang jauh dari malapetaka yang tidak di inginkan. Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Benda –benda dan Alat-alat Upacara