timbulnya kejadian penyakit TBC, khususnya disekitar penderita aktif. Keduanya harus dilakukan secara simultan dan didukung oleh surveilance yang baik.
Achmadi, 2010.
2.2. Faktor Resiko Kejadian Tuberkulosis
Faktor risiko yaitu semua variabel yang berperan timbulnya kejadian penyakit. Pada dasarnya berbagai faktor risiko TBC saling berkaitan satu sama lain.
Berbagai faktor risiko dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok faktor risiko. Yaitu
2.2.1. Kependudukan 1.
Usia
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti
penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75 penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun.
2. Jenis kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru pada wanita, yaitu 42,34 pada laki-laki dan 28,9 pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita tuberkulosis
paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5, sedangkan penderita tuberkulosis
paru pada wanita menurun 0,7. tuberkulosis paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru dimana Kebiasaan
merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. 3.
Penyakit Penyerta
Umumnya penderita tuberkulosis paru dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks masa tubuh kurang dari 18,5 pada orang dewasa.
Sementara berat badan yang lebih kecil 85 dari berat badan ideal kemungkinan mendapat tuberkulosis paru adalah 14 kali lebih besar dibandingkan dengan berat
badan normal. Ini yang menjadi pemikiran bahwa malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama peningkatan resiko tuberkulosis menjadi aktif. Pola
makan orang Indonesia yang hampir 70 karbohidrat dan hanya 10 protein yang pada penyakit kronis selalu disertai dengan tidak selera makan, tidak mau makan,
tidak bisa makan atau tidak mampu membeli makanan yang mempunyai kandungan gizi baik kurang protein, sehingga penderita ini mempunyai status gizi yang buruk.
Selain faktor gizi, penyakit seperti Diabetes Mellitus DM dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor risiko yang tidak berketergantungan untuk
berkembangnya infeksi saluran napas bagian bawah. Prevalensi tuberkulosis paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan aktivitas kuman tuberkulosis
meningkat 3 kali pada DM berat dibanding DM ringan. Penderita tuberkulosis menular dengan sputum BTA positif yang juga mengidap HIV merupakan
penularan kuman tuberkulosis tertinggi. tuberkulosis diketahui merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien dengan reaksi seropositif.
Apabila seseorang dengan seropositif tertular kuman ini maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung menderita tuberkulosis. Hal ini
berbeda sekali dengan orang normal atau mereka dengan seronegatif, karena kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi imunitas yang ada dalam tubuhnya.
Disamping itu penyakit tuberkulosis pada mereka dengan seropositif cepat berkembang kearah perburukan. Kepmen PU no 20KPRS1986
4. Kondisi Sosial ekonomi
WHO 2003 menyebutkan 90 penderita TBC di dunia menyerang sosial ekonomi lemah atau miskin. Hubungan antara kemiskinan dengan TBC bersifat
timbal balik, TBC merupakan penyebab kemiskinan dan karena miskin maka manusia menderita TBC. Kondisi soasial ekonomi itu sendiri mungkin tidak hanya
berhubungan secara langsung, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya kondisi gizi buruk serta perumahan yang tidak sehat dan akses
terhadap pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya.
Menurut perhitungan, rata-rata penderita tuberkulosis kehilangan 3 sampai 4 bulan waktu kerja dalam setahun. Mereka juga kehilangan penghasilan setahun secara
total mencapai 30 dari pendapatan rumah tangga. Achmadi, 2010.
5. Prilaku
Prilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita tuberkulosis paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
2.2.2. Lingkungan