5. Prilaku
Prilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita tuberkulosis paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
2.2.2. Lingkungan
1. Kepadatan Hunian dan Kondisi Rumah
Kepadatan penghuni merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit semakin cepat, khususnya penyakit menular
melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita tuberkulosis dengan BTA positif. Kepadatan hunian ditempat tinggal
penderita tuberkulosis paru paling banyak adalah tingkat kepadatan rendah. suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah.
Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat tinggal lainnya seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan akan besar pengaruhnya terhadap risiko penularan.
Di daerah perkotaan urban yang lebih padat dari pada di pedesaan. Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Ventilasi yang baik juga menjaga dalam kelembaban humidity yang optimum. Kelembaban
yang optimal sehat adalah sekitar 40–70. Kelembaban yang lebih Dari 70 akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban juga merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
penyebab penyakit. Cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari
ini dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendelagenting kaca. Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30°C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat
bervariasi, mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C. Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh mycobacterium tuberculosis. Bakteri
tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap. Azwar, 2000.
2. Lantai Rumah
Secara hipotetis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian tuberkulosis, melalui kelembaban dalam ruangan, lantai tanah cenderung
menimbulkan kelembaban dengan demikian viabilitas kuman tuberkulosis dilingkungan juga sangat mempengaruhi.
3. Ventilasi
Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban. Luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah
≥10 luas lantai rumah. Luas lantai 10 lantai rumah mengakibatkan berkurangnya
konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrai karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan
penyerapan. Azwar, 2007 Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain
mengencerkan konsentrasi kuman tuberkulosis dan kuman lain terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet.
Menurut Supriyono dalam Achmadi 2010 menghitung di Ciampea risiko untuk terkena tuberkulosis 5,2 kali pada penghuni yang memiliki ventilasi buruk
dibanding penduduk berventilasi memenuhi syarat kesehatan. Meski secara skeptical bias saja terdapat bisa karena sebab lain, misalnya kemiskinan.
4. Pencahayaan
Rumah sehat memerlukan cahaya cukup, khususnya cahaya alam berupa cahaya matahari. Cahaya matahari minimal masuk 60 lux dengan syarat tidak menyilaukan.
Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Hal ini dibuktikan oleh Robert Koch 1843-1910. Dari hasil
penelitiannya Robert Koch menyimpulkan sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tuberkulosis paru, dengan mengusahakan masuknya sinar
matahari masuk melalui jendela atau genteng kaca. Azwar, 2007.
5. Kelembaban
Menurut Mulyadi dalam Achmadi 2010 meneliti di kota bogor, penghuni rumah yang mempunyai kelembaban ruang keluarga lebih besar dari 60 berisiko
terkena TBC 10,7 kali dibanding penduduk yang tinggal pada perumahan yang memiliki kelembaban lebih kecil atau sama dengan 60.
Kelembaban merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, termasuk tuberkulosis sehingga viabilitas lebih lama.
Seperti telah dikemukakan kelembaban berhubungan dengan kepadatan penghuni dan ventilasi. Topografi menurut penelitian juga berpengaruh terhadap
kelembaban, wilayah lebih tinggi cenderung memiliki kelembaban lebih rendah. Achmadi, 2010.
6. Ketinggian
Ketinggian secara umum mempengaruhi kelembaban dan suhu lingkungan. Setiap kenaikan 100 meter, selisih suhu udara dengan permukaan laut sebesar 0,5
Ketinggian berkaitan juga dengan kerapatan oksigen. M. tuberculosis sangat aerob, sehingga diperkirakan kerapatan oksigen dipegunungan akan mempengaruhi
viabilitas kuman TBC olander, 2003. C.
2.3. Rumah