Hubungan Kondisi Ventilasi dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di

Menurut Achmadi 2010 ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban didalam ruangan. Salah satunya yang mempengaruhi kelembaban adalah keringat manusia, semakin banyak manusia dalam satu ruangan maka semakin tinggi kelembaban ruangan tersebut. Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi kuman tuberkulosis dan kuman lain, terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Menurut Azwar 1995 ventilasi berfungsi untuk membebaskan udara dari bakteri-bakteri terutama tuberkulosis. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari ke dalam rumah akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah ≥ 10 luas lantai rumah. Depkes RI. Hal ini sesuai dengan penelitian Putra 2011, hasil penelitian yaitu p 0,05 p = 0,016, maka terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian TB paru di kota solok, dengan nilai OR 5,741 yang berarti rumah yang memiliki kondisi ventilasi yang tidak baik berisiko 5,714 kali tertular tuberkulosis paru dibandingkan responden yang mempunyai ventilasi yang baik. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian oleh Suarni 2009, hasil yang di dapat adalah kondisi ventilasi rumah merupakan faktor risiko dengan OR 14,182, ini berarti kondisi ventilasi yang tidak baik memiliki risiko 14,182 kali dari ventilasi yang baik. Dari hasil dan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ventilasi mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian tuberkulosis paru. Karena ada atau tidaknya ventilasi mempengaruhi faktor lain yang menjadi pemicu kuman tuberkulosis tumbuh dan berkembangbiak dengan baik. 5.3.3 Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko jenis lantai yang tidak baik terkena tuberkulosis paru 22.15 kali dibandingkan rumah yang memiliki jenis lantai yang baik. Menurut Achmadi 2010 secara hipotesis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap kejadian tuberkulosis paru melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, dengan demikian viabilitas kuman tuberkulosis di lingkungan juga sangat dipengaruhi. Hal ini sama dengan penelitian Rustono 2006, hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan di dapatkan hasil OR sebesar 7,095, dengan nilai p = 0,001. Berarti kondisi jenis lantai yang tidak baik mempunyai risiko 7,095 kali tertular tuberkulosis paru dari kondisi jenis lantai yang baik. Namun berdasarkan penelitian Putra 2011 menyatakan nilai OR sebesar 0,059 dengan p =1 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian tuberkulosis paru dan responden yang memiliki kondisi jenis lantai rumah yang tidak baik memiliki risiko yang sama dengan kondisi jenis lantai yang baik untuk tertular tuberkulosis paru. Untuk kondisi jenis lantai terdapat perbedaan dengan nilai Putra 2011, hal ini mungkin disebabkan banyak hal, salah satunya adalah budaya. Penelitian Putra dilakukan di Kota Solok Sumatera Barat yang masyarakatnya biasanya menggunakan lantai yang terbuat dari kayu, sementara dalam penelitian ini kondisi jenis lantai beraneka ragam. Jenis lantai yang terbuat dari kayu lebih mudah dibersihkan dibandingkan jenis lantai tanah ketika kuman tuberkulosis berada di tanah, selain itu jenis lantai kayu juga meminimalisir kelembaban didalam ruangan yang berasal dari tanah .

5.3.4 Hubungan Pencahayaan dengan Kejadian Tuberkulosis paru di

Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko pencahayaan yang tidak baik terkena tuberkulosis paru 9,33 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan yang baik. Menurut Azwar 2007 cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Hal ini dibuktikan oleh Robert Koch 1843-1910, dari hasil penelitiannya Robert Koch menyimpulkan sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tuberkulosis paru, dengan mengusahakan masuknya sinar matahari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musadad 2001 dari penelitian tersebut di dapatkan bahwa kondisi pencahayaan yang kurang baik mempunyai risiko 3,7 kali terkena tuberkulosis paru bila dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian Tobing 2008 hasil penelitiannya didapatkan p= 0,001 berarti ada hubungan antara kondisi pencahayaan dengan penularan tuberkulosis paru, dengan nilai OR 5,9 jadi kondisi pencahayaan yang tidak baik mempunyai risiko penularan sebanyak 5,9 kali dari kondisi pencahayaan yang baik. Dari hasil dan beberapa penelitian diatas maka dapat kita simpulkan cahaya matahari merupakan komponen penting bagi perkembangan kuman tuberkulosis, karena sinar matahari mengandung sinar UV yang dapat membuh kuman tuberkulosis. Semakin banyak cahaya matahari yang masuk kedalam rumah maka semakin kecil kesempatan kuman tersebut untuk hidup dan berkembangbiak.

5.3.5 Hubungan Suhu dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas

Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara suhu dengan angka kejadian tuberkulosis, dan diperkirakan risiko suhu ruangan yang tidak baik tertular tuberkulosis 27,5 kali dibandingkan dengan suhu ruangan yang tidak baik. Menurut Goul dan Brooker dalam Nurhidayah 2007 bakteri mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40ºC, akan tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37ºC. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatimah 2008 bahwa ada hubungan suhu yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian tuberkulosis paru dengan di dapatkan hasil p =0.029 dan OR= 2,674 yang berarti suhu pada runah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko terkena tuberkulosis paru 2,674 kali dibandingkan dengan

Dokumen yang terkait

Hubungan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan

3 31 132

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN 2011 - UDiNus Repository

0 0 2

Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012

0 0 35

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 16