penularan tuberkulosis paru, dengan nilai OR 5,9 jadi kondisi pencahayaan yang tidak baik mempunyai risiko penularan sebanyak 5,9 kali dari kondisi pencahayaan
yang baik. Dari hasil dan beberapa penelitian diatas maka dapat kita simpulkan cahaya
matahari merupakan komponen penting bagi perkembangan kuman tuberkulosis, karena sinar matahari mengandung sinar UV yang dapat membuh kuman
tuberkulosis. Semakin banyak cahaya matahari yang masuk kedalam rumah maka semakin kecil kesempatan kuman tersebut untuk hidup dan berkembangbiak.
5.3.5 Hubungan Suhu dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara suhu dengan angka kejadian tuberkulosis, dan diperkirakan risiko suhu ruangan yang tidak
baik tertular tuberkulosis 27,5 kali dibandingkan dengan suhu ruangan yang tidak baik.
Menurut Goul dan Brooker dalam Nurhidayah 2007 bakteri mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di dalam rentang ini terdapat
suatu suhu optimum saat mereka tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40ºC, akan tetapi
akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37ºC. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatimah 2008 bahwa ada hubungan suhu
yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian tuberkulosis paru dengan di dapatkan hasil p =0.029 dan OR= 2,674 yang berarti suhu pada runah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan berisiko terkena tuberkulosis paru 2,674 kali dibandingkan dengan
rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Namun pada penelitian Nurhidayah 2007, hasil penelitiannya menunjukkan
tidak ada hubungan suhu dengan kejadian tuberkulosis paru dengan di dapatkan nilai p = 3,85.
Untuk perbedaan suhu pada hasil penelitian yang didapat dengan penelitian Nurhidayah mungkin disebabkan karena kondisi geografisnya berbeda dengan Kota
Subulussalam.
5.3.6 Hubungan Kelembaban dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko kelembaban ruangan yang
tidak baik terkena tuberkulosis paru 84,3 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang baik.
Menurut Achmadi 2010 kelembaban merupakan sarana yang baik untuk pertumbuhan bakteri termasuk tuberkulosis. Notoadmojo 2007 juga
mengemukakan kuman tuberkulosis hidup pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 volume sel bakteri dan merupakan hal
essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatimah 2008, hasil penelitian tersebut
menyebutkan ada hubungan kelembaban rumah dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p= 0,029, dan OR= 2, 571 yang berarti rumah yang memiliki