Hubungan Karakteristik Responden dengan kejadian tuberkulosis paru

4.4.2 Hubungan Karakteristik Responden dengan kejadian tuberkulosis paru

di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 Adapun hasil analisis bivariat hubungan karakteriristik responden dengan kejadian tuberkulosis paru dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini. Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat pada karakteristik responden kategori tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan tidak terlalu berbeda antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, sehingga nilai p 0.05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan antara karakteristik responden kategori tingkat pendidikan dan NO Karakteristi k responden Kategori Kasus Kontrol X p 2 O R Jumlah Jumlah 1 Tingkat pendidikan 1. Rendah 16 61,5 10 38,5 2,8 85 0,07 8 2. Tinggi 9 37,6 15 62,5 2. Jenis Pekerjaan 1. Petani 5 45,4 6 54,6 7,1 44 0,99 8 2. Pedagang 4 50 4 50 3. Buruh 1 50 1 50 4. Pegaw ai swasta 5 50 5 50 5. Tidak bekerja 10 52,6 9 47,4 3. Tingkat penghasilan 1. Rendah 8 33,3 16 66,7 5,1 28 0,02 3 0,2 65 2. Tinggi 17 65,4 9 34,6 jenis pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru. Namun pada pada karakteristik responden kategori penghasilan keluarga terdapat perbedaan nilai antara kasus dan kontrol dengan nilai p 0,05 yang artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian tuberkulosis paru. 4.4.2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 Adapun hasil analisis bivariat tingkat pendidikan dengan kejadian tuberkulosis paru yang adalah sebagai berikut. Tabel 4.18 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Kasus Kontrol X p 2 OR Jumlah Jumlah 1. Rendah tidak sekolah, tamat SD, tamat SMPsederajat 16 61,5 10 38,5 2,88 5 0,07 8 2. Baik SMAsederajat, Tamat perguruan tinggi 9 37,5 15 62,5 Total 25 100 25 100 Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat dilihat pada kelompok kasus jumlah responden dengan tingkat pendidikan yang terbesar adalah rendah yaitu 16 responen 61,5 sedangkan pada kelompok kontrol jumlah responden dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat pendidikan tinggi yaitu 15 responden 62,5. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,078 atau p 0,05 artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian tuberkulosis paru. 4.4.2.2 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Adapun hasil analisis bivariat hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru adalah sebagai berikut. Tabel 4.19 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 No Jenis Pekerjaan Kasus Kontrol X p 2 OR Jumlah Jumlah 1. Petani 5 45,4 6 54,6 7,14 4 0,99 8 2. Pedagang 4 50 4 50 3. Buruh 1 50 1 50 4. Pegawai swasta 5 50 5 50 5. Tidak bekerja 10 52,6 9 47,4 Total 25 100 25 100 Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat dilihat pada kelompok kasus dan Kontrol jumlah responden dengan jenis pekerjaan yang terbesar adalah tidak bekerja yaitu 10 responden kasus 52,6 dan 9 responden kontrol 47,5. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0998, atau p 0,05 artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru. 4.4.2.3 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Adapun hasil analisis bivariat hubungan penghasilan kelurga dengan kejadian tuberkulosis paru adalah sebagai berikut. Tabel 4.20 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012 No Penghasilan Keluarga Kasus Kontrol X p 2 OR Jumlah Jumlah 1. Tinggi Rp.1400.000, 8 33,3 16 66,7 5,12 8 0,0 23 0,26 5 2. Rendah Rp.1400.000, 17 65,4 9 34,6 Total 25 100 25 100 Berdasarkan tabel 4.20 diatas dapat dilihat pada kelompok kasus penghasilan keluarga yang terbesar adalah tingkat penghasilan rendah atau Rp.1400.000, yaitu 17 responden 65,4 sedangkan kelompok Kontrol penghasilan terbesar adalah tinggi atau Rp.1400.00, yaitu 16 responden 66,7. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0023, atau p 0,05 artinya Ho ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan kejadian tuberkulosis paru, sedangkan OR sebesar 0.265 atau dengan pengertian penghasilan keluarga merupakan faktor yang melindungi atau protektif dari tuberkulosis paru. BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Rumah Responden

5.1.1 Kepadatan Hunian

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada kelompok kasus memiliki jumlah kepadatan hunian yang tidak baik di dalam rumah dibandingkan kelompok kontrol Kepadatan hunian berkaitan dengan luas luas lantai rumah yang harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. hal ini dilakukan untuk memperkecil kontak penularan penyakit tuberkulosis paru kepada anggota keluarga. Sebab semakin padat jumlah penghuni maka semakin cepat penularan terjadi.

5.1.2 Kondisi Ventilasi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah ventilasi yang ada pada rumah responden kasus terbanyak yaitu tidak baik, sedangkan ventilasi yang ada di rumah responden kontrol yang terbanyak adalah baik. Kondisi ventilasi sangat mempengaruhi sirkulasi udara dan mengencerkan kuman tuberkulosis paru yang terbawa keluar. Ada atau tidaknya ventilasi di pengaruhi karena tipe rumah pada kasus dan kontrol yang berbeda dalam membangun suatu rumah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya budaya, suku dan luas tanah yang dimiliki.

5.1.3 Jenis lantai

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis lantai yang baik ada pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok kasus jenis lantai yang terbesar adalah tidak baik. Jenis lantai yang tidak baik bisa saja menjadi penyebab tidak langsung penyebab penyakit tuberkulosis paru, kondisi ekonomi lemah misalnya adalah salah satu faktor keluarga untuk tidak memplester lantai rumah mereka. Selain itu faktor prilaku penghuni dalam membersihkan lingkungan rumah yang salah satunya adalah lantai juga sangat mempengaruhi penyebab penyakit tuberkulosis paru. Jenis lantai yang terbuat dari tanah merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mycobacterium tuberculosis.

5.1.4 Pencahayaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pencahayaan yang tertinggi dirumah responden kasus adalah tidak baik dan pencahayaan yang tertinggi dirumah kontrol adalah baik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ada atau tidaknya ventilasi ataupun jendela sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam rumah untuk membunuh kuman tuberkulosis.

5.1.5 Suhu

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa suhu tertinggi dirumah responden kasus adalah tidak baik dan suhu yang tertinggi dirumah kontrol adalah baik.

Dokumen yang terkait

Hubungan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan

3 31 132

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN 2011 - UDiNus Repository

0 0 2

Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012

0 0 35

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 16